Sayidah Maksumah, Panutan Ilmu dan Kesucian
(last modified Mon, 09 Jan 2017 14:12:22 GMT )
Jan 09, 2017 21:12 Asia/Jakarta

Tanggal 10 Rabiul Tsani, bertepatan dengan hari wafatnya wanita suci Ahlul Bait, Sayidah Fathimah Maksumah as. Beliau termasuk anggota keluarga Ahlul Bait yang memiliki kemuliaan tinggi dari keturunan Imam Musa Kazhim as. Saudara Sayidah Maksumah, Imam Ali ar-Ridha as berkata, “Barangsiapa yang menziarahi Sayidah Maksumah di kota Qom, sama seperti menziarahiku.”

Jauh sebelum kelahirannya, Imam Jakfar Shadiq as telah mengabarkan kelahiran Sayidah Maksumah. Imam Shadiq berkata, “Di Qom, seorang perempuan dari keturunanku yang bernama Fathimah binti Musa akan dimakamkan di sana. Dengan syafaatnya di Hari Kiamat, para pengikut Syiah akan masuk surga.”

 

Sayidah Fathimah Maksumah as dilahirkan di kota Madinah pada tanggal 1 Dzulqadah tahun 173 Hijriah. Sayidah Maksumah lahir dan dibesarkan di rumah kemuliaan. Ayah dan ibunya adalah orang-orang yang memiliki keutamaan akhlak, ibadah dan kezuhudan, ketakwaan, kejujuran, kesabaran, kedermawanan dan kesucian menjadi sifat mulia keluarga suci ini. Mereka adalah nahkoda kapal kemanusiaan.

 

Ayahnya, Imam Kazhim dan ibunya Sayidah Najmah Khatun adalah sosok mulia dan agung. Selain kedua orang tuanya, Sayidah Maksumah memiliki saudara laki-laki yang menjadi pembibingnya, yaitu Imam Ridha as. Di bawah bimbingan mereka, Sayidah Maksumah tumbuh menjadi wanita agung.

 

Kebahagiaan Sayidah Fathimah Maksumah as di masa kecil bersama mereka tidak bertahan lama. Karena ayahnya, Imam Musa Kazhim as gugur syahid di penjara penguasa lalim saat itu. Ketika ayahnya syahid, Sayidah Fathimah Maksumah berusia 10 tahun. Setelah itu, Imam Ridha as menjadi satu-satunya pelindung setia Sayidah Fathimah Maksumah as.

 

Sejak usia kanak-kanak, Sayidah Maksumah telah menunjukkan kecerdasan dan keluasan ilmunya. Sayidah Maksumah berjuang keras dalam menuntut ilmu dan pengetahuan Islam. Beliau tidak menambah dan mengurangi ilmu yang disampaikan oleh ayahnya ketika menyampaikannya kepada masyarakat. Ini menunjukkan tanggung jawab besar dan amanah yang tertanam dalam jiwa putri Imam Musa as.

 

Sayidah Fathimah Maksumah senantiasa menuntut ilmu dan membela kebenaran dalam kondisi sekalipun. Sayidah Fathimah didampingi Imam Ridha as mengamalkan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari ayahnya. Kehadiran aktif Sayidah Maksumah dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan keimanan menunjukkan posisi dan kedudukan wanita yang tinggi dalam sejarah kebudayaan Islam.

 

Kehidupan Sayidah Maksumah menjadi bukti bahwa Islam sangat menghargai perempuan dan menempatkannya pada kedudukan tinggi, sehingga dari keutamaan spiritual, keilmuan dan kemuliaan akhlak menjadi teladan bukan hanya bagi perempuan saja.

 

Sayidah Maksumah memiliki beberapa sebutan nama agung seperti Shadiqah, karena dikenal sebagai seorang yang terpercaya. Selain itu beliau dipanggil dengan nama mulia seperti Karimah Ahlul Bait dan Thahirah, sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Imam Shadiq as. Selain itu beliau juga disebut dengan nama Muhaddatsah yang berarti perawi hadis.

 

Di antara hadis yang diriwayatkan Sayidah Maksumah adalah hadis Manzilah yang menjelaskan kedudukan mulia Imam Ali as. Di hadis ini dijelaskan kedudukan Imam Ali as terhadap Nabi Muhammad Saw seperti posisi Harun bagi Nabi Musa as. Beliau juga menjelaskan peristiwa penting di Ghadir Khum untuk mencegah umat Islam lalai dari amanat Nabi Muhammad tentang kepemimpinan setelahnya.

 

Pada tahun 200 Hijriah, Imam Ali ar-Ridha as terpaksa meninggalkan kota Madinah menuju Khorasan dibawah tekanan penguasa lalim saat itu. Setahun kemudian, Sayidah Fathimah Maksumah yang merindukan kakaknya berangkat menuju kota Marv ditemani sejumlah saudaranya seperti Fadhil, Jakfar, Hadi, Qasim dan Zaid serta beberapa orang lainnya.

 

Perjalanan wanita agung beserta rombongan dari Madinah menuju Khorasan tersiar ke berbagai wilayah. Di setiap daerah yang mereka lewati para pecinta Ahlul Bait menyambutnya dan memanfaatkan kehadiran sumber pengetahuan dan keluhuran akhlak ini. Mereka juga ingin mendapat berkah dari kedatangan manusia agung ini di daerah yang dilewati rombongan Sayidah Maksumah as.

 

Dalam setiap penyambutan di berbagai kota, Sayidah Fathimah selalu menggunakan kesempatan tersebut untuk memberikan pencerahan kepada para pecinta Ahlul Bait. Beliau dalam berbagai pidatonya mengungkap kedok penguasa Bani Abbasiah. Pada dasarnya, Sayidah Fathimah sengaja berhijrah dari Madinah ke Marv sebagai bentuk protes terhadap kondisi yang ada. Perjalan itu merupakan bagian dari perjuangan Sayidah Fathimah terhadap intimidasi dan kezaliman.

 

Sayidah Maksumah senantiasa mengingatkan umat Islam terkait jawaban Imam Ridha as mengenai usulan Khalifah Makmun kepada imam ini. Makmun dalam makarnya mengusulkan posisi putra mahkota kepada Imam Ridha as. Sebuah usulan yang bersifat makar dan tipu daya. Tujuannya, Makmum bisa meredam perlawanan para pengikut Ahlul Bait.

 

Imam Ridha as saat menjawab usulan Makmun mengatakan, “Jika khalifah merupakan hakmu tidak seharusnya melimpahkannya kepada orang lain. Namun jika bukan hakmu mengapa kamu menyebut diri khalifah umat Islam dan menentukan putra mahkota.”

 

Sayidah Maksumah as berusaha menyadarkan masyarakat bahwa kepemimpinan terhadap umat Islam merupakan hak Ahlul Bait Rasulullah Saw. Sejarah mencatat perjuangan besar Sayidah Maksumah dalam mengokohkan Imam Ahlul Bait di tengah rongrongan konspirasi musuh.

 

Pencerahan yang dilakukan Sayidah Fathimah Maksumah as memicu kemarahan penguasa lalim. Antek-antek Bani Abbasiah memburu rombongan Sayidah Maksumah. Ketika rombongan sampai di kota Saveh, mereka diserang oleh pasukan Makmun dan kelompok pembenci Ahlul Bait. Sejumlah pengikut beliau dalam peperangan tak seimbang ini gugur syahid. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah jatuh sakit.

 

Atas inisiatif Sayidah Maksumah rombongan kemudian menuju kota Qom. Sayidah Maksumah berkata, “Bawalah aku ke kota Qom. Karena aku mendengar dari ayahku bahwa kota ini adalah pusat para pecinta Ahlul Bait.” Mendengar permintaan Sayidah Maksumah, mereka pun membawa beliau ke kota Qom.

 

Tepat tanggal 23 Rabiul Awal 201 Hijriah, Sayidah Maksumah as bersama rombongannya tiba di kota Qom. Para tokoh dan ulama Qom menyambut rombongan Ahlul Bait Rasulullah. Seorang pecinta Ahlul Bait dan pembesar di kota Qom yang bernama Musa bin Khazraj menjadi tuan rumah yang menjamu Sayidah Fathimah selama di kota Qom.

 

Sayidah Maksumah berada di kota Qom selama 17 hari. Pada hari-hari terakhir masa hidupnya, Sayidah Maksumah lebih banyak menyibukkan diri bermunajat kepada Allah. Beliau akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 10 Rabiul Tsani dan dimakamkan di kota Qom.

 

Hingga kini, makam Sayidah Maksumah as diziarahi para pecinta Ahlul Bait dari seluruh penjuru dunia. Berkat keberadaan Sayidah Maksumah di Qom berdiri pusat pendidikan agama Islam mazhab Syiah terbesar di dunia. Aura spiritual yang dipancarkan makam suci Sayidah Maksumah memberikan pencerahan intelektual bagi ulama dan berkah bagi masyarakat, bukan hanya kota Qom saja tapi juga menyebar ke seluruh penjuru dunia.