Pembicaraan Virtual Presiden Rusia-Cina Melawan Dominasi Washington
(last modified Fri, 17 Dec 2021 04:55:43 GMT )
Des 17, 2021 11:55 Asia/Jakarta

Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Cina Xi Jinping bertemu melalui konferensi video pada hari Rabu (15/12/2021). Selama pertemuan satu setengah jam, Putin dan Xi membahas berbagai masalah, termasuk memperkuat hubungan bilateral, ketegangan yang diciptakan negara-negara Barat yang dipimpin AS di kawasan Asia Timur, dan pakta keamanan.

Putin menggambarkan hubungan Rusia dengan Cina sebagai contoh kerja sama nyata antara pemerintah di abad ke-21, seraya menekankan bahwa Moskow dan Beijing secara aktif bekerja sama di Dewan Keamanan PBB, Organisasi Kerja Sama Shanghai dan kelompok BRICS.

Hubungan Rusia-Cina telah berkembang di era pasca-Perang Dingin karena kepentingan bersama serta ancaman bersama. Secara khusus, kebijakan dan tindakan AS di kawasan Indo-Pasifik kini menjadi salah satu perhatian utama Moskow dan Beijing.

Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin

Dalam hal ini, Vladimir Putin dan Xi Jinping, mengungkapkan keprihatinan akan aliansi militer yang baru terbentuk antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia di kawasan Indo-Pasifik yang disebut "AUKUS".

Presiden Rusia dan Cina menyebutnya sebagai menciptakan ketidakseimbangan global dan mengatakan bahwa pakta keamanan ini telah mengintensifkan berbagai ketegangan di kawasan strategis ini.

Dari sudut pandang Moskow, Amerika Serikat mencoba mengubah keseimbangan saat ini di Indo-Pasifik dengan menciptakan aliansi keamanan semacam itu.

"Koalisi AUKUS pada dasarnya merusak fondasi rezim non-proliferasi dan, secara umum, meningkatkan tingkat ketegangan militer di kawasan itu," kata asisten presiden Rusia Yuri Oshakov.

Selama pemerintahan Biden, Washington mengambil pendekatan yang sangat ketat ke Moskow dan Beijing.

Amerika Serikat dan Rusia sangat terbagi atas krisis regional, saling tudingan atas campur tangan pemilu, serangan siber, kontrol senjata, dan banyak lagi.

Pada saat yang sama, Moskow berulang kali menyatakan penentangannya terhadap pembentukan aliansi Barat di kawasan Asia-Pasifik, dan menyebutnya sebagai langkah bagi ketidakstabilan dan ketegangan di kawasan strategis ini.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Cina Xi Jinping bertemu melalui konferensi video pada hari Rabu (15/12/2021). Selama pertemuan satu setengah jam, Putin dan Xi membahas berbagai masalah, termasuk memperkuat hubungan bilateral, ketegangan yang diciptakan negara-negara Barat yang dipimpin AS di kawasan Asia Timur, dan pakta keamanan.

Amerika Serikat juga telah menggandakan kebijakan dan tindakannya yang keras dan bermusuhan terhadap Cina selama pemerintahan Biden. Para pejabat pemerintahan Biden telah berulang kali menggambarkan Cina sebagai ancaman geostrategis AS yang paling penting di abad ke-21.

Terlepas dari klaim pejabat pemerintahan Biden tentang persaingan yang setara dengan Cina dan de-eskalasi hubungan bilateral, ada poin penting yang dapat dipelajari dari sikap AS terhadap Cina sejak Biden menjabat.

Washington sedang mencari konfrontasi komprehensif dengan Beijing di sektor ekonomi, perdagangan, militer, keamanan, politik, dan dunia maya, serta klaim maritimnya.

Dalam upaya untuk mengintimidasi Cina, yang dilihatnya sebagai saingan terpenting dan ancaman utama bagi dominasi globalnya, Amerika Serikat telah membentuk aliansi baru, QUAD, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan India, serta Koalisi Keamanan AUKUS dengan tujuan mengontrol Beijing di kawasan Indo-Pasifik.

AUKUS

Dalam hal ini, Washington telah berulang kali mengadakan berbagai latihan dengan sekutu regionalnya di Samudra Pasifik, dan telah mengintensifkan kehadirannya di kawasan itu dengan mengklaim memberikan keamanan dalam lalu lintas maritim.

Cina juga telah mengambil pendekatan aliansi militer dengan Rusia untuk secara efektif melawan tindakan Washington di kawasan Indo-Pasifik, dan latihan bersama dan patroli angkatan laut diadakan ke arah ini.