Mencari Ketenangan Hidup dalam Bimbingan Imam Shadiq as
25 Syawal bertepatan dengan gugurnya Imam keenam Syiah, Imam Shadiq as. Di kesempatan ini kami akan mencoba mempelajari ajaran dan bimbingan manusia suci ini, khususnya salah satu hadis beliau yang menjadi obat bagi rasa sakit dan kesulitan hidup di era saat ini, serta yang rasa sakit yang merebut ketenangan hidup dari manusia.
Imam Shadiq as adalah imam Syiah keenam. Nama panggilan beliau (kunyah) adalah Abu Abdillah, Abu Ismail, dan Abu Musa.
Gelar terkenal beliau adalah Shadiq yang menurut riwayat ini adalah gelar teresar yang diberikan oleh Rasulullah Saw. Di berbagai riwayat terkait karakteristik akhlak Imam Shadiq as disebutkan beliau orang zahid, gemar berinfak, memiliki ilmu yang tinggi, senang beribadah dan membaca al-Quran. Mohammad bin Talhah, salah satu ulama Ahlu Sunnah menyebut Imam Shadiq as sebagai tokoh Ahlul Bait terbsar, memiliki ilmu tinggi, ahli ibadah, zuhud dan gemar membaca al-Quran. Malik bin Anas, salah satu imam fiqih Ahlul Sunnah meriwayatkan bawha ia untuk beberapa waktu berada di dekat Imam Shadiq as dan ia selalu menyaksikan Imam berada di salah satu kondisi, shalat, berpuasa atau berzikir.
Di hadis-hadis Syiah disebutkan dialog dan debat Imam Shadiq dengan pakar teologi mazhab lain serta sejumlah atheis. Di sejumlah dialog, para murid Imam Shadiq as saling berdebat di bidang masing-masing dan di depan Imam. Di pertemuan ini, Imam Shadiq as berperan sebagai pengawas dan terkadang beliau terlibat dalam perdebatan tersebut.
Di antara Imam Syiah riwayat hadis terbanyak dinukil dari Imam Shadiq as. Beliu juga paling banyak memiliki para periwayat hadis. Ali bin Isa Arbali, ahli hadis, sejarawan dan penyair Syiah abad ketujuh menyebut jumlah periwayat hadis dari Imam Shadiq as berjumlah empat ribu orang. Sementara menurut Aban bin Tsa’lab, ketika pengikut Syiah berselisih di ucapan Rasulullah Saw, mereka merujuk pada ucapan Imam Ali as, ketika mereka berselisih mengenai ucapan Imam Ali, mereka merujuk pada ucapan Imam Shadiq as.
Mengingat penukilan terbesar riwayat dan hadis fiqih serta teologi dari Imam Shadiq as, Mazhab Syiah Imamiyah juga dikenal dengan sebutan Mazhab Ja’fari. Dengan demikian, Imam Shadiq as juga disebut sebagai pemimpin Mazhab Ja’fari.
Setelah mengenal sosok, kepribadian, akhlak serta ilmu Imam Shadiq as, mari kita kaji bersama salah satu hadis paling terkenal beliau. Hadis ini menjadi obat bagi berbagai penyakit, rasa sakit, kesulitan dan musibah yang saat ini melilit kehidupan dan menganggu ketenangan hidup umat manusia.
Imam Shadiq as bersabda: “Aku heran dengan orang yang takut empat hal, tapi tidak berlindung pada empat hal ini?! Aku heran dengan orang yang dikalahkan ketakutan tapi tidak berlindung dengan zikir ini: «حسبناالله و نعمالوکیل»، (cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami) (QS: Aal-i-Imran; 173), karena aku mendengar Tuhan tekait zikir tersebut berfirman, «فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ یَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِیمٍ» Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS: Aal-i-Imran: 174)
Lebih lanjut Imam Shadiq as berkata, “Aku heran dengan orang yang sedih tapi tidak berlindung dengan zikir ini, «لا اله الا انت سبحانک انّی کنت منالظالمین» "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (QS: Al-Anbiya: 87) Karena terkait zikir ini aku mendengar Allah Swt berfirman, «فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّیْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَکَذَلِکَ نُنْجِی الْمُؤْمِنِینَ» Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS: Al-Anbiya: 88)
Imam Shadiq as kemudian berkata, “Aku heran dengan orang yang tertipu tidak berlindung pada zikir ini, «أفوض امری الیالله انالله بصیر بالعباد»Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya". (QS: Ghafir: 44) Karena terkait zikir ini, aku mendengar Allah Swt berfirman, « فَوَقَاهُ اللَّهُ سَیِّئَاتِ مَا مَکَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ »، Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. (QS: Ghafir: 45)
Di hadis ini, Imam Shadiq as menambahkan, “Aku heran dengan orang yang mengejar dunia dan keindahannya, tapi tidak berlindung dengn zikir ini, «ما شاءالله لا قوّة الا بالله» "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). (QS: Al-Kahfi: 39) Karena terkait zikir ini aku mendengar Allah Swt berfirman, «فَعَسَى رَبِّی أَنْ یُؤْتِیَنِ خَیْرًا مِنْ جَنَّتِکَ وَیُرْسِلَ عَلَیْهَا حُسْبَانًا مِنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِیدًا زَلَقًا»، maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; (QS: Al-Kahfi: 40).
Pandangan dunia religius tidak memandang rendah dunia dan penderitaannya, tetapi sebaliknya, menganggap penderitaan sebagai faktor mobilitas, karena penderitaan mengurangi ketergantungan manusia pada dunia dan membuat penderitaan duniawi tidak berarti dan tidak berarti baginya. Kepedihan dan kesulitan membuat orang mukmin sejati enggan ke dunia fana dan hal-hal fana, dan mendorong mereka perhatian kepada Tuhan dan akhirat. Dengan cara ini, orang-orang beriman akan lebih berhati-hati dalam perbuatan mereka dan akan lebih bekerja keras untuk akhirat mereka, dan sebagai hasilnya, mereka akan menjadi penghuni surga. Juga, mereka yang menanggung bencana ini dan bersyukur kepada Tuhan dalam hal apa pun, akan memiliki derajat yang lebih tinggi di sisi Tuhan. Dengan menganut pandangan dunia ini, malapetaka dan musibah dianggap sebagai berkah besar yang Tuhan berikan kepada hamba-hamba-Nya untuk mendekatkan mereka kepada diri-Nya.
Tidak dapat disembunyikan bahwa kesulitan dan peristiwa yang tidak menguntungkan terkadang membuat seseorang begitu lelah dan tidak berdaya sehingga seseorang kehilangan semua kekuatannya dan tidak dapat menanggung tekanan internal dan eksternal sedikit pun, dan di jalan kehidupan hanyalah kegelapan dan keputusasaan dan mengira bahwa pintu keselamatan tertutup baginya. Tetapi orang-orang yang berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kuasa-Nya yang tak terbatas, kesukaran hidup tidak akan pernah mengalahkan mereka. Oleh karena itu, tidak peduli berapa banyak kemalangan yang mengelilingi mereka, harapan mereka tidak hanya berubah menjadi keputusasaan, tetapi mereka memperoleh kekuatan iman yang luar biasa yang dengan sendirinya akan menjadi perisai terhadap kesulitan.
Oleh karena itu, ajaran Rasulullah Saw dan Ahlul Bait yang sampai kepada kita merupakan jalan keselamatan, di mana yang orang yang bertawassul kepada mereka dan bertawakkal kepada Tuhan yang memanfaatkannya.
Pada tanggal 25 Syawal 148 H. Imam syahid karena diracun oleh Gubernur Madinah atas perintah Mansur. Shalat jenazah dilakukan oleh putra Imam, Musa Kazhim, Imam Ketujuh, dan jasadnya dikebumikan di pemakaman Jannatul Baqi Madinah. Salam padamu Wahai Aba Abdillah…..