Mencermati Kunjungan Tak Terduga Trump ke Afghanistan
-
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat
AS menginvasi dan menduduki Afghanistan pada tahun 2001 dengan dalih serangan 9/11. Presiden AS Donald Trump selama masa kampanye pemilu presiden dan setelah memasuki Gedung Putih berjanji akan menarik pasukan AS dari Afghanistan. Namun, janji ini tidak dipenuhi sampai sekarang, dan pasukan AS masih hadir di Afghanistan, bahkan dalam jumlah besar.
Donald Trump tiba di Afghanistan pada hari Kamis, 28 November, dalam perjalanan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ini adalah perjalanan pertama Trump ke Afghanistan. Perjalanan itu, menurut Gedung Putih, bertujuan mengunjungi pasukan AS pada hari Thanksgiving. Selama perjalanan, Trump mengunjungi pangkalan militer AS di Bagram, pangkalan terbesar AS di Afghanistan.
Berbicara singkat kepada militer AS, Presiden Trump mengatakan bahwa ia telah melanjutkan kembali perundingan damai dengan Taliban. Karena ia yakin kelompok itu menginginkan kesepakatan damai dengan Amerika Serikat.
"Taliban ingin meraih kesepakatan, sekarang kita akan melihat apakah kesepakatan itu akan nyata atau tidak. Tetapi mereka ingin mencapai kesepakatan. Tidak seperti di masa lalu, Taliban mendukung gencatan senjata. Kami mengatakan harus ada gencatan senjata, tetapi mereka mengatakan mereka tidak mau. Sekarang mereka ingin ada gencatan senjata. Saya percaya itu akan terjadi," ungkap Trump.

Presiden AS juga bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani selama perjalanannya ke Bagram. Dalam pertemuan itu, ia berbicara lagi tentang melanjutkan pembicaraan dengan Taliban. Trump telah mengklaim bahwa Taliban mati-matian ingin mencapai kesepakatan. Ia menguraikan dua opsi, apakah akan mencapai kesepakatan atau melanjutkan kehadiran militer Amerika hingga kemenangan penuh.
Pembicaraan damai Afghanistan antara Amerika Serikat dan Taliban, yang berlangsung selama sekitar sembilan bulan, dihentikan dan "diberhentikan" pada 7 September 2019 oleh Donald Trump menyusul pemboman bunuh diri Taliban di Kabul yang menewaskan seorang tentara Amerika. Setelah itu, Trump mengatakan proses perdamaian dengan Taliban "mati."
Jika perjanjian itu ditandatangani antara Amerika Serikat dan Taliban, jadwal enam bulan untuk penarikan pasukan AS dari Afghanistan akan ditentukan. Namun, ada beberapa laporan dalam beberapa minggu terakhir tentang dimulainya kembali pembicaraan ini. Dalam pidatonya di Pangkalan Bagram, Trump juga mengkonfirmasi bahwa ia berencana untuk mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan menjadi 8.600 personil. Amerika Serikat saat ini memiliki antara 13.000 hingga 14.000 tentara di Afghanistan.
Sebelumnya, pejabat senior AS yang telah melakukan perjalanan ke Afghanistan telah membuat pernyataan bahwa kehadiran militer AS di negara yang dilanda perang ini akan terus berlanjut.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada 20 Oktober 2019 dalam pernyataan mengklaim bahwa Amerika Serikat dapat mengurangi jumlah pasukannya di Afghanistan menjadi 8.600 personil tanpa mempengaruhi perang melawan terorisme di negara itu. Namun, Esper bersikeras bahwa penarikan itu hanya akan terjadi jika disetujui dengan Taliban dan akan menjadi bagian dari perjanjian dengan Taliban.
Padahal Taliban selalu bersikeras soal penarikan pasukan asing dari Afghanistan. Meskipun Esper menekankan pada pengurangan jumlah pasukan AS di Afghanistan menyusul kemungkinan kesepakatan dengan Taliban, ini tidak berarti penarikan militer AS sepenuhnya. Trump mengumumkan pada akhir Agustus 2019 bahwa bahkan jika Taliban setuju, kehadiran militer AS di Afghanistan tidak akan berakhir.
Sikap kontroversial Trump terkait penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan sikapnya baru-baru ini tentang penempatan pasukan ini terutama menunjukkan ketidakpastian dan ambiguitas tentang tujuan dan tindakan kebijakan luar negeri pemerintah AS, sementara masih menunjukkan bahwa di dalam Amerika Serikat Ada ketidaksepakatan antara presiden dan pemerintah mengenai status pasukan AS di Afghanistan.

Saat ini, pasukan AS masih ada di Afghanistan, sebuah pertanda bahwa struktur kekuasaan di Amerika Serikat masih lebih dominan ketimbang Gedung Putih dan kelanjutan penempatan pasukan AS di Afghanistan hingga waktu yang belum diketahui. Sekalipun Trump terpaksa menegaskan bahwa penarikan pasukan AS dari Afghanistan merupakan bagian dari capaian kebijakan luar negeri pemerintahnya demi meraih kemenangan dalam pemilu presiden AS bulan November 2020.