Jun 29, 2021 08:43 Asia/Jakarta

Penemuan kuburan massal baru dan penemuan mayat lebih dari 700 anak di Kanada dalam beberapa minggu terakhir telah sangat mengganggu opini publik di dalam dan di luar negeri. Kenyataan ini sekali lagi mengungkap adanya pembunuhan penduduk asli dan diskriminasi rasial di negara ini dan Barat.

Hal ini mendorong Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berusaha untuk menepis tuntutan terhadap pemerintah dan menyalahkan gereja atas pembantaian itu. Trudeau kemudian meminta Paus ke Kanada untuk meminta maaf mewakili Gereja Katolik yang menjalankan sekolah asrama anak-anak pribumi.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau

Pada abad ke-19 dan 20, 150.000 anak-anak pribumi di Kanada dipisahkan secara paksa dari orang tua mereka dan dikirim ke sekolah asrama. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk menarik anak-anak ini ke komunitas kulit putih Kanada dan melupakan bahasa dan budaya asli mereka.

Menurut laporan yang dipublikasikan selama tahun-tahun ini, banyak anak-anak di sekolah-sekolah ini mengalami kekurangan gizi, pelecehan dan penelantaran, sehingga setidaknya 4.000 anak-anak ini kehilangan nyawa mereka karena sakit, kurang perawatan, pelecehan dan kecelakaan.

Sementara itu, pemerintah Kanada pada saat itu tidak mengambil tindakan apa pun untuk memantau sekolah-sekolah ini dan memperhatikan kondisi anak-anak ini dan penduduk asli negara ini, dan bahkan mereka sendiri yang menekan komunitas asli negara ini.

"Tidak ada yang pernah dimintai pertanggungjawaban atas penderitaan yang mereka alami selama tinggal di sekolah asrama," kata seorang yang masih hidup dari sekolah asrama kota Kamloops di British Columbia.

Sejatinya, tindakan dan kebijakan pemerintah Kanada telah sejalan dengan genosida negeri ini, sehingga kini, setelah puluhan tahun ditemukan kuburan massal yang di antaranya banyak korbannya, perempuan dan anak-anak.

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh salah satu pemimpin suku ke kuburan tak bertanda, seraya mengatakan, "Penemuan baru-baru ini telah membuka kembali luka lama."

"Pihak berwenang Kanada telah memisahkan anak-anak ini dari keluarga mereka dan menempatkan mereka di sekolah asrama, di mana mereka telah dilecehkan dan dianiaya," kata Daniel Morrison, seorang pengacara Kanada.

Diskriminasi rasial dan pembantaian penduduk asli terkait dengan sejarah banyak negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Kanada. Namun dalam beberapa tahun terakhir negara-negara ini telah berusaha membuat gerakan menipu publik dengan mengangkat isu-isu seperti perlindungan hak asasi manusia dan kesataraan hak manusia, bukan hanya mengabaikan sejarahnya, tapi justru mengklaim membela hak asasi manusia di seluruh dunia. Mereka bahkan menyalahkan banyak negara karena isu-isu ini dan mengadopsi kebijakan hukuman seperti sanksi dan ancaman terhadap mereka.

Penemuan kuburan massal di Kanada dalam beberapa bulan terakhir, sebuah tanda pembunuhan brutal, telah menghidupkan kembali isu genosida dan pelanggaran hak asasi manusia dalam opini publik dunia. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh salah satu pemimpin suku ke kuburan tak bertanda, seraya mengatakan, "Penemuan baru-baru ini telah membuka kembali luka lama."

Dalam hal ini, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, telah mengungkapkan rasa malunya atas kebijakan lama pemerintah negara ini dalam penyiksaan dan pembunuhan anak-anak pribumi di sekolah asrama Katolik. Namun, Trudeau lebih suka mengaitkan masalah ini dengan Paus dan gereja, dengan mengatakan bahwa Paus Fransiskus, pemimpin Katolik dunia, harus meminta maaf kepada penduduk asli Kanada atas peran Gereja Katolik dalam menjalankan bekas sekolah asrama tersebut.

Paus Fransiskus, pemimpin Katolik dunia

Faktanya, Perdana Menteri Kanada sekarang mencoba menyalahkan gereja dengan mengabaikan peran pemerintah Kanada dan kebijakan rahasia mereka dalam pembantaian ini. Sementara selama berabad-abad paus dan gereja telah melepaskan peran tradisional mereka dalam pemerintahan. dan praktis hanya memiliki kehadiran simbolis.

Seruan Trudeau dalam hal ini tampaknya menjadi cara untuk melarikan diri dari tanggung jawab dan mengurangi tekanan publik atas kejahatan hak asasi manusia. Hal itu dilakukannya karena Kanada secara luas dikritik karena pengabaian terhadap hak asasi manusia dan rasisme sistematis.

Tags