Jerman Sang Pelanggar HAM, Kini Mengaku Pembelanya
Jerman, sebagai anggota Uni Eropa, bersama dengan Amerika Serikat, telah mengadopsi pendekatan bermusuhan dan intervensi terhadap Iran selama kerusuhan baru-baru ini.
Permintaan Jerman untuk mengadakan sidang Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Kamis (24/11/2022) dibuat dengan dalih pelanggaran hak asasi manusia oleh Republik Islam Iran selama kerusuhan baru-baru ini, sementara melihat catatan hak asasi manusia Berlin menunjukkan sejarah Jerman yang sangat negatif di bidang ini.
Dalam sidang ini, negara-negara Barat, termasuk Jerman, melakukan serangan propaganda terkoordinasi terhadap Iran dan melontarkan banyak tuduhan tak berdasar.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengklaim, Kami telah meminta Iran untuk menghentikan tindakan represifnya dalam banyak kasus, tetapi tanggapannya hanya represi yang semakin intens.
Demikian pula, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengacu pada kerusuhan baru-baru ini di Iran mengatakan di Twitter, "Kita harus memperhatikan pelanggaran hak asasi manusia (di Iran) dan mengambil tindakan."
Para pejabat senior Jerman seperti Kanselir dan Menteri Luar Negeri negara ini telah mengklaim pelanggaran hak asasi manusia di Iran, padahal mereka dengan sengaja dan sadar memberikan sejumlah besar bahan dan peralatan yang diperlukan untuk pembuatan senjata kimia kepada rezim Baath Irak selama perang dipaksakan, sehingga menyebabkan tragedi kemanusiaan besar di Iran dan juga terhadap Kurdi Irak.
Ini adalah masalah yang telah diperhatikan oleh otoritas Iran.
Dalam perang yang dipaksakan, Irak melakukan total 582 serangan kimia, termasuk serangan eksperimental, terbatas, masif, dan ultra-lebar.
Akibat penyerangan tersebut, lebih dari 10.000 orang menjadi gugur syahid, sekitar 100.000 orang terluka dan membutuhkan perawatan terus menerus, dan 250.000 orang menderita luka ringan, kata perwakilan Iran, Khadija Karimi, pada pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Jerman adalah pemasok bahan dan peralatan terbesar yang diperlukan untuk membuat senjata kimia yang digunakan rezim Baath Irak selama perang, dan meluasnya penggunaan senjata ini oleh tentara Baath mengakibatkan kesyahidan dan cedera sejumlah besar orang Iran di negara ini.
Jerman, sebagai anggota Uni Eropa, bersama dengan Amerika Serikat, telah mengadopsi pendekatan bermusuhan dan intervensi terhadap Iran selama kerusuhan baru-baru ini.
Negara-negara Barat, terutama Jerman, memainkan peran yang sangat penting dalam menyediakan peralatan dan bahan kimia yang diperlukan rezim Baath Irak untuk memproduksi dan menggunakan bahan kimia dalam perang yang dipaksakan, dan masalah ini adalah salah satu alasantidak ada pemberitaan dan pengabaian yang disengaja pemerintah dan media Barat terkait serangan kimia Irak terhadap Iran yang diberlakukan selama perang yang dipaksakan.
Lusinan perusahaan kimia mendukung Irak untuk membangun senjata kimia, kebanyakan dari Jerman.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menulis di halaman Twitter-nya, "Rezim Berlin, sebagai pemasok utama senjata kimia yang digunakan Saddam terhadap rakyat Iran, dan telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran selama bertahun-tahun dengan sanksi mereka yang tidak adil dan tidak manusiawi. Sekarang mereka munafik dan menyalahgunakan mekanisme "hak asasi manusia" untuk melakukan lebih banyak tindakan anti-hak asasi manusia terhadap rakyat kita, dan semua ini atas nama "solidaritas" palsu dengan Iran."
Data yang tersedia menunjukkan partisipasi 85 perusahaan Jerman, 19 perusahaan Prancis, 18 perusahaan Inggris, dan 18 perusahaan Amerika.
Patut dicatat bahwa Jerman dikenal sebagai satu-satunya negara yang telah menandatangani Konvensi Jenewa dan Uni Eropa diizinkan untuk mencegah produksi senjata kimia oleh Jerman dengan memeriksa industri kimianya.
Salah satu penjual terbesar bahan bom kimia Irak adalah perusahaan Jerman "Imhausen Chemical" dan media Eropa, khususnya media Jerman, telah menerbitkan banyak dokumen tentangnya.

Meskipun berbagai negara telah mengekspor bahan kimia, peralatan teknis dan teknik, selongsong bom, dan hulu ledak rudal ke Irak dan berpartisipasi dalam produksi senjata mematikan ini, peran Jerman paling menonjol di antara semuanya.
Dengan demikian, Jerman harus duduk di kursi pesakitan bukannya membela hak asasi manusia dan diadili atas tindakan anti-kemanusiaan.(sl)