Kritik Trump terhadap Invasi AS ke Irak
(last modified Sun, 04 Mar 2018 09:20:55 GMT )
Mar 04, 2018 16:20 Asia/Jakarta

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengecam mantan Presiden George W. Bush karena invasinya ke Irak tahun 2003, dan menyebutnya sebagai keputusan terburuk yang pernah dibuat.

Berbicara di sebuah acara dengan para donor Republik di Florida, Sabtu (3/3/2018), Trump mengejek intelektualitas Bush dan menganggap keputusannya untuk menyerang Irak sama dengan melemparkan batu bata besar ke sarang lebah.

"Itu adalah Bush, jenius sejati lainnya, itu Bush. Itu ternyata kecerdasan yang luar biasa. Ada badan intelijen hebat di sana," ujar Trump dengan nada sinis.

Trump sudah sering mengkritik invasi AS ke Irak pada 2003. Selama kampanye pilpres 2016, ia mengatakan perang AS pasca peristiwa 11 September termasuk invasi Irak, menghabiskan biaya lebih dari 6 triliun dolar dana pembayar pajak AS. Trump berulang kali mengatakan bahwa dengan uang sebesar itu, AS dapat membangun kembali infrastruktur usangnya hingga dua kali lipat.

Perang Irak merupakan pertempuran paling berdarah AS setelah perang mereka di Vietnam. Menurut data resmi, lebih dari 4.500 tentara Amerika tewas di Irak. Perang ini dikobarkan dengan dalih memusnahkan senjata terlarang di negara tersebut. Ketika itu, badan-badan intelijen AS mengklaim bahwa rezim Saddam memiliki senjata kimia dan sedang berusaha untuk memperoleh senjata nuklir.

Klaim ini dibuat secara pribadi oleh George W. Bush dan Menteri Luar Negeri AS waktu itu, Colin Powell. Namun, Gedung Putih sama sekali tidak menemukan jejak senjata pemusnah massal di Irak setelah melakukan pencarian besar-besaran.

Para pejabat pemerintahan Bush kemudian mengatakan bahwa penegakan demokrasi adalah alasan invasi militer ke Irak. Namun, kekacauan, perang, dan instabilitas akibat serangan AS telah menghancurkan harapan untuk menyebarkan demokrasi di Irak untuk waktu yang lama.

Negara-negara Asia Barat harus membayar mahal atas perang tersebut, karena kemunculan kelompok-kelompok teroris Takfiri seperti Daesh, dan ini adalah sebuah bencana yang diciptakan oleh AS di kawasan.

Dalam perang anti-Daesh, warga Amerika juga kehilangan nyawanya dan menambah pengeluaran pemerintah AS untuk menyingkirkan monster yang mereka ciptakan sendiri.

Sekarang, menjelang peringatan tahun ke-15 invasi AS ke Irak, Trump menganggap serangan itu sebagai keputusan terburuk pemerintah AS. Sebuah keputusan yang membuat jutaan manusia terbunuh dan terlantar, menghancurkan beberapa negara, dan membakar triliunan dolar di dalam dan luar Amerika.

Pengalaman pahit invasi Irak tampaknya tidak akan menjadi sebuah pelajaran bagi presiden AS saat ini. Dia menyamakan serangan itu seperti melempar batu bata besar ke sarang lebah. Namun, Trump sendiri sedang mengulangi keputusan terburuk pendahulunya dengan terlibat di Suriah dan dukungan AS kepada kelompok-kelompok pemberontak dan teroris.

Ini menunjukkan bahwa kritik tersebut hanya sebagai luapan kekecewaan Trump terhadap klan Bush yang mencabut dukungan mereka menjelang pilpres 2016, dan tidak mencerminkan perubahan dalam kebijakan pemerintah AS. (RM)