Ketika Cina Memperingatkan Unilateralisme Amerika Serikat
Jurubicara Kementerian Perdagangan Cina dalam pertemuan kelompok G-20 di Buenos Aires, ibukota Argentina memperingatkan berlanjutnya kebijakan unilateralisme Amerika Serikat.
Gao Feng, Jubir Kementerian Perdagangan Cina menyatakan bahwa Beijing ingin memperdalam kerjasamanya semakin banyak dan terus menjadikan agenda pembangunan berkelanjutan 2030 sebagai tugas penting seraya mengatakan, "Cina bertekad untuk membantu negara-negara sedang berkembang untuk mengeksploitasi hasil dan pencapaian globalisasi."
Kelompok G-20 dibentuk tahun 1999 dengan tujuan mengembangkan hubungan ekonomi negara-negara anggota dan membantu implementasi program-program ekonomi dunia. Kelompok G-20 mencakup 85 persen produk domestik bruto (GDP) dunia serta dua pertiga populasi dunia. Kini, kelompok G-20 telah memulai pertemuan ke-13 selama dua hari sejak hari Jumat (30/11) di Argentina.
Menanggapi kegagalan baru-baru pertemuan KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Papua Nugini, pemerintah Beijing memperingatkan berlanjutnya kebijakan unilateralisme Amerika Serikat dan upaya untuk terus menekan Cina lebih luas.
Pada KTT APEC, Amerika Serikat menuduh Cina telah membuka jalan bagi kehancuran ekonomi berbagai negara dengan investasi yang ditargetkan. Sementara Cina menuduh Amerika Serikat berusaha melemahkan lembaga-lembaga internasional serta menghilangkan multilateralisme,
Slogan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat "America First" telah menarik perhatian negara-negara yang menyerukan multilateralisme dalam sistem internasional untuk bergerak ke arah Cina. Masalah ini telah mengkhawatirkan Amerika Serikat akan bahaya yang menimpa kekuatan hegemoniknya secara global.
Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Eropa mengatakan, "Gagasan Trump tentang 'America First' telah menyebabkan Amerika terisolasi sendiri. Sementara itu, Trump telah menggunakan cara-cara yang tidak biasa untuk mengejar kebijakannya. Pendekatan Trump untuk memberikan Amerika satu-satunya manfaat telah menyebabkan pengadopsian posisi yang bertentangan dengan konsensus komunitas internasional.
Ancaman Amerika untuk mengusir Cina dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan partisipasi Amerika dalam KTT G20 di Argentina telah menjadi cerminan bagi mundurnya presiden AS dalam menangani masalah-masalah internasional. Sekalipun demikian, dalam pandangan pemerintah Cina, Amerika bukan saja menolak multilateralisme, tapi juga berusaha mencegah pemerintah Beijing mengejar masalah ini. Investasi besar Cina yang biasanya dibuat tanpa tuntutan politik dan ekonomi, bersama dengan pelaksanaan inisiatif ekonomi besar-besaran seperti "Satu Sabuk dan Satu Jalur" (OBOR) telah memperkuat posisi Cina di kancah global.
Dan Glazebrook, analis masalah politik dan internasional mengatakan, "Trump mencoba menggunakan semua yang dia miliki untuk memulai perang ekonomi. Namun, masalahnya adalah bahwa "semua yang dia miliki" jauh dari "cukup". Karena kekuatan yang dulu tersedia secara eksklusif ke Amerika Serikat telah lama hilang dan negara-negara lain memiliki kemampuan untuk menghadapi Amerika Serikat."
Bagaimanapun juga, Amerika Serikat mempertimbangkan syarat-syarat bagi keberhasilan Cina pada KTT G20 di Argentina, yang dapat menyebabkan lebih banyak isolasi Washington. Itulah mengapa kemungkinan bahwa Amerika Serikat bermaksud untuk menggagalkan KTT Buenos Aires seperti KTT OPEC tidak jauh dari pikiran. Untuk alasan ini, Jurubicara Kementerian Perdagangan Cina memperingatkan Amerika Serikat seraya menyatakan harapan bahwa negara-negara anggota KTT Argentina, termasuk Amerika Serikat, akan memperkuat upaya bersama mereka untuk mencapai prestasi positif dan praktis serta untuk menciptakan ekonomi global yang terbuka dan inklusif serta mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.