Peringatan Cina atas Militerisme Jepang
(last modified Wed, 27 Dec 2017 11:34:50 GMT )
Des 27, 2017 18:34 Asia/Jakarta

Kementerian Luar Negeri Cina dalam pernyataan resminya memperingatkan apa yang disebutnya militerisme Jepang dan meminta negara itu untuk tidak membahayakan perdamaian dan keamanan kawasan.

Dalam pernyataan itu ditekankan bahwa Jepang bermaksud mengubah fungsi kapal induk helikopter, Izumo menjadi kapal induk pesawat tempur. Langkah ini dilakukan Jepang dalam rangka perluasan militerisme dan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.

Pemerintah Jepang baru-baru ini mengumumkan sedang mengubah fungsi kapal induk helikopter Izumo, kapal perang terbesar negara itu untuk menjadi kapal induk yang bisa mengangkut jet-jet tempur F-35 buatan Amerika Serikat. 

Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang sejak tahun 2012 memusatkan perhatian pada amandemen undang-undang dasar negara itu untuk membentuk pasukan yang kuat dan handal.

Program rudal dan nuklir Korea Utara, ditambah meningkatnya semangat nasionalisme ekstrem Jepang, menyebabkan Partai Liberal Demokrat Jepang, partai berkuasa negara itu semakin terdorong untuk melakukan militerisme.

Di sisi lain, kebijakan Presiden Amerika, Donald Trump bahwa negara-negara yang selama ini keamanannya dijaga Washington harus membayar biayanya, juga semakin memicu Jepang untuk memiliki Angkatan Bersenjata yang kuat, lebih dari sebelumnya.

perairan pulau Senkaku

Sementara, Amerika mendukung strategi Jepang itu dengan maksud untuk memangkas anggaran militernya dan mengkonfrontasi negara-negara kawasan terutama Cina dan Jepang.

Salah satu pakar politik Cina mengatakan, negara-negara kawasan selain harus memperhatikan kepentingannya di bidang keamanan, juga harus menghormati kekhawatiran negara-negara lain, dan perluasan kerja sama militer bilateral antara Jepang dan Amerika, tidak boleh mengancam kepentingan pihak keitga serta perdamaian dan stabilitas regional.

Sementara agresi dan permusuhan Jepang di masa kekuasaan negara itu, hingga sebelum pecahnya Perang Dunia Kedua, berujung kolonialisasi dan pengkhianatan yang membangkitkan kekhawatiran negara-negara kawasan terkait kembalinya Jepang ke masa lalu dan mengancam mereka. Karena kekuatan ekonomi Jepang di samping kekuatan militernya, dianggap sangat destruktif.

Masalah ini di dalam negeri Jepang sendiri juga memicu banyak kekhawatiran. Meski demikian, Amerika dengan menyebarkan Cinafobia, berusaha menyeret Jepang ke dalam militerisme yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

Seorang pengamat politik Amerika mengatakan, Cina saat ini tengah meningkatkan pelatihan cepat dan terbatas untuk menyerang dan menduduki kepulauan Senkaku yang dikontrol Jepang. Kita menyadari bahwa Tentara Pembebasan Rakyat Cina sedang melakukan manuver perang terbatas dan cepat melawan Jepang. Tujuannya untuk merebut kepulauan Senkaku yang dipersengketakan dengan Tokyo. Atau bahkan menyerang kepulauan Ryukyu di selatan dan mendudukinya.

Menurut pandangan Cina, Amerika yang berusaha mendorong kawasan Asia Timur ke dalam militerisme, sebenarnya ingin mengacaukan keamanan dan menciptakan persaingan senjata, karena wilayah ini adalah salah satu poros ekonomi dan harus terhindar dari segala bentuk konfrontasi militer.

Artinya, penyelesaian permasalahan regional hanya bisa dilakukan lewat jalur diplomasi, dan strategi militer Jepang justru bisa memperburuk situasi yang pada akhirnya menguntungkan Amerika. (HS)

Tags