Tujuan Kunjungan Trump ke India
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengejar beberapa tujuan selama kunjungan dua harinya ke India. Selain ingin menata ulang hubungan perdagangan kedua negara, Trump juga berusaha meloloskan beberapa kesepakatan di bidang militer dan persenjataan.
Trump dalam sebuah pernyataan bersama dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi pada Selasa (25/2/2020), mengatakan bahwa Washington dan New Delhi telah menandatangani kontrak militer senilai 3 miliar dolar.
"Hari ini kami meningkatkan kerja sama pertahanan kedua negara. Kami sepakat bahwa India akan membeli peralatan modern AS senilai 3 miliar dolar termasuk helikopter Apache dan helikopter multi-fungsi MH-60 Seahawk," ujar Trump.
Sementara itu, Modi menuturkan bahwa ia sudah lima kali bertemu Trump dalam delapan bulan terakhir dan menurutnya, penguatan hubungan pertahanan antara India dan Amerika termasuk salah satu aspek utama kerja sama kedua pihak.
Washington tampaknya mengejar beberapa tujuan dari peningkatan hubungan militer dan persenjataannya dengan New Delhi. Pertama, India termasuk salah satu importir utama senjata di dunia dan pasar senjata negara itu tentu saja sangat penting bagi AS. Oleh karena itu, pemerintahan Trump melakukan upaya konstan untuk merebut kembali pasar senjata di India.
Penjualan sejumlah besar helikopter tempur dan multi-fungsi merupakan sebuah langkah besar bagi AS untuk memperkuat posisinya di pasar senjata India. AS sebelumnya telah menjual pesawat patroli maritim P-8 Poseidon ke India.
Kedua, AS sedang berusaha menyingkirkan Rusia dari pasar senjata India. Rusia tercatat sebagai pemasok terbesar berbagai jenis senjata untuk angkatan darat, udara, dan laut India dalam beberapa dekade lalu dan saat ini, sementara Washington memandang Moskow sebagai salah satu rival utamanya di pasar senjata dunia.
Trump telah menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan senjata Rusia sehingga kegiatan bisnis mereka di pasar dunia termasuk India, berkurang. Pemerintah AS bahkan secara terbuka mengancam India dengan sanksi jika tetap melanjutkan pembelian senjata dari Rusia.
Trump mengandalkan bahasa ancaman, aksi sepihak, dan tekanan demi memajukan kebijakan luar negeri dan hegemoni AS di dunia. Salah satu contohnya, AS mendikte negara-negara lain termasuk sekutunya dalam masalah pertahanan, keamanan, dan persenjataan.
Berdasarkan undang-undang yang disahkan oleh AS, jika sebuah negara memiliki hubungan militer atau kerja sama intelijen dengan Rusia, ia bisa terkena sanksi dari AS.
Pasal 231 Undang-Undang CAATSA menyatakan bahwa negara ketiga yang memiliki kontrak penting dengan Rusia di bidang pertahanan dan persenjataan, memenuhi syarat untuk dikenakan sanksi oleh AS. Oleh sebab itu, Washington mengklaim bahwa pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia oleh India, akan menciptakan masalah bagi kelanjutan kerja sama militer kedua negara.
Setelah Perang Dingin berakhir, Rusia dan India membangun hubungan luas di bidang ekonomi, militer, dan nuklir, serta terus meningkatkan kerja sama mereka sebagai dua negara anggota kelompok BRIC.
Trump ingin menjauhkan New Delhi dari bayang-bayang Moskow dan membangun hubungan yang lebih erat dengan India, sebagai sebuah kekuatan baru ekonomi di dunia. (RM)