Mengapa Uni Eropa Putar Haluan di Venezuela ?
Uni Eropa memutar haluan sikapnya dalam masalah politik Venezuela, setelah sebelumnya begitu agresif mendukung pembentukan pemerintahan pro-Barat yang dipimpin oleh Juan Guaido.
Uni Eropa dan Grup Lima telah menarik diri dari pengakuan terhadap Juan Guaido sebagai presiden yang memproklamirkan diri di Venezuela setelah digelarnya pemilu parlemen baru-baru ini yang dimenangkan secara telak oleh partai-partai pendukung presiden Nicolas Maduro.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Rabu (6/1/2021) menggambarkan Juan Guaido dan parlemen sebelumnya sebagai "hanya aktor domestik Venezuela" dan tidak menunjuknya sebagai presiden. Dengan demikian, Brussels telah menarik diri dari pengakuan terhadap Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Padahal Uni Eropa sebelumnya mendukung penuh Guaido.
Langkah senada disampaikan Grup Lima. Kelompok yang beranggotakan 12 negara ini dalam sebuah pernyataan tentang parlemen baru Venezuela menentang hasil pemilu dan bersikeras untuk mempertahankan parlemen sebelumnya, tetapi tidak menyebut Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.
Menurut Patricia Garip, pakar kawasan Amerika Latin, perubahan pendekatan Uni Eropa dan Grup Lima terhadap Juan Guaido akan mendorong diadopsinya posisi serupa oleh pemerintahan baru AS.
Dengan demikian, Guaido mengalami pukulan lain setelah memboikot pemilu parlemen baru di Venezuela dan menderita kekalahan besar akibat hasil pemilu tersebut dengan pembentukan parlemen baru yang diisi partisipasi perwakilan orang-orang yang loyal kepada Maduro.
Kini pendukung tradisional dan utamanya, Amerika Serikat dan Eropa, serta sejumlah negara Amerika Latin, tidak lagi mau mengakuinya sebagai presiden terpilih.
Washington dan mitranya di Eropa, termasuk Inggris, secara ilegal mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela pada 23 Januari 2019, dan menyebut berlanjutnya pemerintahan Maduro, yang kembali terpilih sebagai langkah ilegal.
Selama dua tahun terakhir, Guaido menempuh berbagai cara untuk merebut kekuasaan dengan dukungan dari para pendukungnya terutama Amerika Serikat. Tapi, dia dan para pendukungnya menghadapi banyak kegagalan di Venezuela. Pemerintahan Trump, yang telah melakukan segala upaya untuk membawa Guaido ke tampuk kekuasaan dengan memberlakukan sanksi seluas mungkin, melancarkan plot teror terhadap Maduro, bahkan mendorong para pemimpin militer untuk melakukan kudeta, tidak membuahkan hasil.
Sinyalemen ini bisa ditangkap dalam statemen Trump sendiri yang mulai meragukan Guaido.
"Saya tidak mempercayai pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido. Dia gagal, meskipun mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan negara lain," kata Donald Trump dalam pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Juni 2020 lalu.
Dengan demikian, tampaknya blok Barat, terutama setelah pemerintahan Joe Biden berkuasa di Amerika Serikat secara bertahap akan menyadari kekeliruannya berinvestasi untuk Guaido dengan harapan bisa menggantikan Maduro.
Kini, Josep Borrell selaku kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa kembali menekankan perlunya solusi politik serta dialog dan negosiasi komprehensif yang mengarah pada prosedur demokratis yang inklusif di Venezuela.(PH)