May 17, 2024 18:55 Asia/Jakarta
  • Unjuk rasa pro Palestina, Mei 2024.
    Unjuk rasa pro Palestina, Mei 2024.

Menurut Ramzy Baroud, solidaritas terhadap rakyat Palestina terbentuk tidak didasarkan pada batasan agama, ras, geografis, atau budaya, namun berdasarkan keadilan global.

Artikel "Civilizational Unity, Not Clash: How Gaza Challenged Samuel Huntington's Fantasies" oleh Ramzy Baroud, mengkaji perkembangan terkini di Jalur Gaza dan refleksi globalnya.

Dalam artikel ini, Baroud mengkritik dan menganalisis teori "benturan peradaban" Huntington, dan dia menekankan pada perubahan mendasar dalam identitas dan hubungan internasional.

Identitas dan Perubahan Historis

Penulis artikel di atas dengan merujuk pada perubahan identitas dan peta politik sejarah yang terus menerus, khususnya di masa Kekaisaran Romawi, menunjukkan bahwa identitas selalu mengalami perkembangan.

Dia menjelaskan bahwa perang, konflik, dan perubahan budaya telah memainkan peran penting dalam mendefinisikan ulang identitas. Persoalan ini dapat dilihat dari perubahan garis politik yang terus-menerus dan perubahan yang sering terjadi sepanjang sejarah.

Pengaruh Budaya dan Globalisasi

Baroud lebih lanjut menyinggung pengaruh budaya Amerika dan Inggris setelah Perang Dingin. Dia meyakini bahwa pengaruh ini telah mengganggu perkembangan budaya alami dari beragam lapisan masyarakat.

Baroud mengisyarakatkan peran bahasa Inggris sebagai alat komunikasi utama dan pengaruh hiburan Barat di berbagai masyarakat. Dia memperkenalkan perubahan ini sebagai faktor yang memperlebar kesenjangan generasi dan mendefinisikan kembali nilai-nilai dan prioritas sosial.

Kritik terhadap Teori Benturan Peradaban

Baroud mengkritik teori benturan peradaban yang dikemukakan oleh Samuel Huntington. Huntington meyakini bahwa dunia terbagi menjadi "peradaban-peradaban besar" yang hubungannya didefinisikan dan ditentukan oleh konflik.

Baroud menyebut teori itu sebagai pendefinisian ulang stereotip rasis dan alat politik yang diperkuat setelah runtuhnya Uni Soviet dan setelah Perang Irak Pertama dan militerisme Barat.

Dia meyakini bahwa teori-teori ini didorong oleh urgensi dan kepentingan politik, dan gagal mencapai hasil yang diinginkan Barat, yaitu menyandera dunia.

Kebangkitan Dunia Baru

Penulis menekankan munculnya dunia baru yang terbentuk tidak didasarkan pada pencarian peradaban, namun pada pola sejarah lama yang sama: mereka yang mencari kekuasaan untuk memperluas dan melindungi kepentingan ekonomi mereka, dan mereka yang berjuang untuk kebebasan, keadilan dan kesetaraan.

Baroud meyakini bahwa pola-pola ini melampaui kecenderungan peradaban, agama, ras dan geografis, dan bahwa kekuatan-kekuatan besar juga sedang bersatu dalam proses ini.

Perang Gaza dan Persatuan Global

Baroud menyebut perang Gaza sebagai titik persatuan global yang berujung pada terbentuknya identitas baru dalam hubungan internasional.

Dia menjelaskan bahwa solidaritas terhadap rakyat Palestina tidak didasarkan pada batasan agama, ras, geografis atau budaya, namun terbentuk berdasarkan pada keadilan global.

Solidaritas ini dapat dilihat dalam protes global yang semakin meluas, dari Eropa hingga Amerika Utara, dan dari Afrika hingga Amerika Latin, di mana orang-orang dari segala warna kulit, ras, kelompok umur, jenis kelamin dan agama telah bersatu.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, Baroud menekankan pentingnya perlawanan global terhadap pemecahan politik dan ekonomi. Dia meyakini perang Gaza telah menunjukkan bahwa, adalah mungkin untuk melampaui identitas dan peradaban yang berbeda dan bersatu demi keadilan global.

Hal ini dianggap sebagai tantangan serius bagi teori benturan peradaban dan konsep tradisional tentang kekuasaan dan identitas dalam hubungan internasional.

Analisis ini menunjukkan bahwa di dunia saat ini, hubungan dan identitas jauh lebih kompleks dan cair dibandingkan apa yang dibayangkan oleh teori-teori lama seperti benturan peradaban. Kita memerlukan pendekatan baru untuk memahami dan menganalisis hubungan global. (RA)

Tags