AS dan Sidang Menteri Energi G7
Para menteri energi negara-negara anggota G-7 hari Senin (10/4/2017) bertemu di Italia, tapi tidak membuahkan hasil mengenai masalah perubahan iklim akibat sepak terjang AS.
Terkait hal ini, menteri pembangunan ekonomi Italia, Carlo Calenda mengatakan, pertemuan tingkat menteri energi negara-negara anggota G7 berakhir tanpa sebuah kesepakatan bersama. Ditegaskannya, delegasi AS yang hadir dalam pertemuan di Roma kembali menentang kesepakatan mengenai perubahan iklim yang menyebabkan pertemuan berakhir tanpa hasil.
Penentangan pemerintah baru AS yang dipimpin Donald Trump terhadap kesepakatan perubahan iklim Paris berseberangan 180 derajat dengan kebijakan pendahulunya. Masalah tersebut menjadi ancaman serius bagi penerapan perjanjian penting mengenai lingkungan hidup yang menentukan nasib manusia di muka bumi.
Penentangan terhadap penjanjian internasional mengenai lingkungan hidup telah disuarakan Trump sejak kampanye pilpres tahun lalu. Bahkan Trump secara terbuka menyebut pemanasan bumi sebagai penipuan belaka. Ia juga menegaskan akan mengeluarkan AS dari perjanjian internasional mengenai perubahan iklim.
Pada akhir Maret 2017, Trump menandatangani keputusan presiden yang mencabut kebijakan pemerintahan sebelumnya mengenai perubahan iklim yang dijalankan Obama. Pada tahun 2015, Obama menandatangani keputusan presiden tentang penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan. Berdasarkan keputusan Obama tersebut, pihak terkait di AS harus mengurangi penggunaan bahan yang akan berdampak terjadinya peningkatan suhu bumi. Obama membatasi penggunaan gas metan dan eksplorasi minyak dan gas, serta menekankan penggunaan metode baru yang lebih ramah lingkungan.
Sikap Trump menolak kesepakatan perubahan iklim Paris sejatinya mewakili pandangan partai Republik mengenai masalah tersebut. Hal tersebut akan mendorong negara lain di dunia untuk mengabaikan kesepakatan mengenai perlindungan terhadap lingkungan hidup yang telah diambil di Paris. Pasalnya, AS adalah perekonomian terbesar dunia dan produsen gas rumah kaca terbesar kedua di dunia setelah Cina. Kegagalan pertemuan menteri energi G7 dalam sidang terbaru di Roma akan memberi efek domino bagi negara lain, sebab negara-negara besar yang menjadi penyumbang terbesar pemanasan suhu bumi tidak bersedia menjalankan komitmennya untuk mengurangi produksi gas rumah kaca, dan energi fosil yang merusak lingkungan.
Sejatinya, instruksi baru Trump menentang implementasi kesepakatan perubahan iklim menunjukkan ketidakseriusan AS dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Padahal, pemanasan suhu bumi sebagian besar disebabkan oleh industri-industri raksasa sebagaimana terdapat di negara-negara besar seperti AS.