Kebangkitan Imam Husein Menurut Imam Khomeini dan Rahbar
(last modified Wed, 03 Aug 2022 13:52:16 GMT )
Aug 03, 2022 20:52 Asia/Jakarta
  • Kebangkitan Imam Husein as
    Kebangkitan Imam Husein as

Imam Khomeini, bapak pendiri Republik Islam Iran mengatakan, "Revolusi Islam Iran percikan dari Asyura dan revolusi besar ilahinya."

Imam Khomeini yang memiliki kecintaan besar terhadap para imam maksum as, khususnya Imam Husein as, di pidato serta tulisannya berulang kali menekankan kepribadian Imam Husein, urgensi kebangkitannya di hari Asyura, pengaruh kebangkitan Huseini dan urgensi menjaga nama serta memori Imam Husein as. Imam Khomeini berkata, tetaplah jaga nama Imam Husein tetap hidup, di mana dengan terjaganya nama Imam Husein, Islam akan tetap terjaga.

Imam Khomeini menganggap kesyahidan Imam Hussain as pada hari Asyura tidak hanya sebagai peristiwa sejarah tetapi juga sebagai gerakan revivalis yang melestarikan Islam Muhammadi yang murni dan membedakan yang benar dari yang salah. Imam Khomeini berkata: "Imam Husein memenuhi seruan Islam dan menyelamatkan Islam."

Imam Khomeini

Gerakan historis Imam Husein as adalah protes terhadap rezim tirani dan penguasa yang menindas yang, di luar, mengenakan pakaian agama, tetapi di dalam, mereka berniat untuk menumbangkan ajaran otentik dan aturan serta hukum Islam. Dalam pandangan Imam Husein as, bahaya agama yang diselewengkan oleh penguasa yang tampaknya Muslim jauh lebih besar daripada penyimpangan umat dari agama; Karena mereka mengubah kekhalifahan umat Islam menjadi kesempatan untuk memerintah dan mencapai tujuan mereka sendiri, dan dengan bid'ah dan penyimpangan dalam agama, mereka mengubah hukum agama untuk keuntungan mereka sendiri, dan dengan cara ini mereka menginjak-injak prinsip agama. Hal ini dilakukan secara diam-diam di zaman Muawiyah dan mencapai puncaknya di masa Yazid.

Imam Khomeini terkait hal ini mengatakan, "Bahaya yang dibawa Muawiyah dan Yazid untuk Islam, bukan perampasan kekhalifahan, tapi bahaya lebih besar dari ini di mana mereka menghendaki Islam dalam bentuk monarki. Mereka menghendaki spiritualias dalam bentuk taghut...Bahaya ini sangat besar bagi Islam. Bahaya ini telah berhasil ditangkal oleh Imam Husein as. Jika Yazid berhasil, Islam akan menjadi sesuatu yang lain, Islam akan menjadi seperti 2.500 tahun rezim monarki di Iran."

Imam Khomeini melanjutkan, "Imam Husein as mengajarkan semua orang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi penindasan, dalam menghadapi tekanan, dalam menghadapi pemerintahan yang menindas. Padahal dia tahu dari awal bahwa di jalan ini dia akan gugur, dia harus mengorbankan semua sahabatnya dan keluarganya dan mengorbankan orang yang dicintainya untuk Islam, tentu dia juga tahu akhirnya... Selain itu, sepanjang sejarah ia mengajar semua orang bahwa ini adalah jalannya. Jangan takut kekurangan angka, jumlah tidak memajukan pekerjaan, kualitas jihadlah yang memajukan pekerjaan. Imam umat Muslim ini mengajarkan kepada kita bahwa sementara penindas memerintah umat Islam secara represif, maka bangkitlah melawannya bahkan jika kekuatan kalian tidak terkoordinasi dan jumlah kalian sedikit. Jika kalian melihat bahwa Islam dalam bahaya, maka berkorbanlah dan tumpahkan darah kalian."

Sepanjang sejarah, kita telah melihat bahwa penguasa yang menindas selalu mengambil posisi keras kepala melawan epik besar Ashura. Terkadang dengan melarang orang berkabung selama hari-hari Muharram, terkadang dengan melarang ziarah ke makam suci Imam Husein as di Karbala, dan terkadang dengan hukuman berat seperti syahidnya pelayat Husein, mereka menyatakan penentangan mereka terhadap Imam Husein as dan kebangkitannya dengan cara yang berbeda. Beberapa penguasa despotik bahkan telah melangkah lebih jauh dan pada titik tertentu dalam sejarah, mereka telah meratakan makam suci Imam Husein as dengan tanah supaya gerakan Karbala dan nama serta ingatan Imam Husain as dilupakan. Namun, gerakan Husein as dan nilai-nilainya yang tinggi seperti jihad, anti-tirani, kebebasan, perlawanan dan pembelaan kebenaran, seperti matahari yang bersinar, menyoroti sejarah kemanusiaan dan membentuk front perlawanan dan resistensi terhadap kubu hegemoni yang sombong di setiap zaman dan generasi.

Image Caption

Selama pemerintahannya, Shah Iran juga telah memberlakukan tindakan tegas terhadap orang yang berduka untuk Imam Husein dan melarang keras mereka, dan dengan cara ini dia menangkap banyak orang dan menggugurkan mereka. Dalam kata-katanya, Imam Khomeini mengacu pada pengorbanan Imam Husein as untuk menghadapi penguasa yang menindas dan menyatakan bahwa rakyat Iran juga bangkit untuk mencegah kekuasaan despotik. Mereka berkata: "Sementara kesyahidan Imam Husein as lebih tinggi dari semua kerugian, tetapi karena dia tahu apa yang dia lakukan, ke mana dia pergi, dan apa tujuannya, dia mengorbankan dirinya dan menjadi syahid ... Apakah darah kita lebih berwarna dari darah Imam Husein as?” Mengapa kita harus takut memberi darah atau mengrobankan hiduip kita ? Itu juga dalam kasus memukul mundur penguasa zalim yang mengatakan aku seorang Muslim! Muslim Yazid sama dengan Muslim Shah (Iran); "Jika tidak lebih baik, itu tidak akan lebih buruk."

Di mata Imam Khomeini, berkabung pada hari-hari Muharram dan bulan Safar setiap tahun adalah menghidupkan kembali kebangkitan Imam Husein dan sebenarnya menghidupkan kembali Islam murni Muhammadi. Dalam hal ini, Imam berkata: "Muharram dan Asyura adalah bulan ketika keadilan berdiri melawan ketidakadilan dan kebenaran melawan kebatilan dan membuktikan bahwa sepanjang sejarah, kebenaran selalu menang atas kebatilan." "Kita harus menjaga Muharram dan Safar tetap hidup dengan mengingat penderitaan Ahlul Bait Nabi (SAW), di mana dengan mengingat penderitaan dan musibah Ahlul Bait Nabi (SAW), agama kita bertahan sampai sekarang.”

Asyura Menurut Rahbar

Peristiwa Asyura terjadi dalam beberapa jam, di bumi terik Karbala dan di perang tak seimbang antara dua front kebenaran dan kebatilan. Peristiwa ini telah berlalu selama 1400 tahun, tapi sampai saat ini kebangkitan Asyura masih menjadi sumber perlawanan, kebebasan, keadilan dan resistensi melawan kebatilan. Kebangkita Asyura bak mentari yang bersinar menjadi manifestasi cahaya, makrifat dan kebangkitan.

Husein as adalah pembuat epik besar sejarah yang menganggap monoteisme dan keadilan sesuai dengan martabat manusia dan menyeru umat manusia untuk itu. Epik sejarah melawan penindasan terutama keluar dari jantung Asyura dan epik Karbala dan membuahkan hasil dengan restu mereka. Salah satu revolusi besar yang mengambil teladan kebangkitan Husein as dan menang dengan tujuan dan nilai-nilainya adalah revolusi Imam Khomeini (ra) melawan sistem monarki di Iran. Buah dari revolusi rakyat ini adalah daun emas yang disebut Revolusi Islam. Sekarang Ayatullah Khamenei, pemimpin Revolusi Islam, melanjutkan jalan Imam Khomeini. Beliau menganggap Revolusi Islam meneladani kisah Asyura dan berkata,"Pelajaran Asyura adalah revolusi besar yang Anda, bangsa Iran, lakukan di belakang Husein zaman dan putra Abi Abdillah al-Husein."

Makam Imam Husein as di Karbala

Rahbar yang memiliki telaah mendalam sejarah meyakini bahwa Imam Husein as sebelum revolusi besarnya, telah melakukan segenap upaya dan cara untuk menjaga agama Islam dan mencegah penyimpangan serta bid'ah, tapi ketika melihat hanya satu jalan yang tersisa, yakni perlawanan hingga titik darah penghabisan, maka beliau tetap melakukannya.

Rahbar berkata, "Seluruh jalan dan metode yang mungkin telah digunakan oleh cucu Rasul ini untuk menjaga warisan kakek, ayak dan pengikut setianya, dapat ditemukan di diri beliau mulai dari penjelasan hingga peringatan, kampanye, membangkitkan perasaan unsur khusus dan menghidupkannya seperti ulama cendikiawan dan mereka yang memiliki kekuatan, di khutbah Mina, ini semua dilakukan Imam Husein di sepanjang hidupnya. Kemudian beliau bangkit melawan sebuah penyimpangan besar dan mengorbankan nyawanya.

Ayatullah Khamenei menjelaskan tentang pengabaian masyarakat dan kelompok tertentu dalam mendukung dan berjanji setia kepada Yazid dan penyimpangan masyarakat yang merupakan mukadimah dari revolusi Imam Husein as. Rahbar mengatakan, "Lima puluh tahun setelah kematian Nabi, orang seperti itu datang untuk bekerja! Seseorang yang bahkan tidak menjaga penampilan Islam di luarnya! Dia minum alkohol dan melakukan hal-hal yang salah. Ia melakukan pelecehan seksual dan korupsi secara terang-terangan. Dia berbicara terang-terangan menentang al-Quran di depan umum dan menolak agama, dan secara terbuka menentang Islam! Namun, karena namanya adalah pemimpin umat Islam, ia tidak ingin merusak nama Islam...

Lebih lanjut Rahbar menambahkan, "....Ia (Yazid) pelayan Islam, tertarik dan bersimpati pada Islam; Sebaliknya, dengan tindakannya, seperti mata air yang darinya air busuk terus-menerus mengalir dan mengalir keluar dan memenuhi seluruh wilayah, air busuk akan mengalir keluar darinya dan memenuhi seluruh masyarakat Islam! Seorang penguasa yang korup, beginilah adanya. Karena penguasa berada di puncak dan apa yang memancar darinya tidak tinggal di sana, tetapi mengalir ke bawah dan menutupi seluruh gunung! Orang seperti itu telah menjadi khalifah umat Islam setelah Muawiyah dengan korupsi itu! Khalifah Nabi! Lebih tinggi dari penyimpangan ini?! ... dan orang-orang juga pergi berkelompok dan berbaiat kepadanya; Ulama berbaiat, orang zuhud berjanji setia, elit berjanji setia, politisi berjanji setia. Apa yang harus dilakukan dalam situasi di mana dunia Islam begitu diabaikan sehingga mereka tidak memahami atau mencium bahayanya? Apa yang harus dilakukan seseorang seperti Husein bin Ali, yang merupakan lambang Islam, yang tentangnya Nabi berkata, "Husein dariku dan aku dari Husein" dalam situasi ini? Dia harus melakukan sesuatu untuk membangunkan dunia Islam - tidak hanya hari itu, tetapi untuk berabad-abad setelah itu; Menyadarkannya; Mengguncangkannya. Guncangan ini dimulai dengan revolusi Imam Husein.

Ayatullah Khamenei menilai keikhlasan Imam Husein as sebagai ketulusan murni dan tindakannya sepenuhnya untuk keridhaan Allah dan kebangkitan agama Allah. Mengenai kebangkitan Asyura dan kepribadian murni Imam Husein as, Rahbar mengatakan: "Salah satu karakteristiknya adalah bahwa kebangkitan Husein bin Ali as murni, tulus dan tanpa keraguan, untuk Tuhan dan agama dan mereformasi masyarakat muslim.” Pemimpin revolusi percaya bahwa Muharram dan Asyura adalah berkah besar yang menghubungkan hati dengan sumber iman Islam, dan untuk alasan ini, para penindas yang berkuasa selalu takut pada Asyura, dan mereka takut akan kehadiran yang bercahaya makam Imam Husein as, dan ketakutan ini berasal dari zaman Bani Umayyah ada sampai saat ini.

Rahbar

Di mata Ayatullah Khamenei, terlepas dari semua upaya arogan untuk mengecilkan kebangkitan besar Imam Husein as, Asyura adalah realitas yang selalu hidup, dan gerakan konstruktif sepanjang sejarah mengikuti contoh revolusi Imam Husein as. Pemimpin revolusi mengatakan: "Kisah Husain bin Ali as benar-benar telah menjadi mesin pergerakan abad Islam ke arah pemikiran Islam yang benar. Setiap pencari kebebasan dan setiap mujahid di jalan Allah dan setiap orang yang ingin memasuki medan bahaya mengambil inspirasi dari cerita itu dan menjadikannya sebagai dukungan jiwa dan spiritual mereka."