Akhirnya, PM Hongaria Mengakui Sanksi Barat terhadap Rusia Tidak Efektif
(last modified Mon, 25 Jul 2022 03:21:31 GMT )
Jul 25, 2022 10:21 Asia/Jakarta

Viktor Orban, Perdana Menteri Hongaria pada hari Sabtu (23/07/2022) menekankan bahwa alih-alih merugikan Rusia, ternyata sanksi Barat justru telah merugikan negara-negara ini sendiri.

PM Hongaria malah menyamakan strategi Barat saat ini dengan mobil dengan empat ban kempes dan menekankan, "Sanksi tidak menyebabkan Moskow tidak stabil."

Pengakuan pejabat senior Eropa ini atas ketidakefektifan sanksi Barat terhadap Rusia ini sebenarnya menunjukkan bahwa meskipun semakin meningkatnya tekanan dari Eropa dan Amerika serta mitra barat lainnya termasuk Kanada, Australia dan Jepang, tetapi Rusia telah mampu mengadopsi kebijakan dan langkah-langkah yang tepat dan efektif untuk meminimalkan efek negatif dari sanksi ini. Di sisi lain, Rusia telah mengadopsi solusi yang efisien untuk kelanjutan interaksi perdagangan dan ekonomi serta ekspor energi.

Viktor Orban, Perdana Menteri Hongaria

Sejak awal serangan Rusia terhadap Ukraina, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Uni Eropa, telah sangat meningkatkan sanksi dan tekanan terhadap Rusia.

Sebagai tanggapan, Rusia memasukkan negara-negara ini dalam daftar negara-negara yang tidak bersahabat, dan telah menerapkan beberapa sanksi dan pembatasan terhadap mereka.

Poin penting lainnya yang ditekankan oleh Perdana Menteri Hongaria adalah berakhirnya hegemoni dan dominasi dunia Barat dengan pecahnya perang Ukraina.

Bahkan, dalam satu dekade terakhir, dengan tumbuh dan munculnya ekonomi baru seperti Cina dan India, serta munculnya kembali Rusia sebagai kekuatan politik dan militer di kancah dunia, dan permintaan negara-negara tersebut, seiring dengan kekuatan baru lainnya seperti Brasil dan Afrika Selatan, untuk perubahan mendasar dalam pembangunan, proses dan lembaga-lembaga internasional. Barat, yang dipimpin oleh Amerika, praktis telah menghadapi tren penurunan pengaruh mereka di panggung dunia.

Terlepas dari alasan terjadinya, perang Ukraina telah menunjukkan ketidakmampuan NATO, di mana Amerika Serikat memainkan peran kunci, dalam mencegah gerakan militer Rusia di benua Eropa.

Selain itu, terlepas dari bantuan militer dan senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar beberapa miliar dolar dan penyediaan semua jenis layanan intelijen dan logistik ke Ukraina, negara-negara Eropa dan AS tampaknya tidak mampu mencegah kemajuan Rusia yang menduduki banyak wilayah timur dan barat daya Ukraina.

Viktor Orban, Perdana Menteri Hongaria pada hari Sabtu (23/07/2022) menekankan bahwa alih-alih merugikan Rusia, ternyata sanksi Barat justru telah merugikan negara-negara ini sendiri.

Di sisi lain, terlepas dari tekanan Amerika Serikat dan Eropa pada negara lain, terutama India dan Cina, untuk berpartisipasi dalam kampanye sanksi Barat terhadap Rusia, kedua kekuatan ekonomi utama ini, bersama dengan banyak negara lain, telah menahan diri untuk tidak mendampingi Barat dalam tindakan anti-Rusia.

Pada saat yang sama, Barat belum mampu mengisolasi Rusia di forum internasional seperti PBB bahkan G20. Apalagi Indonesia yang saat ini menjadi ketua bergilir G20 menolak menerima permintaan Washington untuk tidak mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan mendatang para pemimpin G20.

Semua kasus ini menunjukkan bahwa periode pengaruh Barat yang tak terbantahkan pada sistem internasional telah berakhir dan negara-negara lain tidak siap mengorbankan kepentingan nasional dan makro mereka sejalan dengan kepentingan Barat.

Masalah lain yang terjadi dengan perang di Ukraina dan sanksi Barat dan tindakan balasan Rusia adalah kelemahan nyata Eropa di bidang masalah energi strategis.

Terlepas dari banyak klaim Eropa yang dipimpin oleh Amerika Serikat di bidang embargo energi Rusia, sebenarnya Moskow telah mengambil inisiatif di bidang ini dan Eropalah yang sekarang semakin khawatir tentang pemutusan total gas Rusia dan konsekuensi bencana bagi rakyat negara-negara Eropa.

Terkait hal ini, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock telah memperingatkan tentang kerusuhan sosial di Jerman jika ekspor gas Rusia ke negara ini terputus.

Peter Szijjarto, Menteri Luar Negeri Hongaria

Peter Szijjarto, Menteri Luar Negeri Hongaria, sebagai negara yang menentang pengetatan sanksi terhadap Rusia, khususnya di bidang minyak dan gas, telah memperingatkan bahwa musim dingin akan datang dan Eropa harus realistis tentang ketergantungannya pada pasokan gas dari Rusia

Szijjarto mengatakan, "Saya mendengar dari politisi terkemuka di Eropa Barat bahwa mereka telah menemukan sumber alternatif pembelian gas dan ingin menghilangkan ketergantungan pada gas Rusia, jadi mengapa mereka mengeluarkan peringatan? Musim dingin akan datang dan para politisi harus mengatakan apakah ada gas atau tidak dan mereka tidak boleh bersembunyi di balik fakta tentang pasokan energi."(sl)

Tags