Saadi, Penyala Pelita Cinta dari Iran
-
Peringatan Hari Saadi di komplek makamnya di kota Shiraz, Iran. (dok)
Hari pertama bulan Ordibehesht (20/21 April) dalam kalender nasional Iran, diperingati sebagai hari penyair besar negara itu, Saadi Shirazi.
Bagaimana caranya melukiskan seseorang yang hasil karyanya sudah mendunia dan dinikmati banyak orang hanya dalam baris-baris kata pendek dan waktu yang terbatas, itupun tentang sosok orang besar yang hidup beberapa abad lalu.
Abu-Muhammad Muslih al-Din bin Abdallah Shirazi adalah salah satu pemikir dan penyair besar Iran. Syair-syairnya selalu mendapat tempat di hati masyarakat dunia, kalangan istana di masa lalu, para cendekiawan dan akademisi. Di antara karya besanya yang dijadikan bahan ajaran para raja dan kalangan istana India dan Ottoman dahulu kala adalah Golestan.
Sejak penjelajah dunia asal Maroko, Ibnu Battuta mengabarkan keberadaan sekelompok orang di salah satu kota Cina yang melantunkan syair-syair Saadi dalam bahasa Farsi saat menaiki perahu berabad-abad lamanya berlalu, namun kata-kata indah penyair Iran itu tetap dikenal di seluruh penjuru dunia.
Hasil karya Saadi Shirazi bahkan dipajang di salah satu sudut gedung PBB untuk mengingatkan tentang tujuan asli pendirian organisasi internasional ini.
Anak Adam adalah anggota satu badan, Mereka satu dalam penciptaan
Jika satu anggota sakit, Yang lainpun akan turut merasakan
Engkau yang tidak merasakan penderitaan orang lain, Tak sepantasnya disebut manusia
Syair Saadi ini ditulis dengan tinta emas di atas sebuah permadani kuno Iran karya seniman besar Isfahan, Mohammad Seirafian. Permadani ini berukuran 5x5 meter dan dipajang disalah satu sudut gedung PBB sehingga disaksikan oleh seluruh orang. Terjemahan syair ini dalam bahasa Inggris juga turut disertakan.
Seluruh karya Saadi mendapat sambutan hangat di seluruh dunia, hal ini disebabkan oleh penelitian dan riset yang dilakukan terhadap karya-karyanya. Sebab lain yang lebih penting adalah pemahaman Saadi atas manusia dan kemanusiaan.
Ia adalah seorang intelektual berwawasan luas dan melakukan perjalanan hampir ke seluruh wilayah Muslim kala itu. Ia bertemu banyak orang dan mengenal beragam budaya. Saadi adalah guru hikmah, hikmah yang dibangun di atas persahabatan.

Pada kenyataannya, apa yang menjadi daya tarik paling besar bagi setiap orang adalah pesan moral yang disampaikan Saadi dalam setiap syairnya. Kemanusiaan adalah inti utama pemikiran Saadi.
Golestan, Bustan, bahkan kumpulan syairnya yang mencakup sajak, puisi dan nasihat, semua berporos pada kemanusiaan. Oleh karena itu, kata-kata Saadi selalu diterima di setiap masa, tempat dan di tengah berbagai kebudayaan.
Siapa Saadi sebenarnya dan seperti apa dunianya, dapat diketahui dari setiap lembar karyanya, ia meninggalkan kehidupan hina dan memilih kehidupan yang bernilai luhur, cinta, ikhlas, tawakal dan ridha Tuhan. Saadi juga mengajarkan tentang cinta dalam sajak-sajaknya.
Cinta murni yang disampaikan dalam bingkai bahasa sederhana, apa adanya tanpa pulasan warna, begitu sederhananya sehingga menyentuh urusan keseharian namun tetap indah dan menawan. Sajak-sajak Saadi adalah sajak cinta yang berbalut cita rasa irfan Ilahi dan ajaran akhlak.
Segala sesuatu yang menjauhkan manusia dari kemanusiaan dan mendekatkannya dengan keburukan dan kehinaan, sangat dibenci oleh Saadi. Sajak Saadi adalah cinta. Cinta dengan seluruh lika likunya. Cinta ini penuh dengan penderitaan, kerinduan, penyerahan diri dan memaafkan.
Bukan nafsu, tapi kerelaan dan keridhaan Tuhan. Kebutuhan ruhani yang selalu membuat hati dan jiwa penyair siap untuk berserah diri dan fana serta tenggelam dalam lautan cinta Tuhan.
Setelah selama bertahun-tahun melakukan perjalanan ke seluruh dunia dan bercengkerama dengan berbagai kaum dan mengenal budaya mereka, Saadi kembali ke tempat kelahirannya di Shiraz.
Di mata pengkritiknya, Saadi adalah seorang reformis. Seorang reformis yang sadar dan selalu cemas dengan meluasnya kerusakan moral dan ketidakadilan di tengah masyarakat.
Di dalam Golestan, Saadi berbicara soal manusia sebagaimana adanya dan di Bustan, ia bercerita tentang manusia dan masyarakat ideal dan bagaimana seharusnya. Saadi percaya, jika manusia tidak mengenal dirinya sendiri sebagaimana seharusnya, maka ia tidak akan pernah mengalami kemajuan.
Golestan sarat dengan kisah-kisah masyarakat yang ditemui Saadi. Sebuah karya yang diyakininya tidak akan pernah usang dimakan waktu. Golestan adalah lukisan nyata dunia di setiap masa.
Dalam Golestan, Saadi menggambarkan manusia dan dunia dengan seluruh kelemahan, kelebihan, paradoks dan kontradiksinya. Saadi melukiskan manusia dan dunia sebagaimana adanya.

Saadi tidak sekedar menunjukkan gambaran kehidupannya sendiri, ia sebagai seorang reformis sosial dan hakim berwawasan luas, selain menampilkan pemandangan tentang penderitaan dan keburukan, juga memberikan penawar dan metode untuk memperbaikinya.
Golestan adalah gambaran kehidupan manusia sekarang, sementara Bustan sarat dengan pemandangan kehidupan ideal. Bustan adalah dunia hakiki di mata Saadi dan di dalamnya tidak ada apapun kecuali hakikat. Bustan adalah dunia ideal Saadi, dunia yang dipenuhi dengan kebaikan, keadilan dan kemanusiaan.
Saadi dalam Bustan mengingatkan tentang kedudukan luhur manusia dan mengajarkan ketawadhuan, keridhaan, kebaikan dan pendidikan yang benar, juga keadilan dan kesetaraan. Dunia ideal Saadi adalah dunia iman kepada Tuhan, ia membangkitkan dorongan di dalam diri manusia untuk mewujudkan dunia dan manusia yang lebih baik.
Apa yang membuat syair-syair Saadi menarik adalah keakuratan dan rahasia kehidupan serta masyarakat yang bisa ditemukan di setiap lembaran karyanya. Setiap kata-kata Saadi berisi ajaran akhlak dan sosial yang tidak akan pernah usang dan selalu baru.
Dalam pandangan penyair Inggris, Edwin Arnold, Saadi adalah penyair masa lalu dan sekarang. Di pendahuluan karya terjemahan bahasa Inggris, Golestan, Saadi disebutnya sebagai sahabat dan pemberi nasihat di masa kini.
Arnold mengatakan, jika semua orang mengikuti Saadi, maka ia tidak akan pernah kecewa. Apa yang sangat menarik perhatian masyarakat dunia dari syair-syair Saadi adalah terlepasnya pemikiran penyair Iran itu dari ikatan waktu dan tempat.
Sebuah bentuk unik dari pemikiran yang menjelaskan visi globalnya, dan solidaritas manusia dalam dimensi kemanusiaannya yang merupakan salah satu cara memperbaiki masyarakat.
Banyak ilmuwan dunia yang terinspirasi karya-karya Saadi termasuk di Barat, mulai dari Voltaire hingga Goethe. Sejumlah filsuf masa kini juga banyak mengambil pelajaran dari Saadi terutama terkait tentang kemanusiaan hakiki dan pencarian hakikat. []