Uni Eropa dan Krisis Catalonia
Pemerintah Spanyol pada Kamis (5/10/2017) menolak keras seruan Pemimpin Catalan, Carles Puigdemont untuk melakukan mediasi internasional terkait keinginan Catalonia untuk memisahkan diri.
Saat ini, para pejabat Eropa khawatir mengenai potensi menjalarnya krisis Catalonia di Spanyol ke negara-negara lain Eropa. Mereka mendesak untuk segera ditemukan solusi demi mengakhiri krisis yang dipicu oleh referendum kemerdekaan Catalonia.
Para pejabat Eropa termasuk pejabat senior Uni Eropa, sangat khawatir tentang dampak perseteruan antara pemerintah pusat Spanyol dan pemerintah daerah Catalonia, yang dapat memicu kekerasan dan bahkan tindakan militer oleh Madrid.
Belum lagi, Puigdemont pada Selasa lalu mengatakan bahwa pemerintah Catalonia secara sepihak akan mendeklarasikan kemerdekaan pada Senin mendatang.
Pelaksanaan janji ini akan menjadi deklarasi perang terhadap pemerintah pusat Spanyol.
Mungkin inilah mengapa Puigdemont – saat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan terjadi jika Spanyol bertindak dan merebut kontrol pemerintah Catalonia – mengatakan bahwa ini adalah sebuah kesalahan yang dapat mengubah segalanya.
Sebenarnya, Spanyol sebagai sebuah anggota penting Uni Eropa sedang menghadapi ujian berat.
Para pemimpin Madrid menyadari bahwa jika mereka bersikap pasif terhadap keinginan Catalonia, mereka tidak hanya akan kehilangan wilayah yang sangat penting ini untuk kekuatan nasional, terutama ekonomi Spanyol, tapi kemerdekaan Catalonia juga akan mendorong daerah-daerah lain, terutama Basque Country – yang punya sejarah panjang perlawanan bersenjata di negara itu – untuk memisahkan diri dari Spanyol.
Namun, para pejabat Eropa menyimpan kekhawatiran yang lebih serius bahwa krisis di Spanyol akan mendorong kantong-kantong separatisme lain di Eropa untuk meningkatkan upaya menuju kemerdekaan, terutama sekali Skotlandia.
Jika Catalonia benar-benar lepas dari Spanyol, maka para pemimpin lokal Skotlandia juga dapat mendesak pemerintah Inggris untuk segera melepas wilayah tersebut dari kontrolnya.
Selain itu, kantong-kantong separatisme lain seperti di Belgia dan Italia Utara, juga sudah mulai aktif dan ini akan menjadi pelanggaran terhadap prinsip utama Uni Eropa yaitu integrasi Eropa.
Alireza Mousavi, seorang pengamat Eropa, mengatakan bahwa pelaksanaan referendum kemerdekaan oleh Catalonia di Spanyol, akan menggerakkan daerah-daerah lain di Eropa untuk mengambil langkah-langkah hukum menuju kemerdekaan.
Uni Eropa menekankan persatuan dan kekompakan negara-negara anggota di semua bidang, dan semangat pemisahan diri akan bertentangan dengan prinsip integrasi dan mengancam keruntuhan Uni Eropa.
Jadi, meski pemimpin Catalan meminta Uni Eropa untuk memperhatikan hasil referendum di Catalonia, tapi blok Eropa tidak akan pernah mendukung kemerdekaan daerah tersebut dari Spanyol. Uni Eropa justru meminta agar krisis politik antara Catalonia dan Madrid diselesaikan secara damai. (RM)