Apr 27, 2024 20:32 Asia/Jakarta
  • Enam Poin Penting Demonstrasi Mahasiswa AS, Pendukung Palestina

Kampus-kampus Amerika Serikat, dalam beberapa hari terakhir dilanda aksi demonstrasi mahasiswa untuk memprotes genosida Israel, terhadap rakyat Palestina, di Jalur Gaza.

Para mahasiswa AS, tetap menggelar demonstrasi-demonstrasi meski mendapat ancaman-ancaman seperti skorsing, penangkapan, dan kehilangan kesempatan kerja.
 
Aksi-aksi unjuk rasa mahasiswa di AS, dalam mendukung Paletina, dimulai dari Universitas Columbia, di New York, dan sekarang sudah menyebar ke-32 Universitas besar, dan penting lain di negara itu.
 
Mahasiswa-mahasiswa AS, yang menuntut pemutusan bantuan dana dari para pendukung Zionis, mengumumkan bahwa dengan aksinya ini mereka berdiri di sisi sejarah yang benar.
 
Mereka mengaku bangga dengan diri mereka, dan gerakan-gerakan protes yang mereka lakukan. Kebanggaan yang sekarang sudah tidak terbatas pada kampus-kampus AS, saja, tapi sudah meluas ke seluruh dunia.
 
Poin penting yang harus diperhatikan dari demonstrasi-demonstrasi mahasiswa AS, khususnya di Universitas Columbia, adalah para mahasiswa kampus ini bukanlah perwakilan dari lapisan menengah masyarakat AS.
 

 

Mereka sebagian besar adalah anak-anak senator AS, orang-orang kaya, dan lapisan kelas atas AS. Mereka bisa dikatakan keluarga-keluarganya memiliki hubungan dengan lobi-lobi kuat Zionis, di AS, dan di sisi lain didukung untuk bertahan dalam perpolitikan AS.
 
Senator-senator AS, menyebut para mahasiswa yang memprotes Israel, sebagai preman anti-Israel, dan mendesak pemerintah Washington, untuk menindak mereka, serta segera memulihkan ketenangan, dan ketertiban di kampus-kampus. Akhirnya para mahasiswa ini diancam skorsing atau ditangkap.
 
Di sisi lain, para pebisnis kaya Yahudi, mengancam jika demonstrasi-demonstrasi mahasiswa pendukung Palestina, tidak ditumpas, maka mereka akan memangkas anggaran dana universitas-universitas AS.
 
 
Apa yang Dikatakan Mahasiswa AS?
 
Tuntutan para mahasiswa AS, yang memprotes kejahatan Rezim Zionis, dan memprotes dukungan AS, atas Israel, masing-masing kampus berbeda. Di antara tuntutan paling penting, dan paling utama para mahasiswa AS, yang mendukung Palestina, adalah sebagai berikut, 
 
- Hentikan transaksi perdagangan dengan para pembuat persenjataan militer yang dikirim ke Israel.
- Berhenti menerima uang penelitian Zionis, untuk proyek-proyek yang membantu upaya-upaya militer rezim ini.
- Menolak investasi terkait fasilitas-fasilitas kampus yang memberi keuntungan pada para direktur perusahaan atau kontraktor Zionis.
- Transparansi atas uang-uang yang diterima dari Zionis, dan akan digunakan untuk keperluan apa.
 
 

 

 
1. Meningkatnya Kesadaran di antara Kaum Muda AS
 
Kalangan muda Amerika, dibandingkan dengan warga AS, yang lanjut usia, ternyata memiliki kesadaran lebih tinggi terkait berbagai krisis, dan masalah-masalah dunia.
 
Para mahasiswa Generasi Z, jumlahnya terus bertambah sejak kampanye-kampanye sosial seperti Black Lives Matter, BLM, perubahan iklim, dan keamanan senjata.
 
Sekarang terbentuk aliansi-aliansi luas dalam mendukung kemerdekaan Palestina, dan masalah ini menjadi tantangan baru bagi para politisi AS. Mereka berusaha mengesahkan aturan-aturan baru untuk membungkam, dan menangkapi mahasiswa, dan mencegah demonstrasi berlanjut, serta meluas.
 
 
2. Pembungkaman Total
 
Selama puluhan tahun orang-orang Zionis, membantai rakyat Palestina, tanpa alasan. Akan tetapi di perang Gaza, mereka telah mempertontonkan kebengisan di luar batas. Pemandangan jenazah-jenazah bayi terbakar, ibu-ibu yang berduka, dan masyarakat yang menangis, penembakan Zionis, terhadap kerumunan warga Palestina, yang tengah mengantre bantuan makanan, telah membangkitkan simpati dunia.
 
Teriakan-teriakan hentikan perang para ahli hukum, dan aktivitas hak asasi manusia yang sebenarnya memprotes genosida, telah merapatkan barisan mahasiswa AS, untuk melawan Zionis, tapi para pimpinan kampus sekarang berusaha membungkam habis suara mahasiswa. Mereka meminta polisi untuk menangkapi mahasiswa, dan mereka sendiri telah memberikan skorsing kepada puluhan mahasiswa.
 
 

 

 
3. Bergabungnya Staf Pengajar dengan Mahasiswa
 
Sepertinya keputusan memberikan skorsing kepada para mahasiswa telah memberikan hasil yang kontraproduktif, pasalnya ratusan staf pengajar universitas AS, bergabung dengan mahasiswa dengan membawa spanduk-spanduk bertuliskan, "Kami tidak akan skors mahasiswa!". Minggu lalu asosiasi dosen universitas Amerika Serikat, merilis pernyataan yang mengecam skorsing, dan penangkapan mahasiswa.
 
Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa para staf pengajar universitas sudah kehilangan kepercayaan kepada para pimpinan kampus, dan mereka berkomitmen akan mengambil alih universitas.
 
 
4. Para Politisi AS Lebih Mendukung Zionis
 
Presiden AS Joe Biden, dan para pejabat lain adalah para pendukung Zionis. Biden yang mendapat protes luas karena tidak melakukan apa pun untuk menghentikan perang brutal Israel, terhadap rakyat Palestina, mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan peningkatan semangat anti-Semitisme.
 
Gedung Putih, mengabaikan kekhawatiran para mahasiswa demonstran yang mendukung 2,3 juta warga Palestina, di Gaza, dan menuduh meluasnya anti-Semitisme, di kampus-kampus untuk mengalihkan perhatian.
 
Sementara beberapa anggota Parlemen AS, yang sebagian Muslim, termasuk Rashida Tlaib, dari Michigan, dan Ilhan Omar, dari Minnesota, memprotes hukuman yang dijatuhkan terhadap para mahasiswa yang mendukung Palestina.
 
Putri Ilhan Omar, Isra Hirsi, adalah salah satu mahasiswa yang mendapatkan skorsing dari kampusnya karena iku terlibat dalam demonstrasi mendukung Palestina, dan memprotes genosida Israel di Gaza.
 
 

 

 
5. Lobi-Lobi Zionis terus Berlangsung
 
Di saat ratusan mahasiswa pendukung Palestina, harus berhadapan dengan tindakan hukum, dan ancaman para pejabat Washington, sejumlah laporan menyebutkan segelintir demonstran pro-Israel, berunjuk rasa di halaman beberapa kampus, dan meneriakkan "Kemenangan Israel".
 
Kelompok kecil ini juga memegang bendera Brigade Kfir, salah satu bagian pasukan Israel, di tangan mereka. Salah seorang koordinator lapangan aksi Zionis, dari kelompok Shirion Collective, menawarkan sejumlah uang kepada orang-orang pro-Israel, untuk menyusup di antara kelompok mahasiswa yang berdemonstrasi di kampus-kampus AS.
 
Dalam sebuah unggahan di media sosial, Shirion Collective, mencari orang-orang yang bernama Arab, dan wajah timur untuk meningkatkan penyusupan mereka di tengah kelompok mahasiswa yang berdemo, sehingga dengan cara ini mereka bisa menungganginya.
 
 
6. Tuntutan-Tuntutan Mahasiswa
 
Ketika para pejabat AS, berusaha menggambarkan para mahasiswa yang berdemo sebagai sekelompok pemuda marah yang tidak punya tujuan jelas, realitasnya adalah para demonstran di kampus-kampus AS, menjelaskan tuntutan mereka dengan gamblang.
 
Para mahasiswa menuntut pertanggung jawaban para pimpinan kampus mereka karena telah mendukung kejahatan perang Israel. Pasalnya para pimpinan kampus tidak menghentikan investasi ke kampus-kampus mereka dari perusahaan-perusahaan pendukung perang.
 
Dana-dana pensiun beberapa universitas AS, menginvestasikan dana mereka di perusahaan-perusahaan investasi yang disebut oleh PBB, sebagai mitra perang Israel, di Jalur Gaza. Para mahasiswa juga menuntut kampus mereka untuk membatalkan kesepakatan dengan lembaga-lembaga Zionis di Wilayah pendudukan. (HS)