Solidaritas Pemerintah dan Masyarakat Iran Tangani Banjir
-
Solidaritas dan kekompakan dalam menangani dampak banjir di Iran.
Berbagai jenis bencana alam melanda negara-negara dunia selama beberapa dekade terakhir dan menimbulkan kerugian jiwa dan materi yang sangat besar. Fenomena ini mendorong para pakar untuk mencari solusi demi meminimalisir dampak kerugian akibat bencana.
Bencana alam akan menghambat pengembangan ekonomi, sosial, dan pembangunan, dan jika intensitas bencana tinggi, maka program pembangunan nasional sebuah negara akan menghadapi kendala serius, karena sejarah mencatat bahwa banyak peradaban dan komunitas telah punah akibat bencana alam.
Menurut data internasional, intensitas bencana alam dari tahun 1970 sampai sekarang meningkat empat kali lipat akibat perubahan iklim dan menimbulkan kerugian lebih dari 240 miliar dolar bagi penduduk bumi. Angka ini mengindikasikan peningkatan bencana alam di seluruh dunia.
Iran – karena letak geografinya – termasuk salah satu dari 10 negara yang rawan bencana alam. Negara ini menanggung banyak kerugian jiwa dan materi karena banjir, gempa bumi, kekeringan, badai, dan lain-lain.
Sekitar 86 persen wilayah Iran berada di zona rawan gempa dan banyak pendapatan dari Produk Domestik Bruto (PDB) dipakai untuk program rekonstruksi dan rehabilitasi, dan pemerintah menaruh perhatian khusus untuk mengurangi risiko bencana alam.
Hujan mengguyur sejumlah daerah di Iran sejak awal tahun baru 1398 Hijriah Syamsiah (21 Maret 2019) dan memasuki musim semi. Intensitas hujan terus naik dan menyebabkan banjir di sejumlah daerah seperti, Shiraz, Golestan, Ilam, Lorestan, dan Khuzestan.
Banjir membuat banyak orang Iran di utara, selatan, dan barat negara ini kehilangan rumah mereka, sejumlah orang meninggal dunia, dan sebagian lainnya menderita kerugian jiwa dan materi sekaligus.
Para pakar Iran percaya bahwa kerusakan alam akibat campur tangan manusia telah memicu banjir di mana-mana. Di masa sekarang, kemajuan sains dan teknologi telah mampu mengurangi dampak bencana alam. Namun, intervensi manusia di alam dan eksploitasi berlebihan telah menciptakan petaka bagi mereka sendiri.
Dengan kata lain, bencana banjir ini berhubungan dengan eksploitasi manusia di alam, bukan karena kemarahan alam. Perambahan hutan, penutupan aliran sungai, pembangunan liar, dan erosi tanah merupakan sebagian dari penyebab terjadinya bencana banjir.
Kalangan ulama memandang masalah tersebut sebagai ujian Ilahi dan sunnah Ilahi, yang ingin menguji hamba-Nya dengan cobaan dan bencana. "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah, ayat 155)
Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan tanah longsor, dan kebakaran hutan tentu saja akan menyisakan banyak kerugian jiwa dan materi. Namun, bencana alam juga membawa manfaat dan memperkuat rasa solidaritas di antara manusia.
Sebagai contoh, banjir akan membantu menyediakan nutrisi bagi tanah dan meningkatkan kesuburannya sehingga akan menguntungkan petani dalam jangka panjang. Manfaat lain banjir adalah menyediakan kembali cadangan air bawah tanah.
Salah satu dari manfaat bencana alam adalah mendorong manusia kembali ke fitrah dan membangkitkan kesadaran mereka. Ketika bencana dan masalah melilit manusia, mereka akan menyadari betapa lemahnya manusia dan mendapati dirinya tak berdaya. Dalam kondisi seperti ini, mereka akan mencari kekuatan di atasnya dan bersimpuh di hadapannya. Mereka akan meminta bantuan dari Dzat yang maha kuasa untuk menyelamatkan diri dari kehancuran.
Bencana alam juga akan membangkitkan solidaritas dan persatuan di antara manusia. Ini adalah sebuah ujian untuk aksi solidaritas dan gerakan menuju ke arah kemanusiaan.
Dalam ujian ini, setiap orang akan memperlihatkan jati dirinya dan sebagian orang terlihat benar-benar tulus dan bergegas untuk berbuat kebaikan kepada sesama. Rakyat dan pemerintah biasanya bahu-membahu untuk mengatasi masalah dan memperkuat kekompakan di antara mereka.
Solidaritas nasional merupakan sebuah nikmat besar bagi Iran. Setelah tersiarnya kabar banjir, seluruh lembaga mulai dari pemerintah, tim SAR, pasukan militer, dan Korps Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran) secara kompak bergerak membantu para korban banjir. Mereka melakukan koordinasi bersama sehingga bisa mengurangi penderitaan masyarakat dengan cara terbaik dan tercepat.
Sejak awal, semua lembaga negara berbagi tanggung jawab untuk evakuasi, penanganan banjir, penyaluran logistik, dan pengamanan harta benda masyarakat. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat terjalin erat dalam peristiwa banjir Shiraz, yang menyebabkan 20 orang meninggal dunia dan sekitar 100 lainnya terluka, demikian juga di daerah-daerah lain.
Warga Shiraz yang tidak terkena dampak banjir, secara kompak membantu mereka yang sedang dirundung duka. Para dermawan menawarkan rumah mereka sebagai tempat tinggal sementara dan menyambut mereka dengan hangat. Inilah yang disebut dengan makna hakiki ujian.
Dalam hal ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Sebenarnya semua bencana alam ini adalah ujian Tuhan. Seorang Muslim hakiki akan bekerja keras untuk menutupi dampak dari peristiwa itu… Cobaan bukan berarti sebuah ujian supaya Tuhan mengenal kita, atau sebuah ujian supaya kita mengenal diri kita sendiri, tetapi ujian adalah langkah melewati sebuah tahap dan menerima beban yang lebih berat lagi.
Ujian adalah sebuah jalan berliku di suatu jalur. Anda akan melewati jalan berliku ini atau tertinggal di sana; tidak ada pilihan lain. Ujian dunia sama seperti beban berat yang ada di pundak kalian… Allah Swt memberikan ujian kepada orang-orang dan bangsa-bangsa sehingga mereka mampu memikul beban berat tadi, melewati jalan berliku, dan kemudian mencapai derajat yang tinggi, posisi yang layak dan pantas baginya."
Pada dasarnya, ujian Tuhan ibarat tukang kebun yang penuh pengalaman di mana akan menyemai benih-benih berkualitas di tanah yang subur. Benih-benih ini akan tumbuh dengan nutrisi dari tanah dan kemudian menghadapi berbagai terpaan badai dan masalah sehingga ia bisa menjadi tanaman yang kuat dan berbuah lebat.
Rakyat Iran telah menunjukkan solidaritas dan persaudaraan mereka dalam menangani musibah banjir dan memulihkan keadaan di daerah-daerah terdampak.
Para korban gempa Provinsi Kermanshah juga tidak membiarkan saudara mereka larut dalam kesedihan. Mereka menyumbangkan rumah kontainer dan tenda-tenda darurat kepada para korban banjir di Provinsi Golestan, meskipun mereka sendiri belum terbebas dari masalah.
Namun, Amerika Serikat – negara yang mengaku sebagai pembela HAM dan pemimpin dunia – menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Iran. Pemerintah AS memblokir rekening milik Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran sehingga tidak bisa menerima bantuan internasional. (RM)