Perang Ekonomi AS vs Cina di Era Biden, Mereda atau Meningkat ?
(last modified Sun, 07 Mar 2021 03:50:42 GMT )
Mar 07, 2021 10:50 Asia/Jakarta

Presiden Cina Xi Jinping dalam statemen terbaru menyebut AS sebagai ancaman terbesar bagi keamanan negaranya, yang dikemukakan sebagai reaksi pernyataan senada pejabat tinggi Gedung Putih sebelumnya.

"Amerika Serikat adalah ancaman terbesar bagi keamanan dan pembangunan negara kami," kata presiden Cina.

Ia juga menyebut AS sebagai sumber kekacauan terbesar di dunia saat ini.

Pernyataan keras Xi Jinping mengemuka di saat pemerintahan baru AS yang dipimpin Joe Biden masih seumur jagung. Dengan kata lain, terlepas dari beberapa spekulasi bahwa pendekatan Washington terhadap Beijing dapat berubah dengan naiknya Biden, tampaknya pernyataan terbaru sejumlah pejabat Gedung Putih tentang Cina menunjukkan bahwa Biden menjalankan kebijakan represif yang sama dengan pendahulunya, Donald Trump.

Misalnya, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam sebuah pesan kepada Angkatan Bersenjata AS hari Jumat (5/3/2021) menyebut Cina sebagai tantangan nomor satu Pentagon. Ia menegaskan, "Pendekatan kami terhadap Cina adalah memajukan kebijakan dalam dan luar negeri AS yang tidak terbatas pada kementerian pertahanan AS saja. Menteri Luar Negeri AS telah mengatakan pada awal Maret bahwa Cina adalah tantangan pertama yang dihadapi AS,".

Adam Philip Davidson, Komandan Pasukan AS di kawasan Indo-Pasifik yang dikenal sebagai Indopacom, juga baru-baru ini menyerukan peningkatan pencegahan AS terhadap Cina. 

 

 

Pertanyaannya sekarang, mengapa pemerintah AS berusaha meningkatkan ketegangan dengan Cina, terlepas dari pihak mana yang berkuasa di Gedung Putih? Apa tujuan utama Amerika Serikat dengan kebijakan tersebut.

Tampaknya, ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina mencakup berbagai masalah, termasuk masalah ekonomi, perdagangan, geopolitik, dan strategis yang semakin  meningkat dengan intervensi berulang Washington dalam berbagai masalah seperti: Hong Kong, Taiwan, dan sengketa wilayah di Laut Cina Selatan dan Timur.

Itulah sebabnya dalam suasana seperti itu, Presiden Republik Rakyat Cina menganggap Amerika Serikat sebagai sumber kekacauan di dunia saat ini dan menggambarkan negara ini sebagai ancaman terbesar bagi keamanan dan pembangunan negaranya.

Kini, ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat terus berlanjut di era Biden, karena Bejing terus mempertahankan pertumbuhan ekonominya sebagai pusat manufaktur terbesar di dunia selama 11 tahun berturut-turut. 

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Cina, perekonomian negara ini menyumbang sekitar 30 persen dari produksi dunia. Selama lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan rata-rata produk bernilai tambah dengan teknologi canggih Cina telah mencapai lebih dari sepuluh persen.

Dengan kata lain, terlepas dari tantangan serius dan kompleks yang ditimbulkan oleh Covid-19, Tiongkok telah berhasil mengembalikan pertumbuhan ekonominya ke tingkat sebelum epidemi, dan mengalami pertumbuhan positif sebagai satu-satunya ekonomi utama di dunia.

Para analis ekonomi dunia mengakui kekuatan perekonomian Cina di tengah krisis global yang dipicu penyebaran Covid-19. Aswal Prasad, seorang profesor bisnis di Cornell University mengungkapkan, "Perekonomian Cina masih kuat, dan mengandalkan kinerja yang luar biasa akan semakin memperkuat posisi Cina sebagai mesin penting pertumbuhan ekonomi global,".

Selain itu, BBC dalam laporannya yang mengutip perkiraan pertumbuhan PDB Cina mengungkapkan prediksi baru yang menunjukkan bahwa negara Asia ini berhasil melampaui Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia lebih cepat dari yang bayangkan AS.(PH)

Tags