PM Pakistan Merespon Tuduhan Menlu AS terhadap Iran
(last modified Sun, 17 Jan 2021 14:27:21 GMT )
Jan 17, 2021 21:27 Asia/Jakarta
  • Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
    Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengkritik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompe karena membuat tuduhan palsu terhadap Republik Islam Iran.

Imran Khan baru-baru ini menanggapi tuduhan Gedung Putih terhadap Tehran, dan mengatakan, tuduhan Menlu AS terhadap Iran dan menghubungkan negara ini dengan kelompok teroris al-Qaeda tidak pernah bisa dipercaya, dan dunia tidak aakan menerima tudingan semacam itu.

Dia menambahkan, kata-kata Pompeo adalah langkah berbahaya dan hanya untuk menyenangkan Israel. PM Pakistan ini lebih lanjut menekankan bahwa Pompeo pada dasarnya telah sampai pada akhir dari pekerjaannya dan masa pemerintahan saat ini di AS telah berakhir.

Reaksi PM Pakistan terhadap pernyataan palsu Menlu AS tentang tuduhan keterkaitan Iran dengan kelompok teroris al-Qaeda bermula dari kesadaran opini publik dunia dan sejumlah banyak negara tentang peran Iran dalam memerangi dan menumpas kelompok-kelompok teroris di kawasan.

Sejak satu dekade lalu hingga sekarang, kelompok-kelompok teroris seperti al-Qaeda dan Daesh (ISIS) di kawasan, terutama di Irak dan Suriah melakukan beragam kejahatan mengerikan, dan Iran merupakan negara terdepan dalam perang melawan kelompok-kelompok teroris tesebut secara langsung atau tidak langsung.

Selain memerangi terorisme secara langsung dengan memusnahkan kelompok-kelompok ekstremis dan teroris di sepanjang perbatasannya dengan negara-negara tetangganya termasuk Pakistan, Iran juga mengirim penasihat-penasihat militer ke kawasan, terutama ke Irak dan Suriah untuk melawan kelompok-kelompok teroris binaan Barat.

Langkah Iran tersebut merupakan peran yang sangat berpengaruh secara tidak langsung negara ini untuk menumpas terorisme demi memberikan keamanan dan kedamaian bagi bangsa-bangsa di kawasan.

al-Qaeda. 

Kehancuran Daesh di Irak dan Suriah disebabkan oleh peran pelengkap Iran bersamaan dengan upaya angkatan bersenjata di kedua negara tersebut untuk menumpas terorisme. Untuk itu, peran besar Iran dalam menumpas kelompok-kelompok teroris di kawasan tidak bisa dipungkiri lagi, dan hal inilah yang tidak diinginkan AS.

AS kemudian melancarkan tuduhan dan propaganda palsu bahwa Iran bekerja sama dengan al-Qaeda agar bisa mencoreng citra baik negara ini di sektor pemberantasan terorisme. Namun opini publik di kawasan dan dunia telah mengakui peran besar dan efektif Iran dalam menumpas Daesh di kawasan.

Di sisi lain, tuduhan yang dilontarkan Menlu AS terhadap Iran adalah konyol. Pasalnya, Pompeo menuding Iran bekerja sama dengan kelompok teroris, sementara AS sendiri memiliki jaringan terorisme negara terbesar di dunia.

Pembunuhan terhadap Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani oleh militer AS di dekat bandara Baghdad pada Jumat dini hari, 3 Januari 2020, di mana pejabat senior militer Iran ini berkunjung ke Irak atas undangan resmi pemerntah negara Arab ini, adalah indikator paling jelas dan terbesar dari pemerintah teroris AS, yang juga secara resmi mengaku terlibat dalam perencanaan dan pembunuhan yang diperintahkan langsung oleh Presiden Donald Trump itu.  

Aksi terorisme yang dilakukan AS terhadap Iran tidak berhenti begitu saja. Negara ini melalui kerja sama dengan organisasi mata-mata lainnya, termasuk Mossad, melanjutkan aksinya untuk menghilangkan elemen-elemen berpengaruh di Iran, termasuk di bidang pertahanan dan sains di negara ini setelah pembunuhan Letjen Soleimani. Mereka akhirnya juga membunuh ilmuwan terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat sore, 27 November 2020. Hal ini terlihat dari jejak peran agen-agen AS dan rezim Zionis Israel dalam pembunuhan tersebut.

Berdasarkan peran nyata AS dan beberapa sekutu rezim teroris ini dalam membentuk kelompok-kelompok teroris di kawasan, termasuk Daesh, maka klaim Gedung Putih untuk memberantas terorisme sembari menuduh Iran bekerja sama dengan al-Qaeda sama sekali tidak diterima secara universal. Dalam hal ini, wajah bengis AS sebagai simbol negara kriminal dan teroris menjadi semakin jelas di arena internasional. (RA)