Rakyat Indonesia Tolak Tegas Produk Israel
Parstoday- Sejalan dengan demonstrasi jutaan massa mendukung Palestina setiap akhir pekan, masyarakat Indonesia juga berhenti menggunakan produk-produk perusahaan yang terkait dengan Israel, sehingga mereka memberi kerugian jutaan dolar kepada perusahaan-perusahaan tersebut.
Menurut laporan Parstoday mengutip FNA, KFC hanya dalam empat bulan pertama tahun 2024 mengalami kerugian 21,5 juta dolar karena produknya diboikot oleh rakyat Indonesia. Penghentian pembelian produk jaringan restoran tersebut di Indonesia menyebabkan pendapatan perusahaan turun 60 kali lipat dibandingkan 4 bulan pertama tahun 2023.
McDonald's dan Puma, dua perusahaan lain yang diboikot oleh pendukung Palestina di Jakarta.
Indonesia termasuk lima negara teratas yang memboikot produk perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan rezim Zionis Israel.
Jajak pendapat yang digelar antara 15 ribu responden dari 15 negara dunia termasuk Prancis, Arab Saudi, Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa sedikitnya setiap tiga orang, satu di antarnaya memboikot merek yang berhubungan dengan perusahaan pendukung atau berafiliasi dengan Israel.
Masih menurut jajak pendapat ini, tiga negara Muslim, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Indonesia termasuk lima negara teratas yang memboikot produk Israel.
Sementara pemerintah Saudi berusaha menormalisasi hubungannya dengan rezim Zionis; 71 persen penduduk negeri ini menyatakan berhenti menggunakan produk Israel dan memboikotnya untuk menunjukkan dukungannya terhadap Palestina.
Dalam survei yang dilakukan oleh Washington Institute pada bulan Desember, 96 persen warga Saudi setuju bahwa negara-negara Arab harus memutuskan hubungan dengan rezim Zionis sebagai tanggapan atas kejahatan yang dilakukan rezim Zionis di Gaza. Di UEA, 57 persen masyarakatnya telah menyatakan bahwa mereka telah memasukkan produk-produk Israel ke dalam daftar hitam.
Secara global, rata-rata 37 persen orang memboikot produk yang berkaitan dengan rezim Zionis. Hal ini terjadi meskipun faktanya statistik di negara-negara Arab dan Muslim lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.
Pada bulan Maret, pemilik Starbucks terpaksa memberhentikan 2.000 karyawannya di Timur Tengah dan Afrika Utara karena produk mereka diboikot oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Pejabat McDonald's juga mengumumkan bahwa penjualan produk perusahaan ini mengalami penurunan di negara-negara Muslim, termasuk Malaysia dan Indonesia, serta di Timur Tengah.
Boikot produk luar negeri terkait Israel menyebabkan peningkatan penjualan produk dalam negeri di negara-negara Asia Barat.
Banyak orang Oman telah meninggalkan minuman asing dari perusahaan yang terkait dengan rezim Zionis dan beralih ke merek Arab Saudi.
Berdasarkan jajak pendapat, dengan masyarakat yang mendukung Palestina tidak menggunakan produk luar negeri, penjualan produk dalam negeri juga meningkat di Arab Saudi dan UEA. Perusahaan-perusahaan Pakistan juga sudah mulai memproduksi produk alternatif untuk produk Israel.
Boikot terhadap produk Israel dilakukan dalam situasi di mana rezim ini sedang menghadapi keruntuhan ekonomi. Para pejabat dan media rezim Zionis telah berkali-kali memperingatkan selama beberapa bulan terakhir tentang buruknya kondisi ekonomi rezim ini.
Situasi Israel begitu rumit sehingga mengurangi ekspor barang-barang sederhana seperti tomat dan mentimun hijau dapat melumpuhkan perekonomian mereka. Sementara rezim ini melanjutkan kejahatannya di Gaza, lebih dari 40.000 warga sipil telah syahid dan setidaknya 10.000 orang terluka. (MF)