Eskalasi Friksi Anggota NATO mengenai Perang Ukraina
(last modified Mon, 11 Mar 2024 07:42:59 GMT )
Mar 11, 2024 14:42 Asia/Jakarta
  • Eskalasi Friksi Anggota NATO mengenai Perang Ukraina

Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto mengkritik posisi Perancis dan Polandia mengenai kemungkinan pengiriman pasukan NATO ke Ukraina, dan menekankan bahwa negara-negara tersebut tidak dapat mewakili NATO.

Crosetta menilai Prancis dan Polandia tidak dapat berbicara atas nama NATO, yang sejak awal tidak melakukan intervensi secara resmi dan sukarela dalam perang ini.

Italia percaya bahwa pengerahan pasukan NATO ke Ukraina akan meningkatkan ketegangan dan menyangkal kemungkinan solusi diplomatik terhadap konflik tersebut.

Sebelumnya, pada tanggal 26 Februari, Presiden Perancis Emmanuel Macron di sela-sela pertemuan perwakilan dari sekitar 20 negara Barat untuk membahas lebih banyak dukungan untuk Ukraina mengungkapkan bahwa pengerahan pasukan di Ukraina oleh anggota NATO dan sekutu lainnya tidak bisa dipungkiri lagi.

Masalah pengiriman pasukan Barat ke Ukraina dibahas dalam pertemuan ini. Menurut presiden Prancis, para peserta pertemuan ini tidak mencapai konsensus mengenai masalah ini, namun skenario ini tidak dapat ditolak di masa depan. Macron mengklaim bahwa negara-negara Eropa berencana mengirim pasukan militer ke Ukraina.

 

 

Perkataan Macron memicu reaksi negatif dari anggota NATO, dan negara-negara NATO menolak pengiriman pasukan ke Ukraina. Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menanggapi pernyataan Macron yang mengatakan pengiriman pasukan tidak akan membantu menyelesaikan masalah Kyiv, dan meminta sekutu Ukraina tidak menjadi pengecut.

Tentu saja, beberapa anggota NATO mendukung gagasan Macron. Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski pada konferensi yang diadakan dalam rangka peringatan 25 tahun keanggotaan Polandia di NATO mengatakan bahwa pasukan NATO saat ini berada di Ukraina, dan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada perwakilan negara-negara ini atas tindakan tersebut.

Sebelumnya, ia menyambut baik ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang pengerahan pasukan militer ke Ukraina, dan menegaskan bahwa kehadiran pasukan NATO di Ukraina tidak jauh dari gambaran sebelumnya.

Menteri Luar Negeri Polandia mengungkapkan bahwa sekelompok negara NATO telah mengirimkan pasukan militernya ke Ukraina, dan tentara NATO sudah hadir di negara tersebut.

Sementara itu, pendirian Italia yang jelas menentang pandangan beberapa anggota NATO mengenai kemungkinan pengiriman pasukan militer ke Ukraina menunjukkan bahwa terdapat konsensus di antara anggota organisasi militer barat Eropa ini mengenai keterlibatan militer NATO yang lebih besar dalam perang Ukraina. 

Sementara beberapa anggota NATO, seperti Polandia, yang memiliki sikap bermusuhan terhadap Rusia, membela kehadiran langsung pasukan NATO di Ukraina. Namun negara lain, seperti Italia dan Jerman, sebagai negara terpenting di Uni Eropa, hanya menginginkan kelanjutan dari bantuan militer untuk Kyiv.

Tentu saja, sejak isu kehadiran pasukan NATO di Ukraina mengemuka, masalah ini ditanggapi dengan peringatan Moskow. Dmitry Peskov, Juru Bicara Kremlin, menanggapi pernyataan presiden Prancis dengan mengatakan bahwa konflik militer langsung antara NATO dan Rusia tidak akan terhindarkan, jika pasukan NATO dikirim ke Ukraina.

Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menanggapi perkataan Kementerian Luar Negeri Polandia tentang kehadiran pasukan anggota NATO di Ukraina, dengan menyatakan bahwa tidak logis bagi NATO untuk menyangkal kehadiran pasukannya di Ukraina.

Dengan kata lain, Moskow percaya bahwa pasukan NATO telah hadir di negara ini sejak lama untuk membantu tentara Ukraina, meskipun masalah ini berulang kali dibantah oleh para pejabat aliansi militer ini. Namun, Moskow berusaha untuk tidak menganggap kehadiran ini sebagai intervensi militer langsung NATO dalam perang Ukraina, demi menghindari konfrontasi militer langsung dengan NATO.

Pejabat senior NATO dan beberapa negara anggota penting seperti Amerika Serikat percaya bahwa kemenangan Rusia dalam perang Ukraina, bahkan di sekitar NATO, akan berarti mendiskreditkan organisasi militer ini dan memperluas pengaruh regional dan internasional Rusia dan perimbangan kekuatan keamanannya. Hal ini akan mengubah situasi militer dan politik di Eropa sehingga merugikan Barat.

Oleh karena itu, tindakan apa pun yang menghalangi terwujudnya skenario ini, termasuk pengiriman segala jenis senjata efektif dan jarak jauh seperti rudal Himars, Atakam, dan Cruise Storm Shadow, serta segala jenis peralatan tempur berat dan semi-berat menjadi agenda Amerika Serikat dan mitranya di NATO.

Namun, senjata-senjata ini tidak membantu tentara Ukraina dalam serangan balik ekstensif pada tahun 2023 terhadap pasukan Rusia dan menyebabkan kekecewaan besar bagi presiden Ukraina yang pro-Barat, Volodymyr Zelensky, karena tidak dilaksanakannya janji-janjinya tentang kekalahan Rusia. dalam perang Ukraina.(PH)