Serangan Balasan Yaman ke Saudi
Kementerian Energi Arab Saudi pada Senin malam, 23 November 2020 secara resmi mengonfirmasi kebakaran di salah satu fasilitas minyak negara ini di utara kota Jeddah akibat serangan Yaman.
Pengumuman ini disampaikan setelah juru bicara militer Yaman, Brigadir Jenderal Yahya Saree, Senin (23/11/2020) dini hari mengatakan bahwa unit rudal militer Yaman berhasil menembak stasiun distribusi minyak Aramco di Jeddah menggunakan rudal balistik Quds-3 sebagai balasan atas berlanjutnya agresi pasukan koalisi pimpinan Arab saudi.
Arab Saudi yang tampak kebingungan mereaksi serangan rudal Yaman, mengaku akan mengadukan Gerakan Rakyat Yaman, Ansarullah ke Dewan Keamanan PBB.
Riyadh meminta DK PBB untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai ancaman terhadap keamanan energi dunia, proses politik khusus Yaman, dan keamanan kawasan.
Arab Saudi dengan dukungan Amerika Serikat bersama dengan beberapa negara lainnya melancarkan agresi militer ke Yaman sejak tanggal 26 Maret 2015. Invasi militer ini telah menyebabkan rakyat Yaman menghadapi tragedi kemanusiaan terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Invasi militer ke Yaman dan dukungan kekuatan-kekuatan besar Barat kepada pasukan koalisi dan bungkamnya lembaga-lembaga internasional atas kejahatan pasukan koalisi adalah faktor utama tragedi kemanusiaan di Yaman.
Jet-jet tempur Arab Saudi sejak awal invasi, menarget berbagai infrastruktur vital di berbagai daerah dan kota di Yaman. Pemboman yang dilancarkan hampir setiap hari itu telah menyebabkan lebih dari 100.000 orang tewas, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Serangan tersebut juga menyebabkan puluhan ribu warga Yaman terluka dan lebih dari tiga juta dari mereka terpaksa mengungsi. Lebih dari 80 persen insfrastruktur Yaman, terutama di sektor kesehatan, luluh lantak.
Blokade darat, laut dan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi juga melipatgandakan penderitaan rakyat Yaman. Rezim Al Saud merupakan pemain utama yang menciptakan tragedi kemanusiaan di Yaman.
Blokade menyeluruh terhadap Yaman selama 67 bulan terakhir telah memperburuk tragedi kemanusiaan di negara Arab ini. Pelarangan masuknya kapal-kapal pengangkut bahan bakar ke Yaman juga menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat di negara ini.
Anak-anak Yaman kehilangan nyawa mereka karena blokade, kekurangan gizi dan kurangnya obat-obatan yang dibutuhkan akibat berlanjutnya perang yang dikobarkan Arab Saudi.
Anak-anak Yaman menghadapi masalah malnutrisi yang meningkat akibat perang yang disulut Arab Saudi dan pembatasan akses terhadap makanan dan obat-obatan.
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dalam laporan terbarunya mengatakan bahwa tingkat kekurangan gizi akut yang menimpa anak di beberapa daerah Yaman mencapai tingkat tertinggi lebih dari 10 persen pada tahun 2020.
Menurut UNICEF, setidaknya 325.000 anak di bawah usia lima tahun di Yaman menderita kekurangan gizi parah dan lebih dari 12 juta anak Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan. (RA)