Maulid Nabi, Persatuan Islam dan Hegemoni AS dalam Perspektif Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam pidato peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw pada tanggal 3 November 2020 menyampaikan sejumlah masalah penting.
Rahbar di awal pidatonya mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Imam Jafar Sadiq kepada bangsa Iran dan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Beliau menjelaskan mengenai keutamaan Nabi Muhammad Saw sebagaimana diungkapkan dalam al-Quran. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Ada beberapa ayat tentang Nabi (Saw) dalam al-Quran. Beberapa dari ayat-ayat ini sangat jelas sesuai dengan kondisi umat manusia saat ini. Ketika dibaca seolah-olah ayat tersebut diturunkan hari ini untuk umat manusia.
لَقَدْ جَاءَکُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِکُمْ عَزِیزٌ عَلَیْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِیصٌ عَلَیْکُم بِالْمُؤْمِنِینَ رَءُوفٌ رَّحِیمٌ
Artinya: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.(Qs. At-Taubah:128
Dalam ayat lainnya kita menyimak bersama:
یَا أَیُّهَا النَّاسُ إِنِّی رَسُولُ اللَّـهِ إِلَیْکُمْ جَمِیعًا
Artinya: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua. (Qs.al-Araf:158)
Dua kalimat penting di ayat ini, عَزیزٌ عَلَیهِ ما عَنِتُّم, yang bermakna "berat terasa oleh nabi Muhammad saw penderitaan umat manusia, dan kalimat, حَریصٌ عَلَیکُم, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu sebagai pesan untuk umat manusia.
Ayatullah Khamenei lebih lanjut menyinggung penderitaan umat manusia akibat ketidakadilan dan diskriminasi, keberadaan tiran jahat, pengobar perang dan pertumpahan darah, penyebaran materialisme ekstrem dan kecenderungan yang berlebihan terhadap materi di antara umat manusia dengan menekankan, "Nabi yang suci merasakan penderitaan umat manusia saat ini dan sangat mengharapkan kebahagiaan sejatinya, sebagaimana ayah yang penyayang berupaya mewujudkan kebahagiaan dengan menunjukkan jalan yang lurus,".
Ayatullah Khamenei meyakini penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dan al-Quran yang telah terjadi berkali-kali di negara-negara Barat, terutama Prancis, dan memicu kemarahan umat Islam di dunia, berasal dari kegelapan yang terletak di jantung peradaban Barat.
Menyinggung penerbitan kartun-kartun yang menghina Nabi Muhammad Saw di Prancis, Ayatullah Khamenei menegaskan, "Seorang kartunis telah melakukan kesalahan, tapi ini bukan hanya penyimpangan dan kerusakan yang dilakukan seorang seniman. Sebab masalahnya terletak pada kebijakan pemerintah yang mendukung perbuatan salah tersebut. Persoalannya seorang pejabat politik secara eksplisit mendukungnya,".
"Pemerintah Prancis mengaitkan masalah ini dengan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Langkah ini justru menjadi kebijakan yang telah merangkul teroris paling kejam di dunia," tegas Rahbar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengajak semua orang untuk mengenali peradaban Barat, yang kosong dari kemanusiaan. Beliau mengungkapkan, "Tentu saja, mereka menyembunyikan kebiadaban ini, karena mereka memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka menutupinya dengan penampakan ilmu dan teknologi dan menyembunyikan kebiadaban di baliknya. Mereka tampil dengan ekspresi manusiawi, dengan wajah yang tampak manusiawi, dengan dasi, parfum dan sejenisnya, mereka menyembunyikan kebiadaban nyata yang ada dalam diri mereka dengan cara-cara ini. Kini, beberapa abad setelah permulaan peradaban ini dan Renaisans, kita menyaksikan ketidaksetaraan, kemiskinan, ketidakadilan, dan krisis moral yang memalukan merajalela di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dan mereka yang mengikutinya. Inilah sifat dasar dari peradaban dan budaya mereka."
Ayatullah Khamenei menggambarkan Amerika Serikat sebagai pemimpin dari peradaban yang gelap dan tidak manusiawi. Dalam pandangan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, "Persatuan umat Islam" adalah salah satu agenda yang dikejar Barat mewujudkan kepentingannya di dunia, terutama negara-negara Muslim.
Rahbar dalam pidatonya menyinggung Pekan Persatuan Islam yang dicanangkan Imam Khomeini dengan mengungkapkan, "Inisiatif Imam [Khomeini] untuk persatuan Islam sebagai masalah penting. Tentu saja setiap pemeluk [mazhab Islam] memiliki keyakinan [teologis] dan ritualnya sendiri yang dijalankan masing-masing. Hal ini menunjukkan pentingnya masalah [persatuan Islam] bagi umat Muslim dan seberapa banyak pengaruh musuh berupaya menguranginya, ketika musuh menyadari hal ini mulai merancang untuk melawan gerakan tersebut,".
Menurut Ayatullah Khamenei, musuh menjalankan plot-plot operasional yang bertentangan dengan pesan persatuan Imam Khomeini, termasuk dengan mendirikan pusat riset dan menggelar pertemuan demi menggagalkan persatuan Islam. Selain itu, kemunculan pemikiran dan kelompok hingga kehadiran kelompok teroris Daesh dirancang musuh untuk menghancurkan persatuan Islam.
Rahbar dalam pidatonya menyinggung urgensi persatuan Islam dalam kondisi getir dunia Islam dewasa ini, seperti perang lima tahun di Yaman dan pemboman brutal terhadap rakyatnya oleh Arab Saudi, maupun penghinaan beberapa rezim yang mempermalukan Umat Islam dengan mengabaikan masalah Palestina. Ayatullah Khamenei menekankan bahwa persoalan yang menimpa bangsa dan negara Muslim dari Kashmir hingga Libya akan bisa diselesaikan dengan persatuan Islam.
Pada pidato peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw yang disampaikan bertepatan dengan peristiwa 13 Aban, Ayatullah Khamenei menyebut faktor utama permusuhan Amerika Serikat terhadap Republik Islam disebabkan karena bangsa Iran tidak mau menerima dikte AS yang menindas dan menolak mengakui dominasi mereka. Beliau menegaskan, "Permusuhan ini akan terus berlanjut dan satu-satunya cara untuk menyelesaikannya dengan membuat musuh putus asa, sehingga mereka tidak lagi melanjutkan serangan terhadap rakyat dan pemerintah Iran,".
Tanggal 13 Aban 1358 Hs yang berterpatan dengan 4 November 1979 terjadi peristiwa penting dalam lembaran sejarah Republik Islam Iran. Ketika itu, pemuda revolusioner Iran merebut kedutaan AS di Tehran, yang menjadi pusat utama spionase dan kerusuhan di Timur Tengah, dan menemukan berbagai dokumen aksi mata-mata CIA.
Selanjutnya, tanggal 13 Aban disebut sebagai "Hari Perlawanan terhadap Imperialisme Global" yang dicanangkan oleh Imam Khomeini. Pendiri Republik Islam Iran ini menyebut aksi pendudukan pusat mata-mata AS oleh mahasiswa revolusioner Iran sebagai revolusi yang lebih besar daripada Revolusi Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa kebijakan Republik Islam yang telah diperhitungkan tidak akan berubah seiring dengan terjadinya transisi kekuasaan di Amerika Serikat.
Ayatullah Khamenei menggambarkan rezim Amerika sebagai rezim imperialis yang arogan dengan rekam jejak kejahatan, termasuk aksi terorisme negara di berbagai penjuru dunia. Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa solusi terbaik melawan kebijakan arogan Amerika Serikat adalah penguatan umat Islam, terutama dari ekonomi, budaya dan keamanan.(PH)