Biden Akui Ketidakmampuan AS Hadapi Al Qaeda
(last modified Sun, 12 Sep 2021 10:38:52 GMT )
Sep 12, 2021 17:38 Asia/Jakarta
  • Presiden AS Joe Biden dan al-Qaeda di Afghanistan
    Presiden AS Joe Biden dan al-Qaeda di Afghanistan

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden Sabtu (11/9/2021) di sela-sela acara peringatan insiden 11 September 2001 seraya mengakui bahwa ada potensi kelompok teroris al-Qaeda kembali ke Afghanistan menjelaskan bahwa Washington tidak mampu mengirim pasukan di wilayah dunia yang terlilit krisis melawan al-Qaeda.

Saat menjawab pertanyaan, apakah al-Qaeda mampu kembali ke Afghanistan, Biden menjawab, Ya. Mereka sebelumnya telah kembali ke tempat lain. Ia kembali membela keputusannya menarik pasukan Amerika dari Afghanistan.

Biden Kamis sore dan menjelang peringatan 11 September di pesannya kepada DPR, kembali memperpanjang kondisi darurat terkait “ancaman teroris” terhadap AS yang diumumkan pertama kali tahun 2001 untuk satu tahun lagi. Hal ini menunjukkan mentalitas elit politik dan keamanan Amerika terkait berlanjutnya ancaman teroris terhadap negara ini.

George W. Bush, presiden Amerika saat itu, setelah serangan 11 September 2001 seraya mengumumkan perang global melawan terorisme, mengambil pendekatan ofensif dan melancarkan invasi ke Afghanistan dan Irak.

Al Qaeda

Dalam apa yang disebut Perang Dunia Melawan Terorisme, lebih dari satu juta orang tewas di Irak, Afghanistan, Suriah, Libya dan Yaman. Namun, sekarang, 20 tahun setelah serangan 9/11, Presiden AS Joe Biden tidak hanya mengakui kelanjutan keberadaan al-Qaeda, tetapi juga secara eksplisit menekankan ketidakmampuan Amerika Serikat untuk melawannya.

Faktanya, dia sangat menyadari bahwa meskipun Amerika Serikat telah memberikan pukulan telak terhadap al-Qaeda dan bahkan berhasil membunuh pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden selama pemerintahan Obama, kelompok teroris tersebut telah secara efektif memperluas kegiatannya dalam beberapa tahun terakhir dengan menunjuk penggantinya di berbagai belahan dunia, termasuk Asia Barat dan Afrika.

Ini menunjukkan kegagalan total Amerika Serikat dalam strategi kontra-terorisme globalnya, yang telah berada di garis depan tindakan agresif dan invasif Washington di dunia selama dua dekade, terutama invasi ke Afghanistan pada tahun 2001 dan invasi ke Irak pada tahun 2003 dan lusinan yang disebut operasi kontraterorisme di negara-negara lain seperti Yaman, Pakistan, negara-negara Afrika, dan bagian dunia lainnya.

Daniel Benjamin dan Steven Simon di artikel bersamanya yang dimuat Foreign Affairs menulis, tak satu pun dari konsekuensi paling menghancurkan dari jatuhnya pemerintah dukungan AS di Afghanistan yang lebih menyakitkan daripada kebangkitan al-Qaeda dan kelompok teroris lainnya. Intervensi militer sebagai elemen kunci dari perang dua dekade melawan teror tidak hanya tidak stabil tetapi juga berbahaya.

Di sisi lain, meskipun Biden berulang kali membela keputusannya untuk menarik diri dari Afghanistan, banyak politisi Amerika dan Eropa, seperti pejabat dari negara-negara saingan AS seperti Rusia dan Cina, telah mengakui bahwa Biden memerintahkan penarikan segera pasukan AS dari Afghanistan. Kekacauan di Afghanistan melemahkan moral tentara negara dan akhirnya Taliban menguasai Afghanistan.

Kini dengan berkuasanya di Afghanistan, al-Qaeda dan kelompok teroris Takfiri lain seperti Daesh (ISIS), negara ini berubah menjadi lingkungan yang tepat bagi aktivitas luasnya dan langkah teroris terhadap tetangga dan negara lain. Hal ini dengan sendirinya meningkatkan kekhawatiran keras dan memicu peringatan dari berbagai petinggi seperti Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Sementara itu, kubu Republik AS khususnya anggota faksi ini di Senat berulang kali memperingatkan dampak penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan munculnya kembali ancaman teroris dari al-Qaeda. Mereka ini mendesak Biden merevisi pandangannya di bidang ini.

Di antara senator Republik, Mitch McConnell, pemimpin kubu minoritas di Senat pada 27 Juni mengungkapkan bahwa penarikan pasukan AS dari Afghanistan sama halnya dengan berkuasanya Taliban dan kembalinya al-Qaeda ke negara ini. Meski demikian, Biden saat itu tidak mengindahkan peringatan ini dan hanya mengejar upaya menarik militer negaranya dari perang yang tidak berakhir. Kini presiden AS secara transparan membenarkan kekhawatiran ini tanpa memberikan solusi di bidang ini. (MF)