Amerika Tinjauan dari Dalam, 3 April 2023
(last modified Mon, 03 Apr 2023 09:26:09 GMT )
Apr 03, 2023 16:26 Asia/Jakarta
  • Perang di Ukraina
    Perang di Ukraina

Perkembangan di Amerika Serikat selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; AS Pesimis Bisa Kalahkan Rusia dalam Perang Ukraina Tahun Ini

Selain itu, masih ada isu lainnya seperti;

  • Kerja Sama Militer Rusia dan Cina Menguat, AS Ketar Ketir
  • Blinken Minta Warga AS Segera Keluar dari Rusia
  • Senat AS Batalkan Otorisasi Presiden terkait Perang Irak
  • AS Kirim Kapal Induk Kelas Nuklir ke Korsel
  • AS: Kami Tak Khawatir Perang Sipil Bakal Pecah di Israel
  • Popularitas Biden Terus Merosot di Amerika
  • Pentagon: Tahun 2049, Kemajuan Militer Cina akan Lampaui AS

AS Pesimis Bisa Kalahkan Rusia dalam Perang Ukraina Tahun Ini

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS mengatakan bahwa kecil kemungkinan pasukan Ukraina akan dapat membebaskan seluruh wilayah negaranya tahun ini.

Perang di Ukraina

Menanggapi permintaan berulang Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan menerima bantuan beberapa juta dolar dari Barat, serta provokasi Barat di dekat perbatasan Rusia, Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Februari 2022 melancarkan operasi militer khusus di wilayah timur Ukraina atas permintaan dari pejebat wilayah Donetsk dan Luhansk.

Selama setahun setelah berakhirnya perang Ukraina, Mircea Geoana, Wakil Sekretaris Jenderal NATO mengucurkan bantuan senjata, dan keuangan ke Ukraina senilai  150 miliar euro, dan 65 miliar euro diberikan dalam bentuk dukungan militer.

Namun terlepas dari dukungan Barat untuk Kyiv, Rusia sejauh ini telah mengambilalih 20 persen wilayah Ukraina.

Menurut saluran TV Al Jazeera, Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS hari Jumat (31/3/2023) mengatakan, "Saya ragu pasukan Ukraina akan dapat membebaskan semua wilayah negara mereka tahun ini,".

"Mengusir pasukan Rusia dari Ukraina adalah misi militer yang sangat sulit, tetapi bukan tidak mungkin terjadi," ujar Milley.

Bank Dunia baru-baru ini memperkirakan bahwa rekonstruksi Ukraina setelah berakhirnya perang dengan Rusia akan menelan biaya sebesar 411 miliar dolar selama 10 tahun ke depan.

Anggaran yang dibutuhkan untuk membersihkan puing-puing dari kota dan desa yang hancur saja diperkirakan mencapai 5 miliar dolar.

Kerja Sama Militer Rusia dan Cina Menguat, AS Ketar Ketir

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS menyatakan bahwa Washington tidak menginginkan perang dengan Rusia dan Cina, dan menegaskan urgensi pendekatan untuk mencegah aliansi militer antara Beijing dan Moskow.

Presiden Rusia, Vladimir Putin menolak klaim bahwa kerja sama antara Moskow dan Beijing merupakan ancaman bagi Barat.

Milley

Putin mengumumkan bahwa Rusia belum membentuk aliansi militer dengan Cina, dan kerja sama antara kedua negara bersifat teknis dan militer, serta ada masalah tersembunyi dalam hal ini.

Presiden Rusia menekankan,"Moskow memperluas kerja sama militer dengan Beijing, termasuk latihan bersama. Ini tidak hanya terbatas pada Cina saja, dan kerja sama dengan negara lain ini sedang berlangsung dan berlanjut. Masalah ini sudah jelas, dan tidak ada aliansi militer,".

Mark Milley dalam wawancara dengan majalah Defense One pada Jumat (31/3/2023) malam mengatakan,"Kami membutuhkan pendekatan geopolitik yang tidak membuat Cina dan Rusia begitu dekat sehingga mereka membentuk aliansi militer melawan Amerika Serikat,".

Kepala Staf Gabungan militer AS memperingatkan dampak destruktif konflik militer antara Rusia dan Cina dengan AS dengan mengatakan, "Jika perang antara tiga negara adidaya dimulai dan dua di antaranya melawan kita, itu akan menjadi tantangan besar."

"Militer Cina dan lainnya telah sampai pada kesimpulan bahwa perang dengan Amerika Serikat tidak dapat dihindari, dan itu adalah pola pikir yang berbahaya," kata Milley

Moskow dan Beijing percaya bahwa perkembangan internasional dan realitas sistem dunia yang positif bergerak menuju sistem multipolar. Sementara orang Barat, terutama Amerika Serikat, terus bersikeras mempertahankan sistem unipolar dan mencoba memainkan peran polisi global dalam mewujudkan tujuannya melalui unilateralisme.

Blinken Minta Warga AS Segera Keluar dari Rusia

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat merespon penangkapan wartawan Wall Street Journal dan mengatakan, sekali lagi Washington memperingatkan bahaya bagi warga AS di Rusia, dan meminta mereka segera meninggalkan negara itu.

Antony Blinken

Antony Blinken, Kamis (30/3/2023) menuturkan, "Kami mengutuk upaya-upaya berkelanjutan Rusia, untuk menakut-nakuti, menumpas dan menangkap para wartawan serta membungkam suara masyarakat."

Ia menambahkan, "Kami berusaha supaya warga AS yang ditangkap di Rusia, bisa mengakses pelayanan Konsulat Jenderal sehingga mendapatkan dukungan yang diperlukan."

Sebelumnya Juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, Kamis mengonfirmasi penangkapan atas seorang wartawan media AS di negara itu.

Dalam jumpa persnya di Kremlin, Peskov menjelaskan, penangkapan wartawan Wall Street Journal di Rusia, bukan sebuah prasangka buruk, tapi ia memang ditangkap dan langkah ini berada di bawah wewenang aparat keamanan.

Ditanya kemungkinan reaksi AS terkait penangkapan wartawan Wall Street Journal di Rusia, Peskov menjelaskan, "Kami berharap tidak akan demikian."

"Wartawan media AS, Wall Street Journal, Evan Gershkovich, ditangkap ketika tengah melakukan pelanggaran hukum," pungkas Jubir Kepresidenan Rusia.

Senat AS Batalkan Otorisasi Presiden terkait Perang Irak

Senat Amerika Serikat menyetujui pembatalan otorisasi presiden negara ini terkait perang Irak.

Seperti dilaporkan IRNA, Senat Amerika Rabu (29/3/2023) mengesahkan RUU pembatalan otorisasi tahun 1991 dan 2002 presiden negara ini untuk memanfaatkan militer menyerang Irak dengan 66 suara setuju dan 30 suara menolak.

RUU ini dikirim ke DPR sebelum disahkan oleh Presiden Joe Biden.

Otorisasi penggunaan militer di tahun 1991 dan 2002 memberi wewenang kepada Amerika untuk mengintervensi perang Teluk Persia dan menyerang Irak untuk menumbangkan rezim Baath dan Saddam Husein.

Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, pada tanggal 20 Maret 2003, George W. Bush, Presiden Amerika Serikat waktu itu, memerintahkan serangan ke Irak tanpa otorisasi Dewan Keamanan PBB dan dalam tindakan sepihak dan bersama Perdana Menteri Inggris saat itu, Tony Blair, dan pasukan Amerika dan Inggris melancarkan perang besar-besaran, yang menyebabkan jatuhnya rezim Baath dan penggulingan Saddam Hussein.

Penghancuran fasilitas pembuatan senjata pemusnah massal adalah salah satu pembenaran utama untuk memulai perang ini oleh George Bush dan Tony Blair; Namun, terlepas dari klaim badan intelijen Amerika dan Inggris, tidak ada senjata pemusnah massal yang ditemukan di Irak setelah pendudukan oleh pasukan kedua negara ini, yang menyebabkan kematian puluhan ribu warga Irak.

Invasi AS ke Irak dengan keterlibatan Inggris dan pendudukan berikutnya di Irak mengakibatkan kematian sedikitnya 210.000 warga sipil. Setelah perang ini, Irak mengalami ketidakstabilan yang berkepanjangan dan menjadi platform yang menguntungkan untuk penyebaran ekstremisme Takfiri, dan banyak wilayah utara Irak berada di bawah kendali kelompok teroris Daesh (ISIS) setelah penarikan sebagian Amerika Serikat pada tahun 2011.

Bertahun-tahun setelah pemerintah Irak menginstruksikan penarikan pasukan Amerika, tapi sampai saat ini sebanyak 2.500 pasukan Amerika masih bercokol di negara ini. Menurut data Pentagon, total korban militer Amerika selama perang Irak mencapai 4.487 orang.

AS Kirim Kapal Induk Kelas Nuklir ke Korsel

Seiring dengan meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, Angkatan Laut Amerika Serikat mengirim sebuah kapal induk yang dilengkapi hulu ledak nuklir ke Korea Selatan.

Kantor berita Kyodo, Selasa (28/3/2023) melaporkan, sebuah armada maritim AS yang dipimpin kapal induk nuklir memasuki pelabuhan Busan di Korea Selatan.

Menurut Kyodo, sejak bulan September 2022, ini adalah yang pertama kalinya sebuah kapal induk nuklir AS, memasuki kawasan Semenanjung Korea.

Peningkatan kehadiran pasukan AS di Semenanjung Korea, dilakukan setelah minggu lalu Korea Utara melakukan dua uji coba rudal balistik, dan satu uji coba nuklir kapal selam.

Kapal induk kelas nuklir USS Nimitz, milik Angkatan Laut AS, setelah mengikuti manuver militer bersama dengan Korsel, di perairan bebas dekat pulau Jeju, hari Senin mulai memasuki perairan Korea Selatan.

Pemimpin Korut, Kim Jong-un, bersamaan dengan bergeraknya armada Angkatan Laut AS ke Semenanjung Korea, mendesak peningkatan kekuatan pencegahan atom negara itu di hadapan ancaman AS dan Korsel.

Kantor berita Korut, KCNA melaporkan, Kim Jong-un dalam pertemuan dengan lembaga nuklir negara itu mengatakan, "Korea Utara harus siap menggunakan senjata nuklirnya di mana pun, dan kapan pun."

AS: Kami Tak Khawatir Perang Sipil Bakal Pecah di Israel

Koordinator hubungan strategis Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat mengatakan, Presiden AS tidak mengkhawatirkan kemungkinan pecahnya perang sipil di Israel.

John Kirby, Senin (27/3/2023) menuturkan, "Washington terus menjalin kontak dengan pemerintah Tel Aviv, dan sangat mencemaskan perkembangan terbaru di sana."

John Kirby

Ia menambahkan, "Presiden Joe Biden menginginkan agar para pejabat tinggi Israel, dapat menemukan solusi yang didukung oleh mayoritas penduduk."

Menurut John Kirby, Presiden Amerika Serikat secara langsung sudah menyampaikan kekhawatirannya kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Akan tetapi pada saat yang sama, John Kirby menyatakan bahwa Presiden AS, tidak mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perang sipil di Israel.

"Israel sampai saat ini belum menghapus kekhawatiran-kekhawatiran kami terkait program reformasi peradilan," pungkas John Kirby.

Popularitas Biden Terus Merosot di Amerika

Hasil jajak pendapat di Amerika Serikat menunjukkan bahwa popularitas presiden negara ini terus menurun.

Sebelumnya, jajak pendapat oleh Redfield and Wilton Strategies dan Premise menunjukkan bahwa persaingan merebut Gedung Putih berlangsung dengan perbedaan kecil antara Donald Trump dan Joe Biden.

Situs The Hill menulis, Menurut survei Marist Institute, tingkat kepuasan terhadap Presiden AS Biden turun menjadi 42 persen. Peringkat kepuasan terbaru untuknya, yang diumumkan setelah pidatonya di Kongres, adalah 46 persen.

Survei ini juga menunjukkan bahwa 30% orang Amerika menganggap ekonomi sebagai masalah terpenting di negara ini, sementara 20% percaya bahwa ancaman terhadap demokrasi adalah perhatian terpenting negara ini.

Menurut jajak pendapat ini, 49% orang Amerika tidak menyetujui Biden.

Menurut laporan ini, sementara Biden menghadapi ketidakpuasan yang meluas dari publik selama beberapa bulan dalam jajak pendapat, kini hasil survei menunjukkan bahwa Partai Republik dapat memiliki jalan yang lebih mudah untuk memenangkan persaingan mencapai Gedung Putih tahun depan.

Pemerintah Amerika telah dikritik oleh berbagai kalangan politik terkait inflasi, pengelolaan wabah Corona, kebijakan luar negeri, dan masalah lainnya.

Inflasi Amerika yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemerintahan Biden dalam 40 tahun terakhir dan tingginya harga bensin juga menjadi faktor penurunan popularitas presiden demokratis negara ini. Dalam beberapa bulan terakhir, Biden juga dikritik karena kondisi psikologisnya.

Pentagon: Tahun 2049, Kemajuan Militer Cina akan Lampaui AS

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS mengakui bahwa Cina akan mengungguli AS dalam bidang persenjataan pada tahun 2049.

Pentagon

Menurut Sputnik, Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS dalam sidang Komisi Urusan militer DPR AS untuk membahas anggaran 2024 Departemen Pertahanan AS (Pentagon) hari Minggu (2/4/2023) mengatakan bahwa Cina saat ini sedang mengejar program nuklir dan rudal tanpa henti yang jangkauannya bisa menjangkau daratan Amerika Serikat.

"Mereka sedang dalam perjalanan untuk melampaui Amerika dalam hal persenjataan militer," ujar Milley.

"Amerika seharusnya tidak hanya melanjutkan kemajuan militernya, tetapi juga penting untuk tidak membiarkan hal seperti itu terjadi di Cina," tegasnya.

Komandan Angkatan Udara AS, Frank Kendall Selasa lalu mengungkapkan bahwa perkembangan nuklir Cina menjadi ancaman militer paling berbahaya terhadap Amerika yang pernah dilihatnya selama 50 tahun menjabat di pentagon.

Pentagon memperingatkan pada Desember tahun lalu bahwa Cina berniat untuk membangun 1.500 hulu ledak nuklir pada tahun 2035, yang empat kali lipat dari stok persenjataan nuklir AS saat ini.

 

Tags