Dari ASEAN hingga Eropa; Apakah Dunia Bersatu Lawan Kebijakan Dagang Trump?
(last modified Sun, 13 Apr 2025 13:52:21 GMT )
Apr 13, 2025 20:52 Asia/Jakarta
  • Dari ASEAN hingga Eropa; Apakah Dunia Bersatu Lawan Kebijakan Dagang Trump?

Pars Today – Surat kabar Inggris, menulis artikel berjudul “Akhir dari Sebuah Era: Apa yang akan Terjadi Selanjutnya pada Perdagangan Dunia?”, mengulas perkembangan terbaru sistem perdagangan global, dan peran kebijakan-kebijakan Presiden Amerika Serikat.

Financial Times, Sabtu (12/4/2025) menulis, “Di saat pemerintah Trump mengklaim AS tetap merupakan pasar perdagangan dunia paling menarik, sejumlah negara lain malah sedang mengubah strategi dagangnya, dan berusaha mengurangi ketergantungan pada ekonomi AS, setelah pengumuman paket tarif pemerintah AS yang baru.”
 
Pemerintah Presiden Donald Trump, menekankan daya Tarik pasar AS bagi negara lain, dan mengklaim bahwa dunia masih membutuhkan AS, bahkan negara ini akan tetap menjadi negara ekonomi terbesar di dunia meski tanpa kebijakan dagang yang transparan dan stabil.
 
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt mengatakan, perwakilan dari sejumlah negara datang ke Washington untuk bertemu dengan Trump, dan berusaha mendapatkan akses ke pasar-pasar Amerika. 
 
Tapi pandangan ini berbeda di beberapa ibu kota negara dunia, dan para pejabat bidang perdagangan mulai dari Asia, hingga Eropa, dan Amerika Selatan, sedang berusaha menciptakan keragaman dalam perekonomian mereka sehingga bisa mengurangi ketergantungan dari AS, dan sepertinya memutuskan untuk mengubah sistem perdagangan global.
 
Menteri Ekonomi negara-negara Asia Tenggara, Kamis lalu berkumpul untuk menggelar perundingan darurat, dan Uni Eropa juga meningkatkan negosiasinya dengan sekutu-sekutu mulai dari Asia Barat, hingga Asia-Pasifik.
 
Banyak negara dunia berusaha memperkuat globalisasi, dan menciptakan keragaman hubungan dagang, sementara AS yang memainkan peran asasi dalam membentuk sistem perdagangan global pasca-Perang Dunia II, semakin menjauh dari globalisasi.
 
Namun pada saat yang sama, permasalahan-permasalahan dalam negeri berbagai negara dunia masih terus membayangi upaya mereka dalam mengurangi ketergantungan dari AS, dan dalam upaya mengubah strategi dagang mereka.
 
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah tarif besar yang diterapkan Donald Trump, atas barang-barang impor Cina, yang mungkin saja berujung dengan banjir produk murah Cina, di pasar-pasar luar AS, sehingga semakin meningkatkan persaingan dagang.
 
Dalam hal ini, Cina, membalas dengan menerapkan tarif sebesar 125 persen atas barang-barang AS. Dalam beberapa minggu terakhir, para pejabat pemerintah negara-negara Asia Tenggara, melakukan kunjungan ke negara-negara yang jauh seperti Selandia Baru, Prancis, Brazil, dan India, untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas dan regional yang mencakup wilayah geografis yang luas.
 
Perundingan di antara 10 negara anggota ASEAN, dan negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk Persia, PGCC, juga dijadwalkan akan digelar pada bulan Mei 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, dan Presiden Cina Xi Jinping, juga diundang hadir.
 
Negara-negara Asia Tenggara, adalah salah satu yang paling dirugikan dari kebijakan tarif Trump, terutama mereka yang mengekspor produknya ke Barat, dan saat ini lebih memikirkan keragaman pasar daripada sebelumnya.
 
Uni Eropa juga sedang berusaha mengurangi ketergantungan dari AS. Uni Eropa, yang memiliki jaringan kesepakatan dagang lebih luas dibandingkan wilayah dunia lainnya, saat ini sedang melakukan perundingan dengan beberapa negara untuk menurunkan ketergantungan pada pasar AS.
 
Di tengah semua upaya untuk menciptakan keragaman pasar, peningkatan tarif terutama perang dagang antara AS dan Cina, mungkin saja akan menciptakan permasalahan-permasalahan ekonomi bagi negara dunia lain selain AS dan Cina. (HS)