Ketegangan Hubungan Pakistan dan Amerika
(last modified Mon, 25 Dec 2017 09:56:13 GMT )
Des 25, 2017 16:56 Asia/Jakarta

Menteri Luar Negeri Pakistan, Khawaja Muhammad Asif menilai klaim Amerika Serikat terhadap negaranya tidak berdasar dan mengatakan, Washington semestinya belajar dari pengalaman Islamabad dalam perang melawan terorisme.

Menurut Muhammad Asif, pernyataan Wakil Presiden AS Mike Pence yang menyudutkan Islamabad berarti menerima kegagalan Amerika dalam perang Afghanistan dan tidak ada makna lain.

Ini bukan pertama kalinya, dimana Amerika menuduh Pakistan mendukung terorisme untuk menutupi kegagalannya di Afghanistan. Komentar Menlu Pakistan merupakan peringatan serius bagi AS yang terus mempertahankan pasukannya di Afghanistan.

AS dalam strategi baru keamanan nasionalnya, kembali menuduh Pakistan mendukung terorisme. Dari perspektif Pakistan, kekhawatiran AS atas situasi di Afghanistan dan kegagalannya di negara tersebut bersumber dari tidak adanya kerjasama pemerintah Islamabad.

Pemerintah Pakistan percaya bahwa Amerika akan menghadapi situasi yang sulit dan rumit di Afghanistan tanpa kerjasama Islamabad. Meski demikian, kedua pihak tetap memperhatikan hubungan mereka mengingat militer Pakistan menikmati bantuan dari AS.

Seorang pengamat politik Pakistan, Sayid Mohammad Ali Rezvani mengatakan, saat ini hubungan Pakistan dengan AS berada dalam situasi yang sangat buruk, tapi Islamabad tidak ingin menyeret ketegangan ini ke arah konflik langsung dan serius dengan Washington, karena mereka memiliki banyak kelemahan. Pakistan menerima sekitar 2 miliar dolar per tahun dari AS dan Inggris, di mana telah mengubah militer Pakistan menjadi tentara afiliasi.

Perbatasan Pakistan dan Afghanistan.

Sikap pemerintah AS yang mengabaikan permintaan Pakistan terkait masalah Afghanistan dan India tampaknya telah menjadi pemicu utama ketegangan antara Washington dan Islamabad.

Pakistan ingin membatasi pengaruh India di Afghanistan, sementara pada saat yang sama mendesak penandatanganan kesepakatan nuklir dengan AS, serupa dengan kesepakatan nuklir negara itu dengan India.

Dalam kasus Afghanistan, Pakistan meminta AS mengakui garis perbatasan bersama dengan Afghanistan yang dikenal Durand Line sebagai perbatasan internasional. Mengenai masalah Taliban, Pakistan menuntut agar kelompok itu diberikan jatah yang proporsional dalam struktur politik Afghanistan.

Namun, Amerika mengabaikan tuntutan pemerintah Pakistan dan malah menuntut Dinas Intelijen Pakistan (ISI) untuk mengubah posisinya di Afghanistan.

Di sisi lain, peran Pakistan dalam proses perdamaian Afghanistan sangat menentukan, dan jika Islamabad tidak membantu proses ini, maka mustahil dapat membangun perdamaian di Afghanistan.

AS dengan memilih India ketimbang Pakistan dalam kebijakan regionalnya, mencoba untuk mengisolasi Islamabad lebih jauh lagi. Ini adalah sebuah langkah yang dipandang oleh Pakistan, akan memiliki konsekuensi yang buruk bagi Amerika. (RM)