Amerika Tinjauan dari Dalam, 11 November 2023
Perkembangan di Amerika selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Pejabat AS: Israel Harus Belajar dari Perang Lebanon.
Selain itu, masih ada isu-isu penting lain dari AS, seperti;
- New York Times: Rudal AS Tidak akan Ubah Kondisi di Ukraina
- Protes Pengiriman Senjata ke Israel, Pendukung Palestina di AS Blokir Pelabuhan Tacoma
- Lawatan Menlu AS ke Turki Disambut Unjuk Rasa
- Amerika Serikat Kirim Kapal Selam Nuklir ke Timur Tengah
- Reuters: Rudal Anti-Kapal Hizbullah Ancaman bagi AL Amerika
- Demo, Pegawai Kongres AS Tuntut Gencatan Senjata di Gaza
- Bank of America: Utang AS akan Melonjak 20 Triliun Dolar
Pejabat AS: Israel Harus Belajar dari Perang Lebanon
Pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, di masa Presiden Barack Obama, menyarankan Rezim Zionis, untuk belajar dari Perang 33 hari dengan Lebanon.
Andrew Exum, Selasa (7/11/2023) dalam artikelnya di situs The Atlantic, memperingatkan bahwa penentuan target-target ekstrem dalam perang Gaza, hanya akan berujung dengan kemenangan kelompok perlawanan Palestina.
Deputi Asisten urusan Timur Tengah, Menteri Pertahanan AS, di masa Obama itu menuturkan, "Israel telah menetapkan target-target ekstrem baginya dalam perang ini, dan sebagaimana dalam perang tahun 2006, ia kalah di Lebanon, sekarang pun bisa kalah di Gaza."
Exum mengaku tidak yakin strategi Israel, yang digunakan di Gaza masuk akal, oleh karena itu ia merasa khawatir karena Israel, telah menetapkan target-target ekstrem seperti tahun 2006 silam di Lebanon.
Mantan Deputi Asisten Menhan AS, ini menjelaskan, "Israel ingin menentukan target-target ekstrem yang biasanya menjadi konsumsi dalam negeri, dan gagal mewujudkannya. Hal ini akan berujung dengan kemenangan pasukan perlawanan Palestina."
"PM Israel saat itu Ehud Olmert, tahun 2006 menetapkan tiga target dalam perang Lebanon, melenyapkan Hizbullah, memulangkan mayat dua tawanan Israel, dan mengakhiri serangan rudal ke Israel," imbuhnya.
Andrew Exum menegaskan, "Akan tetapi Israel, tidak berhasil mencapai satu pun target yang ditetapkannya itu. Meski kerusakan parah akibat perang harus dialami Lebanon, namun sebagian besar pengamat percaya Hizbullah, pemenang perang."
Ia melanjutkan, "Selama sebulan, Israel membombardir sekuat tenaga, tapi Hizbullah, tetap bertahan, dan sekarang Hizbullah dan Hamas, tidak menginginkan sesuatu yang lebih rendah dari kehancuran Israel, meski tidak tergesa-gesa untuk tujuan ini."
New York Times: Rudal AS Tidak akan Ubah Kondisi di Ukraina
Para pejabat Amerika telah berulang kali menyatakan keraguan mereka mengenai efektivitas pengiriman rudal jarak jauh ke Ukraina.
The New York Times, mengutip statemen beberapa ajudan Presiden AS Joe Biden, melaporkan penyebab terjadinya penundaan pengiriman rudal jarak jauh ATACMS ke Ukraina.
Sebelumnya, pemerintahan Biden berjanji akan mengirimkan rudal ATACMS ke Ukraina pada bulan September, namun ditunda karena beberapa kekhawatiran mengenai meningkatnya ketegangan dan perluasan serangan Ukraina ke wilayah Rusia.
Kekhawatirannya saat ini bahwa rudal-rudal tersebut tidak akan membuat perbedaan besar bagi Ukraina karena Rusia tahu cara untuk melawannya.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky telah membujuk Washington untuk mengirim rudal jarak jauh ke Kyiv selama berbulan-bulan.
Media Amerika Serikat, Politico bulan lalu mengutip informasi para pejabat Amerika mengungkapkan rincian keputusan Washington untuk diam-diam mengirim rudal jarak jauh ini ke Ukraina dan menulis bahwa keputusan ini diambil pada bulan Juli setelah melihat kegagalan serangan balik Ukraina.
Menyusul pecahnya perang di Ukraina pada 24 Februari 2022, hingga saat ini negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), termasuk Amerika Serikat, telah meninggalkan opsi diplomasi untuk menjalin perdamaian, dengan dukungan militer yang sangat besar untuk Kyiv yang menyebabkan perang terus berkobar.
Moskow telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat bahwa pengiriman senjata ke Ukraina akan memperpanjang konflik
Protes Pengiriman Senjata ke Israel, Pendukung Palestina di AS Blokir Pelabuhan Tacoma
Para pengunjuk rasa pendukung Palestina memblokir pelabuhan Tacoma di AS untuk menghentikan kapal-kapal akan menuju rezim Zionis.
Seattle Times hari Senin (6/11/2023) melaporkan, ratusan orang berkumpul di pintu masuk pelabuhan Tacoma hingga larut malam untuk mencegah pemuatan kargo oleh MV Cape Orlando, kapal pasokan Angkatan Darat AS yang akan bertolak menuju rezim Zionis.
Kapal setinggi 635 kaki ini merupakan bagian dari armada Cadangan Pertahanan Nasional AS dan telah digunakan dalam perang Irak dan Afghanistan.
Dalam demonstrasi yang berlangsung selama 12 jam ini, sebagian orang berbaris melingkar, dan sejumlah orang mengibarkan bendera Palestina, dan sebagian lainnya memegang poster bertuliskan, "Kami tidak akan membantu Israel", "Hentikan tembakan sekarang" dan "Perlawanan Berlanjut".
Para pengunjuk rasa percaya bahwa kapal ini mengangkut peralatan dan senjata militer ke wilayah pendudukan.
Para pengunjuk rasa menggunakan mobil untuk memblokir jalan dan gerbang, sehingga memaksa pekerja kapal untuk kembali.
Tacoma News Tribune mengungkapkan bahwa polisi ditempatkan di belakang pagar terminal.
Pasokan senjata dan amunisi Amerika Serikat terhadap Israel menjadi landasan bagi berlanjutnya kejahatan rezim Zionis terhadap warga sipil Palestina, terutama perempuan dan anak-anak.
Lawatan Menlu AS ke Turki Disambut Unjuk Rasa
Warga Turki di Ankara berkumpul di depan gedung Kementerian Luar Negeri negara ini untuk memprotes kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken ke Turki.
Aksi unjuk rasa rakyat Turki hari Senin (6/11/2023) diadakan atas seruan Persatuan Pemuda Turki sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina dan penentangan atas dukungan AS terhadap rezim Zionis.
Para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menentang rezim Zionis, Amerika Serikat, dan Antony Blinken, menteri luar negeri AS yang mengunjungi Ankara.
Para pengunjuk rasa menuntut kerja sama Iran, Rusia, Suriah dan Turki untuk menghadapi imperialisme Amerika dan plot separatis Barat.
Polisi menangkap tujuh pengunjuk rasa dalam aksi protes kemarin.
Bersamaan dengan kedatangan Menteri Luar Negeri AS ke Ankara, warga Turki berdemonstrasi di depan pangkalan militer AS di Adena untuk menentang dukungan Washington terhadap genosida yang dilakukan rezim Zionis di Gaza.
Pasukan keamanan Turki menggunakan bom asap, gas air mata dan meriam air untuk membubarkan aksi demonstrasi tersebut.
Amerika Serikat Kirim Kapal Selam Nuklir ke Timur Tengah
Satu unit kapal selam nuklir Amerika Serikat, sudah ditempatkan di area operasi Pusat Komando Militer AS di Timur Tengah, CENTCOM.
Dikutip kantor berita Anadolu, Senin (6/11/2023) Angkatan Laut Amerika Serikat, telah mengirim satu unit kapal selam nuklir ke Timur Tengah.
"Pada tanggal 5 November, kapal selam nuklir kelas Ohio, tiba di area yang berada di bawah tanggung jawab Pusat Komando Militer AS di Timteng," tulis CENTCOM di media sosial X.
Sebagaimana diketahui, sejak kelompok perlawanan Palestina, meluncurkan operasi perlawanan Tufan Al Aqsa, terhadap Rezim Zionis, 7 Oktober lalu, AS sudah mengirim dua kapal induk ke kawasan.
Sejak dimulainya operasi perlawanan Palestina, Amerika Serikat juga telah meningkatkan manuver-manuver militernya di kawasan Asia Barat, untuk mendukung Israel.
Baru-baru ini Sekjen Hizbullah, dalam pidatonya memperingatkan AS, "Kapal-kapal perang Anda, di Laut Mediterania, tidak membuat kami takut, dan tidak akan pernah menakuti kami. Saya katakan kepada Anda, kami sudah menyiapkan peralatan untuk kapal-kapal yang Anda gunakan untuk mengancam kami."
Sayid Hassan Nasrullah menambahkan, "Jika sampai perang regional pecah, kapal-kapal perang dan jet tempur tidak akan membantu Anda. Kepentingan dan pasukan Anda akan menjadi korban, dan Anda akan menjadi pecundang terbesar dalam perang ini."
Reuters: Rudal Anti-Kapal Hizbullah Ancaman bagi AL Amerika
Sumber media mengatakan rudal-rudal anti-kapal milik Hizbullah Lebanon, telah meningkatkan ancaman bagi Angkatan Laut Amerika Serikat.
Reuters, Kamis (9/11/2023) melaporkan, salah satu sumber terpercaya menuturkan, rudal-rudal anti-kapal yang ada di gudang senjata Hizbullah, telah meningkatkan ancaman kelompok ini atas AL Amerika Serikat.
Menurut sumber tersebut, Hizbullah punya kemampuan memproduksi rudal buatan Rusia, Yakhont yang memiliki jarak tempuh 300 kilometer, dan ini menyebabkan kemampuan anti-kapal Hizbullah meningkat.
"Kemampuan rudal anti-kapal Hizbullah, sejak tahun 2006 mengalami perkembangan yang sangat pesat, dan kemungkinan penggunaan jenis rudal ini oleh Hizbullah, terhadap kapal-kapal musuh akan membuktikan bahwa konflik yang ada saat ini dapat berubah menjadi sebuah perang besar regional," imbuhnya.
Mengutip tiga pejabat pemerintah berkuasa, dan seorang pejabat lama AS, Reuters menjelaskan, "Hizbullah adalah organisasi yang memproduksi banyak senjata termasuk rudal-rudal anti-kapal."
Salah satu pejabat AS itu menerangkan, "Jelas bahwa kita menaruh perhatian yang sangat dalam pada masalah ini, dan menanggapi serius kemampuan Hizbullah Lebanon."
Sampai saat ini Hizbullah, belum mengonfirmasi bahwa pihaknya memiliki jenis rudal Yakhont, dan mampu memproduksinya sendiri.
Sekjen Hizbullah dalam pidato terbarunya memperingatkan, pihaknya sudah menyiapkan peralatan untuk menghadapi kapal-kapal perang AS, di Laut Mediterania.
Demo, Pegawai Kongres AS Tuntut Gencatan Senjata di Gaza
Sekelompok pegawai Kongres Amerika Serikat, berkumpul di depan Gedung Kongres, untuk mengenang korban akibat perang Rezim Zionis terhadap Gaza, dan menuntut gencatan senjata segera.
Para pegawai Kongres AS, Rabu (9/11/2023) menggelar unjuk rasa di depan Gedung Kongres, untuk menuntut gencatan senjata dalam perang Israel terhadap rakyat Gaza.
Dikutip kantor berita Anadolu, kelompok yang menamakan diri Staf Kongres untuk Gencatan Senjata, itu menuntut pimpinan mereka supaya mendesak gencatan senjata segera di Gaza.
"Kami mendesak para pemimpin kami untuk berbicara, menyerukan gencatan senjata, pembebasan seluruh tawanan, dan deeskalasi segera, sekarang juga," katanya.
Kelompok pegawai Kongres AS itu menambahkan, "Para konstituen kami meminta gencatan senjata di Gaza, maka kami sebagai pegawai Kongres, menjawab seruan mereka."
Pada saat yang sama, para pegawai Kongres Amerika Serikat itu menyalahkan pimpinan-pimpinan mereka yang tidak mau mendengarkan suarat rakyat yang diwakilinya.
Aksi unjuk rasa tersebut diisi dengan acara meletakkan bunga di depan Capitol Hill, dan menggelar prosesi mengheningkan cipta untuk para korban perang di Jalur Gaza.
Serangan brutal Rezim Zionis, ke Jalur Gaza, menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, telah menyebabkan 10.569 orang gugur, termasuk 4.324 anak-anak, dan 2.823 perempuan.
Bank of America: Utang AS akan Melonjak 20 Triliun Dolar
Bank of America mengumumkan kemungkinan peningkatan utang negara sebesar 20 triliun dolar dalam dekade berikutnya.
Russia Today mengutip laporan terbaru Bank of America yang menyatakan bahwa utang negaranya mungkin meningkat sebesar 20 triliun dolar selama dekade berikutnya.
Utang AS saat ini berjumlah sekitar 33,6 triliun dolar, namun pada tingkat pertumbuhannya karena defisit keuangan pada tahun 2020-an, kemungkinan akan tumbuh sebesar $5,2 miliar per hari selama 10 tahun ke depan, dan jumlah utang akan mencapai sekitar $54 triliun pada tahun 2033.
Menurut Bank of America, salah satu faktor yang akan menyebabkan peningkatan utang negara lebih lanjut adalah lonjakan tajam defisit anggaran federal, yang akan meningkat sebesar 320 miliar dolar menjadi 1,7 triliun dolar pada tahun 2023, yang memaksa Departemen Keuangan AS umenjual triliunan dolar obligasi baru.
Amerika Serikat sebelumnya melampaui batas utangnya sebesar $31,4 triliun pada Januari 2023.