Sadarilah, Kekuatan Absolut Hanya Tuhan
Jul 14, 2021 17:42 Asia/Jakarta
Jika semua manusia memperhatikan hakikat bahwa Allah Swt adalah satu-satunya yang mampu menyelesaikan seluruh masalah, dan Dialah Sang Penyelamat, maka banyak kesulitan akan dapat diatasi manusia.
Jalaluddin Rumi, penyair, pemikir dan sufi Iran menulis sebuah kisah yang patut direnungkan berjudul “Seorang Fakir dan Gandum”. Kisah ini menceritakan tentang seorang pria tua miskin yang hidup dalam kemiskinan akut dan serba kekurangan. Ia memberi makanan yang sangat sedikit untuk anak dan istrinya dari hasil mengemis.
Suatu hari ia pergi ke penggilingan gandum, beruntung seorang petani memasukkan segenggam gandum di sakunya. Pria tua itu pun mengikat setiap sudut sakunya, lalu bergegas pulang. Sambil melangkah pulang ia berkeluh kesah kepada Tuhan tentang seluruh permasalahan yang terus menghadangnya, dan ia memohon kepada Tuhan agar membukakan jalan dan memberi jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya.
Mulutnya komat kamit mengulang doa ini, “Wahai Engkau pembuka belenggu kesulitan, bantulah aku, dan bukakanlah belenggu-belenggu kesulitan hidup kami”. Pria tua ini terus memanjatkan doa tersebut sambil melangkah, tiba-tiba salah satu ikatan di sudut sakunya yang digunakan menyimpan gandum terbuka, dan gandum pun tumpah ke tanah.
Pria tua begitu sedih, kepada Tuhan ia berkata,
Kapankah aku meminta kepada-Mu, Wahai Penolong yang Mulia,
Untuk membukakan ikatan simpul ini sampai menumpahkan gandum,
Simpul ini terbuka karena ia tak berdaya,
Membuka belenggu kesulitan seperti apakah yang Engkau lakukan ini ?
Lalu pria tua membungkukkan tubuhnya untuk memungut butir-butir gandum yang tumpah ke tanah, tapi di sana ia menemukan sebungkus emas. Ia pun malu, segera bersujud kepada Tuhan dan berkata,
Apa yang aku tahu tentang hikmah,
Ia bersujud dan berkata, Wahai Tuhanku,
Setiap kesulitan yang Engkau berikan kepada seseorang, sebenarnya itulah kemudahan,
Semua kesulitan yang datang dari-Mu adalah rahmat,
Maulawi Jalaluddin Rumi dari kisah ini kemudian berkesimpulan,
Engkaulah penunjuk jalan di dalam pohon atau ke lubang tanah,
Jika manusia menyadari hakikat ini maka ia akan mampu melewati berbagai kesulitan, dan tidak akan berhenti dalam perjalanan hidupnya. Dewasa ini kita mendengar banyak kabar buruk dan peristiwa mengerikan, keindahan dan cahaya dunia nampak sudah mulai redup, dan debu keputusasaan tersebar ke mana-mana.
Hampir dua tahun wabah virus Corona menyerang jutaan manusia, ratusan ribu nyawa melayang karena penyakit tak dikenal ini. Gelombang pandemi luas di dunia membuat umat manusia kebingungan bagaimana menghadapinya.
Dalam beberapa minggu terakhir pemerintah Jepang mengabarkan terjadinya bencana longsor besar di Kota Atami di dekat Tokyo yang menewaskan puluhan orang. Banjir dan longsor mengingatkan kita akan bencana alam lain yang melanda Jepang seperti gempa, kebakaran dan tsunami. Stasiun televisi Jepang, NHK menayangkan video tentang rumah-rumah yang hancur atau terkubur di tanah. Aliran listrik lebih dari 2.000 rumah di kota ini putus. Di media-media sosial Jepang, bertebaran video yang menunjukkan ratusan kendaraan rusak akibat longsor di Kota Atami ini.
Angin topan dan angin kencang yang mengerikan terkadang memunculkan ketakutan akan menewaskan sejumlah orang. Kabar buruk ini belum termasuk peristiwa sulit tentang agresi dan perang.
Pada 24 Juni 2021 video runtuhnya sebuah gedung tempat tinggal di Florida, Amerika Serikat tersebar di media. Apartemen Champlain Towers South, Surfside, Florida, AS yang diperkirakan dihuni oleh 160 orang runtuh. Tim penyelamat bekerja keras menemukan korban di bawah reruntuhan gedung, namun sampai sekarang hanya beberapa yang berhasil ditemukan, sisanya masih dinyatakan hilang.
Hukum alam mengatakan setiap perbuatan akan membawa akibat atau reaksi. Prinsip ini sangat ditekankan dalam ajaran agama. Perbuatan manusia dalam beragam dimensinya bisa membawa dampak langsung di dunia ini, atau ditangguhkan dan menghasilkan hukuman serta pahala di dunia lain. Maulawi menyebut dunia sebagai sebuah gunung yang di dalamnya amal perbuatan manusia layaknya suara yang menggema, kemudian kembali kepadanya.
Dunia ini gunung dan perbuatan kita suara, gema suara itu akan kembali kepada kita
Berdasarkan prinsip ini, bumi yang merupakan tempat Tuhan menguji manusia, memiliki serangkaian aturan. Beberapa aturan disebut sebagai sistem kebaikan, maksudnya sebuah sistem yang aturannya tidak mungkin salah, dan setiap perbuatan pasti memiliki dampak. Amal perbuatan manusia di dunia memiliki dua dimensi, lahir dan batin. Perbuatan lahir adalah amal perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan kita atau berkaitan dengan urusan dunia, sementara perbuatan batin seperti aktivitas berpikir manusia yang dapat berbentuk niat, atau dorongan batin.
Dalam ajaran agama, pahala dan hukuman kedua perbuatan manusia baik lahir maupun batin, akan diberikan sesuai dengan aturan tadi. Ayat 7-8 Surat Al Zilzalah menegaskan prinsip ini bahwa perbuatan apa pun, dampaknya akan kembali kepada si pelaku, sekarang di dunia atau kelak di akhirat.
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Berdasarkan hukum alam, kita umat manusia akan menerima dampak dari perbuatan yang kita lakukan. Manusia kebanyakan akan melupakan Tuhan saat merasa tidak butuh. Al Quran dalam Surat Al An’am ayat 42 menegaskan bahwa Allah Swt menurunkan rasul kepada kaum-kaum, tapi kemudian memberikan azab kepada mereka karena tidak mematuhi perintah para rasul tadi.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُم بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
Dari ayat tersebut kita dapat memahami bahwa bencana merupakan akibat dari perbuatan dosa manusia, karena menurut Surat Ali Imran ayat 182, Allah Swt tidak akan pernah berbuat zalim kepada hamba-hamba-Nya.
ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ ﴿١٨٢﴾
(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya.
Imam Ali bin Abi Thalib as dalam kitab Nahj Al Balaghah dalam salah satu pidatonya menyinggung masalah ini bahwa kebanyakan bencana disebabkan oleh kufur nikmat, dan karena manusia tidak bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya oleh Tuhan.
Pada Khutbah ke 178, Imam Ali berkata, “Wahai manusia, dunia menipu orang-orang yang berharap kepadanya, ia sama sekali tidak berharga bagi orang yang mendambakannya, ia akan menjatuhkan orang yang mengalahkannya. Aku bersumpah demi Tuhan, tidak ada satu kaum pun yang kenikmatan hidup dicabut darinya kecuali karena dosa yang mereka lakukan, karena Allah Swt tidak pernah berbuat zalim kepada hamba-Nya, bahkan jika saat bencana melanda, dan nikmat-nikmat dicabut, mereka datang kepada Allah Swt dengan niat yang benar, menangis dan dengan hati yang penuh cinta memohon kepada Allah Swt untuk diampuni, maka apa yang lepas dari tangannya akan kembali, dan semua kerusakan akan diperbaiki. Apa yang aku takutkan adalah kalian tenggelam dalam kebodohan, dan kesombongan."
Oleh karena itu manusia diharapkan mengubah cara pandangnya terhadap dunia, dan beriringan dengan irama semesta menyembah Sang Pencipta dan beriman kepada-Nya.
Imam Ali mengatakan, “Tidak ada pekerjaan apa pun yang bisa menghentikan langkahnya, berlalunya waktu tidak akan menciptakan perubahan dalam dirinya, dan tidak ada tempat yang bisa menahannya, tidak ada kekuatan bahasa yang bisa mendefinisikannya, dan tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan. Tidak tetes air yang banyak itu, tidak bintang-bintang yang melimpah ruah di angkasa, tidak partikel debu yang menyebar di udara, tidak gerakan semut-semut di atas batu, tidak pula tempat-tempat istirahat semut kecil di malam yang gelap. Allah Swt mengetahui tempat jatuhnya daun dari pohon, dan gerakan tersembunyi.”
Allah Swt mengajak hamba-Nya kepada rahmat yang luas, hal ini dijelaskan dalam Surat Al Aaraf ayat 96,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Poin yang perlu diperhatikan adalah Allah Swt dalam Surat Al Baqarah menyebut bencana sebagai ujian kesabaran bagi orang-orang beriman, dan memberikan kabar gembira bagi mereka yang sabar, bahwa Allah Swt adalah penolong hamba-Nya. Orang-orang yang dilanda bencana dan musibah akan merasa membutuhkan Allah Swt, dan perasaan ini mendorongnya untuk bersandar pada kekuatan absolut yang tak bertepi. Ketika kehadiran Allah Swt dalam hidup manusia sedemikian dominan, maka dunia yang bergejolak ini akan terasa tenteram baginya. (HS)