Konflik India-Pakistan, Warisan Penjajahan Inggris
India berhasil membebaskan diri dari penjajahan Inggris pada 15 Agustus 1947. Kemerdekaan rakyat India melalui perjanjian damai tersebut mengakhiri 200 tahun penjajahan Inggris.
Pemimpin Kemerdekaan India Mahatma Gandhi memuji sikap Inggris atas terlaksananya perjanjian damai. Namun konflik sektarian antara umat Hindu dan Muslim yang telah berlangsung sejak lama di India, menodai kegembiraan itu.
Konflik tersebut menyebabkan ratusan orang tewas di Provinsi utara Punjab hanya beberapa hari pada awal kemerdekaan India.
Gerakan Kemerdekaan India sendiri mendapatkan momentum pertamanya pada awal abad ke-20. Pasca Perang Dunia I, Gandhi sukses mengorganisir kampanye melawan penjajahan Inggris di India, dan pada sekitar 1930-an, Inggris membuat beberapa konsesi kepada kelompok nasionalis India.
Meski demikian, ketidakpuasan terhadap Inggris telah tumbuh begitu kuat di India. Gandhi dan para pemimpin nasionalis lainnya menolak janji-janji Inggris terkait adanya pemerintahan mandiri bagi India setelah perang.
Mereka juga mengorganisir kampanye "Quit India" tanpa kekerasan agar Inggris segera pergi dari India. Mengetahui tindakan itu, otoritas Inggris memenjarakan Gandhi dan ratusan orang lainnya. Unjuk rasa anti-Inggris semakin menguat setelah Perang Dunia II.
Perundingan tiga pihak untuk membagi India berdasarkan batas keagamaan antara Gandhi, Inggris, dan Liga Muslim menemui jalan buntu. Pada akhirnya, Raja Muda India Lord Mountbatten mengambil jalan tengah melalui sebuah kompromi.
India Merdeka Bekas wilayah kekaisaran Mughol dibagi menjadi dua bagian negara independen, yaitu India dan Pakistan.
India pun secara resmi merdeka dari Inggris pada 15 Agustus 1947. Namun, dampak dari pembagian dua negara tersebut masih berlanjut hingga sekarang.
India dan Pakistan masih terlibat dalam konflik sektarian panjang tanpa ada upaya untuk selesai. Meski India merdeka dari Inggris pada 15 Agustus 1947, namun India menetapkan hari kemerdekaannya pada 26 Januari 1950. (RA)