Terorisme Daesh Membantu Musuh Bangsa Iran
(last modified Mon, 07 Nov 2022 06:45:25 GMT )
Nov 07, 2022 13:45 Asia/Jakarta
  • Daesh dan Amerika Serikat
    Daesh dan Amerika Serikat

Pada hari Rabu (27/10/2022) saat matahari terbenam di langit Makam Suci Ahmad bin Musa as di Shiraz di selatan Iran terjadi peristiwa yang membuat semua orang berduka. Seorang teroris Daesh tanpa ampun secara brutal menembak peziarah keturunan Nabi Saw yang menewaskan 13 orang dan melukai sekitar 30 lainnya.

Teroris Takfiri ini memasuki lokasi makam dan menembak semua orang yang tidak bersalah, baik pria maupun wanita dan anak-anak, hingga akhirnya ditembak oleh pasukan keamanan dan meninggal beberapa hari kemudian.

Tragedi yang menyakitkan ini, terutama setelah penyebaran gambar-gambarnya yang menyayat hati, membangkitkan kesedihan yang mendalam dan kemarahan besar dari orang-orang Muslim Iran. Di antara para korban ini, nama dua syahid dan tiga anak yang terluka terlihat, di mana kondisi Arteen Seraidaran adalah yang paling menyedihkan. Anak berusia 5 tahun yang kehilangan ayah, ibu, dan saudara laki-lakinya dalam insiden ini, menjadi simbol kemazluman para korban terorisme Daesh.

Ahmad bin Musa, putra Imam Musa Kazhim as yang saleh dan berbudi luhur adalah keturunan suci Nabi Muhammad Saw dan makamnya dianggap sebagai salah satu makam terpenting di Iran. Untuk alasan ini, setiap tahun ratusan ribu pecinta Ahlul Bait as mengunjungi makamnya dan mengambil manfaat dari kecerahan dan spiritualitas tempat suci ini dan memohon dari Allah agar menerima dan mengabulkan doanya dengan bertawasul pada ketinggian status anak Imam yang mulian ini.

Makam Suci Ahmad bin Musa as di Shiraz

Tempat suci dan makam keturunan Nabi Muhammad Saw adalah tempat suci di mana umat Islam dapat menggunakan suasana spiritual mereka untuk mentransendensikan jiwa mereka dan mendapatkan rahmat dari posisi tinggi orang-orang kudus ini. Namun kelompok Daesh yang menganut paham sesat Wahhabisme bukan hanya tidak menerima tindakan baik ini, tetapi juga mewajibkan umat Islam lainnya untuk menerima pendapatnya dan kalau tidak, maka harus menanti kematian. Hingga kini, para anggota kelompok ini telah merusak atau memusnahkan total tempat-tempat suci sejumlah keturunan terhormat Nabi Muhammad yang tercinta dan tokoh-tokoh agama yang menjadi perhatian dan kecintaan masyarakat.

Daehs (ISIS) adalah kelompok ekstremis dan kekerasan terbesar yang mengikuti kepercayaan Wahhabi dan beroperasi di beberapa negara seperti Suriah, Irak, Afghanistan, Libya dan beberapa wilayah lainnya. Tentu saja, di sejumlah negara Islam, ada kelompok teroris dan haus perang lainnya yang landasan intelektualnya dibentuk oleh pemikiran Wahhabi yang fanatik dan sesat Wahhabi. Al-Qaeda, Boko Haram di Nigeria dan Sipah-e-Sahaba di Pakistan termasuk di antara kelompok teroris yang dibentuk berdasarkan keyakinan kekerasan ini. Pada saat yang sama, Wahhabisme telah menurun di pusatnya, yaitu Arab Saudi.

Kelommpok Wahhabi yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahhab memulai aktivitasnya pada pertengahan abad ke-18 dan dengan dukungan Al Saud, dan melakukan kejahatan seperti pembunuhan lawan di Semenanjung Arab dan Irak, penghancuran tempat-tempat suci banyak keturunan Nabi Suci seperti Imam Husein as di Karbala dan para Imam yang dimakamkan di pemakaman Baqi' di Madinah, dan juga penghancuran barang antik Islam di Mekah dan Madinah.

Dengan berdirinya Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932, Wahhabi, dengan dukungan dolar minyak pemerintah, secara luas menyebarkan kepercayaan palsu mereka di negara-negara Islam dan membangun banyak sekolah agama. Hasil dari tindakan ini adalah pendidikan orang-orang dengan pemikiran Wahhabi yang terkebelakang dan semangat kekerasan, yang meskipun mereka minoritas, telah mendapat perhatian karena banyak propaganda dan juga melakukan operasi teroris.

Gambar teroris Daesh yang menyerang makam Shah Ceragh di Shiraz

Meskipun Daesh adalah kelompok yang tampaknya religius dengan keyakinan yang sangat fanatik dan ekstremis, dalam banyak kasus Daesh memiliki posisi dan tujuan yang sama dengan Amerika dan rezim Zionis. Terlepas dari banyak propaganda Amerika tentang memerangi kelompok Takfiri ini, banyak bukti menunjukkan bahwa Washington menggunakan Daesh sebagai alat untuk memajukan tujuannya. Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, secara eksplisit menyebut mantan Presiden Barack Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton sebagai salah satu pendiri Daesh.

Sebenarnya, Edward Snowden, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika juga telah menyebutkan dalam sebuah pengungkapan tentang ini, "Badan-badan intelijen Amerika Serikat, Inggris dan rezim Zionis memainkan peran dalam pembentukan Daesh (ISIS), dan dalam sebuah operasi yang disebut Sarang Lebah, mereka membentuk Daesh." Selain pasukan militer, Daesh telah membunuh puluhan ribu orang tak berdosa di Suriah dan Irak. Namun kini negara tempat kelompok teroris ini paling aktif adalah Afghanistan. Setelah penarikan Amerika dari negara ini, gerakan militer Daesh meningkat.

Menurut beberapa laporan yang dapat dipercaya, Amerika Serikat menyediakan tempat untuk pemindahan banyak anggota Daesh dari Suriah dan Irak ke Afghanistan untuk memperkuat kelompok ini. Selain perang dengan kelompok ini, sejak Taliban berkuasa, para petempur Daesh yang kejam telah membunuh ratusan orang Afghanistan dalam puluhan operasi teroris. Salah satu operasi kriminal terakhir mereka adalah serangan terhadap pusat pendidikan di Kabul, di mana 53 siswa, kebanyakan dari mereka anak perempuan, tewas dan lebih dari seratus terluka.

Anak laki-laki dan perempuan yang dibunuh Daesh di Kabul

Tidak diragukan lagi, salah satu negara yang memiliki permusuhan kuat dan lama dengan Amerika dan ISIS adalah Iran. Setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, bukan hanya tangan Amerika yang diperpendek dari Iran, tetapi perlawanan Republik Islam terhadap pemerintah yang mendominasi ini menjadi model bagi negara-negara lain. Kelompok ekstremis dan teroris Daesh juga memusuhi Iran karena dua alasan. Pertama, karena gagasan Wahhabisme yang menyimpang dan tidak berdasar, menyesatkan kaum Syiah dan pengikut Ahlul Bait Saw karena mengunjungi tempat suci Nabi dan Ahlul Bait-nya dan keturunan Imam lainnya. Kelompok fanatik ini, juga berdasarkan kepercayaan bodoh ini, menganggap seruan dan syafaat dari manusia besar ini kepada Allah sebagai bukti bahwa Syiah adalah musyrik dan akibatnya, diperbolehkan untuk membunuh mereka.

Alasan kedua permusuhan Daesh dengan Iran adalah pertempuran para pejuang Iran dan non-Iran di bawah komando jenderal besar Islam, Syahid Qassem Soleimani di Suriah dan Irak melawan kelompok teroris ini, yang menyebabkan berakhirnya proklamasi diri pemerintahan mereka di negara Suriah dan Irak pada November 2017. Dua tahun kemudian, Amerika secara brutal membunuh komandan kontra-terorisme pemberani ini di Irak.

Oleh karena itu, tragedi pembunuhan orang tak berdosa di tempat suci Ahmad bin Musa di Iran, meskipun tidak memiliki nilai militer, merupakan kegembiraan bagi Daesh dan Amerika Serikat. Juga, kejahatan daesh ini dapat dilihat sejalan dengan sanksi ekonomi Amerika terhadap rakyat Iran yang resisten untuk menekan mereka. Namun, pengalaman masa lalu telah menunjukkan bahwa setiap kelompok teroris yang telah mengambil tindakan terhadap keamanan dan kehidupan rakyat Iran, cepat atau lambat, akan menerima pukulan yang lebih kuat dari pasukan Iran yang berani dan waspada.(sl)