Di Balik Cemasnya Australia atas Kehadiran Daesh di Asia Tenggara
Menteri Luar Negeri Australia mengatakan, negara ini tengah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan langkah Daesh mengumumkan kekhalifahan di Selatan Filipina pasca kekalahan di Suriah dan Irak serta keluarnya kelompok teroris itu dari Timur Tengah.
Julie Bishop, Menlu Australia, Ahad (26/3) menuturkan, Australia mencemaskan dampak-dampak kembalinya sekitar 600 anasir teroris asal negara-negara Asia Tenggara ke negara mereka. Orang-orang itu, katanya, berperang bersama kelompok teroris Daesh di Suriah dan Irak, dan telah berubah menjadi ancaman potensial.
Daesh diprediksi berusaha mendirikan kekhalifahan Islam di Selatan Filipina dan ini berarti ancaman keamanan sudah sampai di perbatasan Australia. Ini bukan untuk pertama kalinya Australia dan negara-negara kawasan Asia Tenggara menyampaikan kekhawatirannya terkait kehadiran Daesh di kawasan tersebut dan Australia menganggapnya sebagai ancaman serius bagi keamanan nasional negara itu.
Kekhawatiran mendalam soal kehadiran kelompok teroris Daesh di Asia Tenggara itu muncul karena negara-negara kawasan menganggap terorisme sebagai ancaman serius di perbatasan mereka, terutama Australia dan mungkin saja masuk ke wilayah teritorial negara tersebut.
Negara ini menyadari dengan baik, jika kelompok teroris Daesh mengumumkan kekhalifahan wilayah Asia Tenggara di Selatan Filipina, maka seluruh kawasan akan terperosok ke dalam instabilitas dan krisis. Oleh karena itu Julie Bishop memperingatkan kemungkinan masuknya ancaman-ancaman Daesh ke perbatasan Australia.
Dapat dipastikan, kelompok teroris Daesh tidak akan dapat menancapkan pengaruhnya di Asia Tenggara khususnya di Selatan Filipina, tanpa adanya kesempatan dan prakondisi yang diperlukan. Kelompok Abu Sayyaf di Filipina, kelompok teroris pertama di Asia Tenggara yang mengumumkan baiat atas Daesh, diduga akan menjadi perekrut anasir-anasir teroris Daesh yang kembali ke Asia Tenggara pasca kekalahan mereka di Timur Tengah.
Namun sungguh disayangkan untuk menumpas kelompok Abu Sayyaf di kawasan hingga saat ini belum dilakukan langkah-langkah serius dan kelompok itu bahkan mampu memperluas wilayah operasi perampokan dan penculikan manusia sampai ke perbatasan Malaysia.
Lebih dari itu, standar ganda yang diterapkan negara-negara Barat terhadap kelompok-kelompok teroris dan dukungan mereka atas teroris demi meraih ambisinya, menyebabkan kelompok-kelompok teroris itu terutama Daesh dengan mudah memperluas wilayah aksi mereka mulai dari Timur Tengah hingga Afghanistan bahkan sampai ke Asia Tenggara.
Mayoritas kelompok teroris terutama Daesh adalah bentukan dinas-dinas intelijen dan spionase Barat khususnya Amerika Serikat dan merupakan alat untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Australia adalah sekutu Amerika di kawasan Asia Pasifik dan dengan membesar-besarkan ancaman kehadiran kelompok teroris Daesh di Asia Tenggara, negara itu berusaha meraih serangkaian kepentingan, salah satunya adalah kehadiran militer di kawasan.
Tujuan inilah yang berusaha dicapai Amerika dan Australia sejak tahun 2001 namun hingga kini selalu gagal karena perlawanan negara-negara kawasan seperti Indonesia dan penegasan mereka atas kemampuan militernya untuk menjaga sendiri keamanan kawasan Asia Tenggara. (HS)