Shahr-e Sukhteh: Simbol Seni dan Peradaban Tenggara Iran
(last modified Tue, 26 Nov 2019 12:28:50 GMT )
Nov 26, 2019 19:28 Asia/Jakarta
  • Shahr-e Sukhteh di Iran
    Shahr-e Sukhteh di Iran

Pekan lalu digelar sebuah konferensi "Seni dan Peradaban Tenggara Iran, dengan fokus Shahr-e Sukhteh" di pusat kebudayaan dan seni di Tehran. Kota Sukhteh di samping Jiroft, termasuk pusat pemukiman tenggara Iran yang masuk dalam catatan warisan budaya dunia UNESCO.

Konferensi ini mendapat sambutan hangat dari para budayawan dan seniman dan digelar di pusat kebudayaan Republik Islam Iran di Tehran. Dr, Sayid Mansour Sayid Sajjadi, arkeolog kota Sukhteh dalam sambutannya di konferensi ini mengatakan, "Lebih dari seratus tahun dimulai penelitian terkait kota ini, dan presentasi besar yang diraih ini berkat Profesor Maurizio Tosi."

Sayid Mansour Sayid Sajjadi

Namun sekelompok arkeolog Iran di Shahr-e Sukhteh dengan memulai aktivitasnya dan keberhasilan pertama mereka membuat sampai saat ini sejumlah wilayah galian di sejumlah wilayah kota ini diserahkan kepada kelompok Iran. Saat ini sekitar 20-25 kelompok arkeolog ahli dan restorasidari Iran aktif di kota bersejarah ini.

Sayid Sajjadi menyebut salah satu upaya yang efektif di Shahr-e Sukhteh adalah melatih para pemuda, alumni dan peneliti muda serta menjelaskan bahwa mereka dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri melakukan banyak penelitian dan riset.

Enrico Scalone, doses Italia di Universitas Göttingen Jerman, salah satu tamu di konferensi mengenai Shahr-e Sukhteh kali ini. Di sambutannya ia menganggap Iran sebagai tanah air kedua dirinya dan mengatakan, "Iran tempat yang membantu Saya mengembangkan penelitian dan di sini Saya memperluas konsep kebahagiaan, persabahatan, persaudaraan, interaksi dan kerja sama dengan masyarakat ketimbang yang lainnya."

Lebih lanjut ia menambahkan, sejatinya nilai dan urgensitas Shahr-e Sukhteh di milenium ketiga sebelum Masehi adalah perannya sebagai pusat persimpangan budaya dan pengangalam di selatan Iran dan peradaban Jihun serta peradaban Lembah Sungai Indus. Titik persimpangan yang memainkan peran penting dari perbedaan dan kesamaan budaya di transformasi sejarah di milenium keempat hingga awal milenium kedua sebelum Masehi.

Guru besar Universitas Göttingen ini menyebut Shahr-e Sukhteh sebagai Pompeii timur menurut orang Italia karena perlindungan khusus mulai dari susunan istimewa dan padang pasir yang asin.

Di konferensi ini juga dipamerkan buku "Shahr-e Sukhteh, Honar va Boston Shenosi Hauzeh Delta-e Roodkhoneh Helmand, az Aghaz to Daoure Taimori". Buku ini disusun dalam dua jilid oleh Sayid Mansour Sayid Sajjadi untuk mengenalkan seni dan peradaban tenggara Iran dengan fokus Shahr-e Shokhteh.

Image Caption

Shahr-e Shokhteh, nama sebua peninggalan pemerintah kota kuno di Iran yang terletak di 56 km selatan Zabol, Provinsi Sistan va Baluchistan di tenggara Iran. Kota ini dibangun di sepanjang sungai Helmand dan seakan-akan kota ini dibangun di pantai sungai tersebut. Kota ini berada di era perunggu dan sezaman dengan peradaban Jiroft.

Shahr-e Sukhteh sejak tahun 1967-1978 dikaji dan digali oleh arkeolog Italia yang dipimpin Profesor Maurizio Tosi. Kemudian penggalian ini dilanjutkan oleh arkeolog Iran hingga saat ini.

Menurut temuan arkeologis, luas Shehr-e Sukhteh sekitar 280 hektar, dan sisa-sisa menunjukkan bahwa ia memiliki lima distrik perumahan di timur laut kota yang terbakar (Shehr-e Sukhteh), bagian tengah, kawasan industri; zona peringatan dan makam dalam bentuk bukit saling berdempetan. Delapan puluh hektar Shehr-e Sukhteh merupakan distrik perumahan. Situs kuno Shehr-e Sukhteh itu sekitar 18 meter di atas permukaan tanah.

Penelitian telah menunjukkan bahwa daerah ini, tidak seperti lingkungan saat ini yang berupa padang pasir. Lima ribu tahun lalu, daerah ini sangat hijau dan dipenuhi dengan beragan vegitasi dan dipenuhi dengan pohon willow, maple dan poplar. Penggalian menunjukkan bahwa sungai irigasi yang kuat dan anak-anak sungainya menyimpang dari Sungai Hirmand, yang mungkin dianggap telah memasok air ke ladang pertanian kota.

Selama penggalian oleh arkeolog ditemukan bahwa sejumlah warga Shahr-e Sukhteh dikubur dengan pakaian dan kain kafan. Di sejumlah makam ditemkan bekas kain di tubuh jenazah. Kain tersebut dalam bentuk beragam, kafan yang dililitkan ke badan mayat, dalam bentuk pakaian panjang, juga dalam bentuk karpet yang menutupi tubuh mayat. Gerabah merupakan barang utama yang ditemukan di berbagai kuburan dan juga berbagai hadiah lain dari batu, kayu dan kain.

Shahr-e Sukhteh merupakan pusat industri dan seni. Sisa-sisa peninggalan ini ditemukan di periode keenam penggalian. Di periode ini ditemukan banyak perhiasan dan ornamen. Selama penggalian sebelumnya menjadi jelas bahwa masyarakat di kota ini menggunakan kayu dari pohon-pohan di sekitar mereka untuk proses pembakaran gerabah dan pembuatan perhiasan.

Arkeolog ketika menemukan kalung dan stempel dari emas mulai meneliti proses pembuatannya dan mereka memahami bahwa pengrajin Shahr-e Sukhteh masih sangat primitif dan membuat karya mereka cukup sederhana.

Di Shahr-e Sukhteh ditemukan banyak gerabah, peralatan dari batu, mosaic, beragam kain dan tikar. Ini membuktikan adanya beragam industri, khususnya industri maju tekstil saat itu. Sampai saat ini ditemukan 12 jenis kain tenun, warna polos, multi warna dan alat penangkap ikan di Shahr-e Sukhteh.

Penelitian terhadap tikar menunjukkan bahwa warga kota ini menenun tikar dan peralatan lainnya dengan memanfaatkan rumput di rawa dan sungai Helmand. Rumput tersebut juga dimanfaatkan untuk membuat atap rumah.

Tak diragukan lagi bahwa Shahr-e Sukhteh termasuk kota maju di zamannya. Hal ini bukan saja terlihat dari sisa-sisa peninggalan arsitek bangunan dan industrinya, tapi juga dapat disaksikan di pengorganisiran sosial dan masyarakat kota. Shahr-e Sukhteh memiliki susunan sistematis dan peninggalan yang ada menunjukkan bahwa kota ini memiliki sistem perairan yang canggih dan pembuangan limbah.

Penelitian para ilmuwan menunjukkan bahwa Shahr-e Sukhteh antara tahun 2900-1900 sebelum Masehi telah menjadi tempat tinggal manusia. Ribuan tahun dibanding dengan umur manusia, tidak terlalu mengejutkan, tapi yang patut diperhatikan adalah warga di kota ini selama seribu tahun berhasil menciptakan sebuah kota besar dan makmur di mana warganya sibuk dengan kegiatan beragam industri dan membentuk sebuah pemerintahan yang sistematis. Tak hanya itu, mereka juga memiliki hubungan dagang dan budaya dengan wilayah di sekitarnya.

Tembikar Shahr-e Sukhteh memiliki kesamaan dengan tembikar yang ditemukan di Punjab. Gambar matahari yang ditemukan di salah satu tembikar juga serupa dengan tembikar yagn ditemukan di Shahdad. Kesamaan lukisan ini dengan lukisan peralatan tembikar Bain al-Nahrain sedikit kurang. Kita harus ingat bahwa peradaban Shahdad di awal milenium ketiga sebelum Masehi musnah akibat perubahan jalur sungai dan saat itu, warga Shahdad memiliki hubungan dekat dengan warga Punjab.

Selain penemuan ini, di Shahr-e Sukhteh juga ditemukan mata palsu/buatan. Penelitian pertama menunjukkan bahwa mata kiri seorang perempuan tinggi yang dimakamkan di makam no 6705 adalah buatan/palsu. Penelitian ini menemukan adanya abses di bawah lengkungan alis perempuan tersebut.

Penemuan permaian yang serupa dengan permaian backgammon saat ini, sebuah keajaiban lain kota ini dan mengingat usia tua kota ini dapat dikatakan bahwa permainan backgammon tertua di dunia adalah milik Shahr-e Sukhteh. Di makam no 761 ditemukan permainan backgammon dengan 60 dadu. Ini lebih tua dari permaian Sumeria milik lima ribu tahun lalu.

Keunikan lain dari kota ini adalah ditemukannya tanda-tanda operasi otak tertua. Tengkorak anak perempuan berusia 12 atau 13 tahun yang sebagian tulangnya dikeluarkan oleh dokter untuk pengobatan penyakit hidrosefalus dan kemudian dioperasi. Ia dipastikan hidup setelah menjalani operasi tersebut.

 Di sidang UNESCO ke-34 pada tahun 2014, Shahr-e Sukhteh terdaftar sebagai monumen Iran ketujuh belas dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, sekarang diakui sebagai salah satu kota kuno paling maju di dunia, dengan sejarah 5.000 tahun. Tetapi perlu dicatat bahwa Shahr-e Sukhteh bukan satu-satunya wilayah di selatan Iran pada saat itu yang mencapai tingkat peradaban yang relatif tinggi. Di sekitar Shahr-e Sukhteh masih ada tempat-tempat seperti "Tappe Yahha" dan "T Tal-i-Iblis " dan Bam dan Shahdad. Penggalian telah dilakun menunjukkan  adanya peradaban maju di wilayah luas Iran selatan dan pantai Fars.