Perjanjian RCEP dan Kegagalan terbaru Trump Kendalikan Cina
(last modified Tue, 17 Nov 2020 04:26:05 GMT )
Nov 17, 2020 11:26 Asia/Jakarta

Petinggi 15 negara Asia-Pasifik Ahad (15/11/2020) di sidang virtual menandatangani perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership, RCEP) dan Kantor Berita Deutsche Welle (DW) menyebut 15 November sebagai hari bersejarah.

Kini pertanyaannya, dari sisi mana RCEP memiliki urgensitas tinggi di mana berbagai media termasuk DW menilai kesepakatan ini sebagai moment bersejarah? Terkait urgensitas kemitraan ekonomi regional ini ada sejumlah poin penting yang patut diperhatikan.

Poin pertama, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau yang dikenal dengan RCEP ditandatangani di sela-sela sidang ASEAN di Hanoi, Vietnam oleh 15 petinggi negara Asia-Pasifik. Kelompok RCEP terdiri dari 10 negara anggota ASEAN ditambah dengan Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.

Poin kedua, perundingan untuk meraih kesepakatan terkait kerja sama luas ekonomi telah dimulai sejak delapan tahun silam dan pada akhirnya kesepakatan perdagangan ini berhasil ditandatangani hari Ahad lalu setelah 31 putaran perundingan di 18 konferensi ditingkat menteri luar negeri.

Perang dagang AS-Cina

Poin berikutnya adalah Cina dan 14 negara Asia-Pasifik dengan menandatangani kesepakatan kemitraan dagang ini di Vietnam ingin menurunkan tarif bersama di berbagai bidang mulai tahun depan. Sejatinya di bahwa perjanjian ini, pajak dan bea cukai di perdagangan antar negara anggota akan mengalami penurunan, aturan usaha patungan ditetapkan dan transportasi barang dipermudah.

Di samping poin ini, berdasarkan kesepakatan ini dan menurut data, 15 negara anggota RCEP memiliki populasi sekitar 2,3 miliar orang, yakni 30 persen dari total populasi dunia. Sementara produksi domestik bruto (PDB) negara anggota kelompok ini di atas 25.000 miliar dolar. Artinya volume perdagangan dari RCEP sekitar 29 persen dari total perdagangan dunia, dengan kata lain, kini kawasan di bawah perjanjian ini berubah menjadi zona perdagangan bebas terbesar dunia. Untuk Cina yang kini terlibat perang dagang dengan Amerika Serikat, RCEP menjadi peluang untuk meredam tensinya dengan Washington.

Selain itu, banyak pengamat yang menilai kesepakatan RCEP sebagai kesuksesan terbesar Cina. Analisis semacam itu muncul pada saat Amerika Serikat berselisih dengan Cina selama beberapa tahun terakhir, setidaknya selama kepresidenan Trump, mengenai masalah-masalah seperti Hong Kong dan Xinjiang, Taiwan dan hak asasi manusia, tetapi masalah "perang dagang" selalu menjadi friksi utama kedua negara, dan di kondisi seperti itu, Beijing mampu menyiapkan landasan bagi pembentukan pakta ekonomi terbesar dunia di Asia Timur setelah 8 tahun.

Dengan kata lain, keberhasilan Cina dalam mencapai kesepakatan ekonomi terbesar di dunia, mengingat ketidakhadirannya dari Amerika Serikat dan kehadiran China dalam pakta tersebut, yang dua di antaranya merupakan saingan ekonomi utama satu sama lain, akan memberikan peluang bagus bagi Beijing untuk memperkuat ikatan ekonominya dengan negara-negara ini.

Kesimpulan terakhir, di kondisi ketika Washington khususnya di kebijakan rotasi ke Indo-Pasifik, ingin membendung kebangkitan Beijing, maka kesepakatan RCEP akan mampu memulihkan posisi regional Cina sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia, khususnya dalam interaksi dengan Jepang dan Korea Selatan sebagai mitra Asia Amerika Serikat.

Faktanya, 15 negara di kawasan strategis Asia-Pasifik telah mencapai kesepakatan perdagangan besar di bawah bayang-bayang monopoli Trump, yang akan mengarah pada peningkatan posisi regional Cina. Dengan kata lain, kini ketika hari-hari terakhir kepemimpinan Trump, 15 kekuatan ekonomi Asia-Pasifik dengan poros Cina telah membentuk blok ekonomi terbesar di dunia.

KTT ASEAN Plus 3 (dok)

Sejatinya penandatanganan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dapat dinilai sebagai pukulan telak bagi kesepakatan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), sebuah kesepakatan yang diraih di periode kedua Presiden Barack Obama yang kemudian Trump mundur dari kesepakatan ini.

Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) pada awalnya sebuah kesepakatan multilateral di mana Donald Trump setelah berkuasa pada 2016 langsung keluar dari perjanjian ini. Dengan demikian Amerika di bulan-bulan terakhir kepemimpinan Trump tidak lagi terlibat di dua kesepakatan dagang Asia-Pasifik, kawasan yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Sejatinya penandatanganan RCEP kegagalan terbaru Donald Trump dalam mengendalikan Cina. (MF)

 

Tags