Masker dan Pembajakan Modern Ala AS
(last modified Sun, 05 Apr 2020 01:25:51 GMT )
Apr 05, 2020 08:25 Asia/Jakarta

Penyebaran virus corona di dunia, termasuk di negara-negara blok Barat telah menampakkan wajah asli negara yang selama ini kerap ditutupi dengan banyak topeng seperti hak asasi manusia dan demokrasi.

Laporan media menunjukkan Amerika Serikat telah membajak alat pelindung diri (APD) medis yang dikirimkan ke negara lain. Fakta ini menunjukkan bahwa pihak yang selama ini paling sering menuduh negara lain melanggar nilai-nilai dan aturan internasional, ternyata paling gencar melanggarnya. Sepak terjang terbaru AS membajak masker pesanan negara lain membuka topeng ini.

Selama ini entah berapa banyak perjanjian internasional yang ditandatangani AS telah dilanggar oleh Trump, dari penjanjian iklim Paris hingga JCPOA. Tapi, tidak ada satupun sanksi internasional yang dijatuhkan terhadap Gedung Putih. Ironisnya, semua pembatalan perjanjian internasional tersebut dilakukan secara sepihak oleh Washington dengan mengusung undang-undang dalam negeri AS sendiri.

Blunder terbaru kembali dipertontonkan Trump. Presiden AS ini hari Jumat (3/4/2020) menginstruksikan kepada perusahaan dalam negeri untuk menghentikan ekspor alat pelindung diri termasuk masker demi memenuhi kebutuhan dalam negerinya. 

Trump menggunakan kewenangannya sebagai Presiden AS dengan memanfaatkan undang-undang Defense Production Act. Aturan yang disahkan ketika terjadi perang antara AS dan Korea tahun 1950 ini dipakai Trump melalui Badan Manajemen Darurat Federal (Fema) untuk memaksa 3M dan anak-anak perusahaannya di seluruh dunia menghentikan ekspor ke negara lain. 

3M merupakan perusahaan multinasional Amerika Serikat yang memiliki unit produksi di berbagai negara di dunia. Pabriknya di Cina merupakan salah satu yang terbesar, untuk memenuhi permintaan pasar alat perlindungan diri (APD) dan alat kesehatan lainnya di pasar dunia. 

Langkah baru Trump ini telah menimbulkan banyak masalah termasuk mitranya sendiri di Eropa yang saat ini sedang kewalahan mengatasi penyebaran virus corona. Media Jerman, Tagesspiegel, melaporkan paket kiriman masker produksi 3M dari Cina ke Berlin dibajak oleh AS. Seorang pejabat Jerman menuduh Washington menghentikan pengiriman 200 ribu masker medis di Thailand dan mengalihkan tujuan pengiriman ke AS. Menteri Dalam Negeri Jerman, Andreas Geisel, membenarkan bahwa masker pesanan mereka telah dihentikan di Bangkok dan tidak pernah mencapai Berlin. Geisel berkomental kesal, "Kami menganggap itu sebagai tindakan pembajakan modern,". Ia meminta Trump untuk menghormati aturan perdagangan internasional.

Protes terhadap sepak terjang AS tidak hanya disampaikan pejabat Jerman. Beberapa negara lainnya di Eropa juga mengeluhkan pengalihan rute pesanan mereka yang dijegal Amerika Serikat. Valérie Pécresse, gubernur Ile-de-France, Perancis menyindir keras dengan mengatakan, "Menyediakan masker saat ini seperti  bersaing untuk menemukan harta karun,".

Amerika Serikat yang menyebut dirinya sebagai pemimpin dunia Barat tidak perduli terhadap kondisi negara-negara mitra dekatnya sendiri di Eropa, yang sedang kewalahan menghadapi penyebaran Covid-19. Fakta ini menunjukkan dengan jelas bahwa masalah persatuan dan solidaritas transatlantik tidak lebih dari sebuah slogan belaka. Sebab, Washington dengan mudah meninggalkan semua kewajibannya. Pasalnya, perjanjian internasional apapun yang telah disepakati bersama akan dilanggarnya secara sepihak. Sepak terjang pemerintahan Trump ini tidak terbatas pada Eropa, tetapi juga kepada Kanada, salah satu sekutu terdekat Washington.

Gedung Putih memerintahkan M3 yang memiliki pabrik di berbagai negara dunia untuk menangguhkan pesanan masker N95 dari Kanada dan Amerika Latin yang memicu reaksi keras dari Ottawa. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan bahwa penjegalan ekspor peralatan medis dan kemanusiaan yang dilakukan Amerika Serikat akan menjadi langkah keliru. Namun, pemerintahan Trump mengabaikan pertimbangan kemanusiaan, bahkan politik, demi mengejar kepentingannya sendiri.(PH)

 

 

Tags