Israel, Proyek Simalakama Amerika Serikat
Amerika Serikat telah menjadi salah satu arsitek terbesar dalam perkembangan Israel sebagai rezim palsu di dunia setelah tahun 70an.
Miliaran dolar dari anggaran AS dimaksudkan untuk membangun dan memperkuat kemampuan rezim Israel. Dukungan Amerika yang tidak diragukan lagi terhadap rezim pendudukan dengan cara apa pun bukanlah suatu peristiwa yang aneh.
Namun di ambang perang regional dengan aktor-aktor negara dan kelompok perlawanan di Asia Barat, Amerika Serikat harus bertanya-tanya apa yang harus dilakukan terhadap rezim bersenjata yang agresif di dunia yang mereka buat sendiri?
Sebuah rezim yang pada akhirnya akan membahayakan kepentingan Amerika Serikat. Yang menggelikan dari klaim kemanusiaan Amerika adalah bahwa, di satu sisi, pemerintah AS turut serta menyebabkan kerugian bagi rakyat Palestina, dan di sisi lain, mereka menutup lukanya dengan mengirimkan bantuan udara kemanusiaan ke Gaza.
Amerika Serikat telah mendukung aktor-aktor kolonial dan diktator dalam masa lalu diplomasinya, tapi hal yang unik dari posisi negara ini dalam konflik ini adalah hubungannya yang unik dengan Israel.
Seperti yang diungkapkan oleh Noam Chomsky, Israel menghancurkan prospek nasionalisme Arab di Asia Barat dan menjadi saluran bagi Amerika Serikat untuk menjarah sumber daya di wilayah tersebut. Aliansi antara Amerika dan Israel tetap utuh sejak saat itu.
Israel tidak memiliki batasan kemanusiaan dalam serangannya, dan Amerika juga tidak memiliki keberanian moral untuk secara terbuka mengatakan tidak kepada Israel, yang melakukan kejahatan perang.
Pertukaran yang terjadi saat ini antara Amerika Serikat dan Israel adalah contoh menarik tentang bagaimana Amerika Serikat telah menjadi sebuah rezim jahat yang tidak dapat mengendalikan kejahatan ini bahkan jika mereka menginginkannya.
Menempatkan Israel sebagai satu-satunya negara demokrasi di Asia Barat adalah sebuah ironi yang pahit, padahal saat ini Israel merupakan kekuatan pendudukan yang paling berani dan kejam di dunia, dan akarnya terletak pada pengusiran dan penghapusan rakyat Palestina dari tanah mereka.
Standar hukum internasional adalah satu-satunya cita-cita yang membantu masyarakat dunia untuk mengatakan apa yang benar atau salah, tapi dalam kasus Israel, para pemimpinnya telah melanggar peraturan sejak awal tanpa penyesalan atau konsekuensi.
Kali ini pun, setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengomentari pelanggaran hak asasi manusia internasional yang dilakukan Israel, ketegangan antara Israel dan PBB semakin meningkat.
Hal ini menunjukkan bahwa PBB tidak mempunyai banyak pengaruh terhadap rezim seperti Israel yang secara historis tidak berkomitmen terhadap seruan perdamaian.
Ketidakmampuan masyarakat internasional menyebabkan berlanjutnya kejahatan rezim Zionis, sehingga dalam beberapa bulan terakhir, serangan rezim tersebut telah mengakibatkan tewasnya lebih dari 34 ribu warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.(sl)