Syuhada dan Veteran, Kebanggaan Pertahanan Suci
(last modified Mon, 24 Sep 2018 09:38:10 GMT )
Sep 24, 2018 16:38 Asia/Jakarta
  • Pekan Pertahanan Suci.
    Pekan Pertahanan Suci.

Dalam sejarah bangsa-bangsa dunia, ada saat-saat yang menuntut pengabdian dan pengorbanan jiwa-raga demi menyingkirkan bahaya yang mengancam serta mempertahankan cita-cita yang besar dan suci.

Di sini, sekelompok orang mukmin dan rela berkorban terjun ke medan jihad untuk mempersembahkan darahnya demi menjaga ideologi yang benar. Dalam kamus agama Islam, tingkat pengorbanan paling tinggi disebut syahadah atau mati syahid.

Selama delapan tahun Pertahanan Suci, Republik Islam Iran menyaksikan partisipasi luas para pemuda mukmin dan revolusioner dalam pertempuran hak melawan batil. Rezim Baath Irak dengan dukungan penuh negara-negara Eropa dan Barat melancarkan serangan ke Iran menggunakan senjata modern dan logistik yang cukup. Kala itu, para pemuda revolusioner membela tanah airnya dengan perlengkapan militer yang paling minim, namun mereka bersandar pada kekuatan iman dan spiritualitas. Mereka mampu mempersembahkan manifestasi yang paling indah dari pengorbanan dan heroisme.

Dengan belajar dari pengorbanan Imam Husein as dan para sahabatnya, mereka telah menjadi sahabat terbaik untuk Imam Khomeini ra dan membela tanah air hingga tetes darah penghabisan sehingga Revolusi Islam tidak hancur di tangan musuh.

Gugur syahid adalah derajat tertinggi dari pengorbanan yang memiliki ganjaran besar di sisi Allah Swt. Kaum mukmin bercita-cita untuk gugur syahid. Mengenai derajat para syuhada, Allah dalam surat Ali 'Imran ayat 169-171 berfirman, "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman."

Seorang mufasir besar Islam, Ayatullah Nasir Makarim Shirazi ketika menafsirkan ayat 169 surat Ali 'Imran mengatakan maksud dari kehidupan di sini adalah kehidupan alam barzakh, di mana ruh di alam setelah kematian, tidak memiliki kehidupan jasmani dan materi, tetapi menjalani kehidupan barzakh. Meskipun kehidupan barzakh juga dijalani oleh masyarakat umum dan tidak hanya para syuhada, namun para syuhada menikmati sebuah kehidupan yang luar biasa dan penuh dengan berbagai kenikmatan maknawi.

Kata "syahid" mengandung makna yang tinggi dan memiliki pengertian sebagai hadir, saksi, pemberi kabar yang jujur, orang yang mati di jalan Allah Swt, dan juga bermakna teladan. Dalam Islam, setiap kematian tidak disebut mati syahid, gelar terhormat ini diberikan kepada orang yang gugur di jalan Allah dan untuk tujuan yang suci.     

Orang yang gugur di jalan Allah akan tetap hidup di sisi-Nya dan rakyat Iran selalu mengenang kepahlawanan dan pengorbanan para syuhada, veteran, relawan, dan keluarga mereka. Seorang intelektual Muslim, Ayatullah Murtadha Mutahhari menuturkan, "Syahid memiliki tiga kriteria: pertama, gugur di jalan yang suci dan untuk tujuan yang suci. Kedua, ia akan tetap abadi dengan kesyahidannya. Dan ketiga, kematiannya akan membersihkan lingkungan sekitar."

Ketika orang mukmin gugur syahid, hati masyarakat akan kembali mengingat Allah Swt dan ketika hati sudah diliputi cahaya, lingkungan sekitar juga akan bersih dari kerusakan dan kebatilan. Syuhada akan menyadarkan hati penduduk bumi dan sanak keluarganya, dan menuntun mereka untuk mengingat Allah. Kematian mereka juga akan menghadirkan kegembiraan kepada penghuni alam barzakh.

Perang yang dipaksakan oleh rezim Saddam membuat ribuan orang cacat seumur hidup dan gugur syahid. Para syuhada meninggalkan surat wasiat yang sarat dengan pelajaran hidup dan pesan-pesan spiritual. Sebagai contoh, kami tampilkan penggalan surat yang ditulis oleh Syahid Aziz Dasht Bozorg yang gugur dalam Operasi Karbala IV.

"Wahai manusia, bukankah sudah tiba waktunya – setelah melewati semua hari dan menghabiskan semua usia – untuk mengambil pelajaran dari perjalanan hidup manusia dan orang-orang sebelum kalian dan beriman kepada Allah. Bukanlah Allah sudah berfirman bahwa al-Quran dibuat mudah untuk mengambil pelajaran dan adakah orang-orang yang mengambil pelajaran? Pelajarilah nasib kehidupan kaum dan orang-orang sebelum kalian dan ambillah pelajaran darinya, dan selanjutnya tinggalkanlah semua keburukan, jadilah orang yang baik dan jujur demi meraih kebahagiaan abadi dan kesenangan ukhrawi… jika pada akhirnya harta dan kekayaan ini harus ditinggal pergi, lalu mengapa manusia tidak mendermakannya, jika pada akhirnya jasad ini harus kembali, lalu mengapa jasad ini tidak dipersembahkan di jalan Allah dan untuk menyebarkan keadilan dan kebenaran? Iya, kematian di jalan Allah sangat indah dan bernilai."

Dalam riwayat, syuhada memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa. Rasulullah Saw bersabda, "Selalu ada kebaikan yang lebih tinggi dari setiap kebaikan, kecuali syahadah di jalan Allah. Karena tidak dapat dibayangkan kebaikan apa lagi yang lebih tinggi dari mati syahid." Hadis lain berkata, "Para mujahid di jalan Allah adalah pemimpin ahli Surga."

Jika kita membuka kembali lembaran sejarah Islam, kita akan temukan bahwa bagian penting dari kebanggaan Islam diciptakan oleh syuhada, dan bagian penting dari pengabdian di jalan Tuhan juga dilakukan oleh mereka.

Banyak dari para mujahid di jalan Allah Swt tidak mencapai derajat mati syahid dan sebagian dari mereka menderita cacat seumur hidup. Mereka menanggung kesulitan dan penderitaan sampai akhir hayatnya. Kondisi veteran korban senjata kimia tentu lebih tragis lagi, mereka setiap harinya menjalani kehidupan di tengah kobaran api.

Setiap tahun, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei melakukan pertemuan ramah-tamah dengan para veteran perang yang dipaksakan. Di sebuah pertemuan dengan veteran perang, Ayatullah Khamenei menuturkan, "Al-Quran juga berbicara tentang para mujahid yang terluka dalam perang, '(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.' (Ali 'Imran ayat 172). Orang yang terjun ke medan jihad di jalan Allah dan terluka, mereka akan memperoleh pahala yang besar jika mereka memelihara takwa dan berbuat kebaikan. Namun mereka akan merugi jika telah kehilangan perkara itu. Takwa akan mempertahankan nilai-nilai spiritual. Oleh karena itu, di setiap shalat Jumat dan ayat-ayat al-Quran, selalu mengingatkan kita tentang takwa."

Para veteran yang terluka adalah orang-orang yang kembali dari medan jihad. Mereka tetap hidup di dunia dengan kehendak Allah Swt. Mereka dengan kesabaran atas segala kesulitan dan dengan hati yang penuh takwa, telah mengajarkan kepada kita pelajaran perlawanan dan ketahanan. Mereka adalah para mujahid yang selalu siap bertempur untuk membela Islam hakiki. Mereka tidak pernah takut akan kematian dan selalu merindukan mati syahid.

Imam Khomeini ra berkata, "Lisan kita tidak berdaya untuk menggambarkan kedudukan tinggi orang-orang tercinta yang menjadi cacat demi menegakkan kalimat hak serta membela Islam dan negara Islam." (RM)