Mar 29, 2024 18:34 Asia/Jakarta
  • AIPAC
    AIPAC

Lobi Yahudi, memiliki kedudukan khusus dalam penyusunan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Meski populasi orang Yahudi, di AS, hanya sekitar tiga persen, namun mereka mampu menjadi minoritas etnis yang paling berpengaruh dalam struktur kekuasaan AS.

Lobi Yahudi, di AS, memiliki agenda kerja yang berbeda-beda, tapi konsentrasi utamanya adalah hubungan AS dan Israel. Upaya-upaya lobi Yahudi, untuk mendukung Israel, merupakan hasil kerja sama beberapa organisasi Yahudi, dan di antara organisasi Yahudi, paling kuat dan terkenal di AS, adalah AIPAC, Komite Urusan Publik Amerika Israel, yang memainkan peran sangat menonjol.
 
AIPAC bertanggung jawab menyusun perencanaan, dan koordinasi aktivitas sebagian besar organisasi Yahudi, di AS, dan memainkan peran asasi dalam mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan AS, dengan kepentingan-kepentingan Zionisme.
 
Koordinasi ini dilakukan melalui kontak dan komunikasi konstruktif dengan anggota Kongres, dan para pejabat tinggi badan ekskutif yang mendorong inisiatif pembentukan undang-undang yang menjamin kelanggengan, eksistensi dan keamanan Israel.
 
Dewasa ini AS dan Israel, diketahui menjalin sebuah hubungan khusus. Salah satu alasan hubungan khusus, dan dukungan total AS atas Israel, adalah keberadaan organisasi-organisasi lobi Yahudi, semacam AIPAC.
 
 

 

AIPAC, selalu mengulang-ulang serta mengingatkan ancaman bersama yang dihadapi AS dan Israel, dan mengatakan kepada para politisi AS, bahwa kerja sama strategis kedua belah pihak diperlukan untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut.
 
Dengan membentuk banyak organisasi Yahudi, AIPAC berusaha memanfaatkan ikatan-ikatan keagamaan dan etnis yang sangat luas, dan memuluskan infiltrasinya di tubuh institusi-institusi pengambil keputusan AS, serta mengendalikan Departemen Luar Negeri AS, demi mewujudkan tujuannya.
 
AIPAC, menjalankan misinya dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi, dan propaganda luas untuk mendukung kandidat-kandidat di pemilu AS, baik itu Kongres maupun Presiden, yang memiliki pandangan yang sejalan dengannya.
 
Salah satu penyebab utama efektivitas kerja AIPAC adalah pengaruhnya di Kongres AS, lembaga yang di dalamnya Israel, secara praktis terlindung dari segala bentuk kritik. Sekalipun Kongres, tidak pernah menghindari pembahasan-pembahasan isu kontroversial, tapi ketika terkait Israel, maka tidak ada satu pun kritik, dan jarang sekali pembahasan atau dialog terkait Israel, dilakukan.
 
 

 

Kesuksesan AIPAC, disebabkan juga oleh kemampuan memberikan imbalan kepada para legislator AS, dan kandidat Kongres, yang mendukung program-programnya, dan kemampuan menghukum para penentang program-programnya.
 
Selain itu pengaruh AIPAC, di badan eksekutif salah satunya ditentukan oleh pengaruh pemilih Yahudi, dalam pemilu presiden AS. Orang-orang Yahudi, meski jumlah mereka sedikit, tetapi memberikan banyak bantuan finansial kepada para kandidat dari kedua partai AS.
 
Selain itu tingkat partisipasi orang Yahudi, di AS, cukup tinggi, dan mereka terkonsentrasi di negara-negara bagian penting seperti California, Florida, Illinois, New York, dan Pennsylvania.
 
Kenyataanya, AIPAC merupakan instrumen terpenting orang-orang Zionis, di AS, untuk memengaruhi kebijakan-kebijakan kekuatan besar dunia saat ini dalam masalah-masalah yang terkait dengan Israel, dan wilayah yang paling kontrovesial di dunia terutama Asia Barat.
 
 

 

John Mearsheimer, dan Stephen Wallet, dalam bukunya, "Lobi Israel dan Kebijakan Luar Negeri AS", percaya bahwa meski tidak ada pertimbangan strategis, dan moral apa pun yang dapat menjustifikasi dukungan AS terhadap Israel, saat ini, namun pembenaran asli atas sikap tidak normal ini adalah pengaruh lobi Yahudi di AS.
 
Keduanya juga percaya bahwa lobi Israel, memainkan peran signifikan dalam upaya menyeret AS, ke dalam perang mematikan di Irak, pada tahun 2003, dan menggagalkan upaya menjalin hubungan dengan Republik Islam Iran, dan Suriah.
 
Oleh karena itu, John Mearsheimer, dan Stephen Wallet, menganggap lobi Israel, yang pusatnya adalah AIPAC, sebagai penentu utama arah kebijakan luar negeri AS di Asia Barat atau Timur Tengah.
 
Infiltrasi, dan pengaruh AIPAC, sedemikian besar sehingga di banyak kasus, memaksa para pejabat AS, untuk menyesuaikan kebijakan-kebijakannya dengan kebijakan Israel, meski tidak sejalan dengan keinginannya.
 
 

 

Contoh paling jelas adalah perubahan sikap para Presiden AS, terdahulu terkait janji mereka untuk mendirikan negara merdeka Palestina, karena tekanan-tekanan, dan propaganda AIPAC.
 
Tidak lama setelah menduduki Irak, Presiden AS George W. Bush, dalam sebuah acara bertema peta jalan menyelesaikan konflik Palestina dan Israel, berjanji akan mendukung pendirian negara merdeka Palestina, namun tidak lama kemudian karena kemarahan, dan kekhawatiran lobi AIPAC, ia terpaksa mengurungkan niatnya, dan rencana pendirian negara merdeka Palestina, kembali ditunda.
 
Selain itu, pidato Presiden Barack Obama, dalam pertemuan tahunan AIPAC, alih-alih memberikan solusi krisis Timteng, malah memicu ketidakpuasan masyarakat Muslim kawasan. Pidato Obama, tidak disampaikan sebagai bentuk perhatian pada masyarakat kawasan tapi untuk mendapatkan dukungan lobi Zionis, di AS.
 
Dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada seorang pun seperti Trump, yang begitu memberikan pelayanan kepada Israel. Seluruh tindakannya dalam masalah Timteng, baik tentang penggantian program pembentukan dua negara dengan satu negara menurut Netanyahu, atau pemindahan Kedutaan Besar AS, dari Tel Aviv, ke Al Quds, baik tentang penarikan mundur AS, dari JCPOA, serta sanksi maksimal atas Iran, atau bahkan teror Syahid Qassem Soleimani, komandan perang melawan ISIS, semuanya didiktekan oleh Netanyahu, melalui AIPAC, kepada pemerintahan Donald Trump.(HS)