Perang Bayangan: Bagaimana Infiltrasi Intelijen Iran di Israel Berkembang
-
Perang intelijen
Pars Today - Kajian lapangan menunjukkan bahwa Republik Islam Iran, dengan memanfaatkan jaringan daring, insentif finansial, serta kelemahan sosial-psikologis, telah membentuk sejumlah lingkaran spionase di Israel.
Menurut laporan Pars Today berdasarkan data resmi, sejak tahun 2013 hingga 2025 sekitar 39 kasus spionase terkait Iran terungkap di Israel, dengan 31 di antaranya melibatkan warga rezim Zioni Israel.
Berdasarkan laporan investigatif Mehr, Iran dalam beberapa tahun terakhir berhasil membangun jaringan infiltrasi luas di masyarakat Israel melalui strategi intelijen yang kompleks. Infiltrasi ini, yang didefinisikan sebagai “perang bayangan”, berkembang dengan memanfaatkan krisis internal Israel dan kelemahan sosial rezim tersebut.
Instrumen Infiltrasi Intelijen Iran menggunakan tiga jalur utama untuk merekrut agennya di Israel:
Pemanfaatan platform daring seperti Telegram, WhatsApp, dan Instagram
Insentif finansial melalui pembayaran mata uang digital
Menargetkan individu dengan masalah sosial-psikologis dan krisis identitas
Kasus Infiltrasi Menonjol
- Kasus Gonen Segev, mantan Menteri Energi Israel yang mengaku melakukan spionase untuk Iran. Menurut laporan Shin Bet, Segev memberikan informasi sensitif mengenai infrastruktur vital dan pangkalan militer kepada Iran.
- Kasus Shimon Azarzar, yang selama perang 12 hari memberikan informasi detail mengenai lokasi jatuhnya roket kepada agen Iran.
Data dan Statistik Infiltrasi Menurut Washington Institute:
Peningkatan 400% kasus spionase terkait Iran pada tahun 2024
80% kasus melibatkan penerimaan dana dari Iran
Kelompok usia paling banyak direkrut: remaja dan pemuda berusia 13–25 tahun
Krisis Internal Israel: Lahan Subur Infiltrasi
Para analis menilai sejumlah faktor menjadi latar bagi infiltrasi intelijen Iran di Israel:
Ketidakpercayaan luas terhadap lembaga pemerintahan
Perpecahan etnis dan agama yang mendalam
Krisis legitimasi politik
Masalah ekonomi dan pengangguran
Respons keamanan Israel
Meski demikian, menurut pengakuan pejabat keamanan Israel, faktor manusia tetap menjadi mata rantai paling lemah dalam sistem keamanan rezim Zionis. Iran, dengan memanfaatkan kelemahan ini, terus memperluas pengaruh intelijennya.(sl)