Ayatullah Khamenei: Kehilangan Presiden Menjadi Persoalan Penting dalam Sejarah Revolusi Islam
Pemimpin Besar Revolusi Islam, pada acara peringatan 35 tahun haul Imam Khomeini ra, pendiri Republik Islam menilai peristiwa tragis kehilangan presiden dan dampaknya sebagai peristiwa terpenting di Iran dalam setahun lalu.
Sekaitan dengan Palestina, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan, Masalah Palestina telah menjadi isu pertama di dunia saat ini dan perlawanan rakyat Palestina telah menempatkan rezim Zionis pada jalan yang ujungnya tidak lain hanyalah kemusnahan dan kehancurannya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan hari Senin (3/6), dalam acara haul 35 tahun Imam Khomeini ra, pendiri Republik Islam, Peristiwa tragis kehilangan presiden dan rombongan bukan hanya sebuah insiden besar yang mempunyai konsekuensi domestik dan global, tapi salah satu masalah terpenting dalam sejarah revolusi.
Ayatullah Khamenei mengklarifikasi bahwa meskipun terjadi insiden tragis kehilangan presiden, upaya menjalankan urusan negara sesuai dengan rutinitas berjalan dengan tenang dan penuh keamanan menunjukkan kekuatan sistem dan keteguhan masyarakat serta pejabat dalam berpegang pada prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Imam Khomeini ra.
Rahbar juga menekankan pentingnya mengadakan pemilu dini dan mengatakan, Epos pemilu melengkapi pelepasan syuhada pemerintah yang dicintai dan moralitas harus diutamakan dalam kontes pemilu.
Pemimpin Besar Revolusi Islam telah memberikan nasihat kepada para kandidat berkali-kali sebelumnya, dan memperingatkan mereka agar tidak mengubah pemilu menjadi sebuah "adegan perebutan kekuasaan dan saling menghina" serupa dengan apa yang biasa terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa dan sangat memalukan.
Menurut pandangan Rahbar, Pemilu mendatang merupakan fenomena yang penuh prestasi, yang bila terselenggara dengan baik dan gemilang maka akan menjadi prestasi besar bagi bangsa Iran.
Pemilihan umum dini Republik Islam Iran periode ke-14 dijadwalkan akan diadakan pada hari Jumat, 28 Juni, setelah kesyahidan Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Iran, akibat kecelakaan helikopter.
Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran mengalami kecelakaan pesawat dalam perjalanan pulang dari acara peresmian proyek pembangunan di barat laut Iran pada Minggu (19/5) malam dan gugur syahid bersama Hossein Amir-Abdollahian, Menteri Luar Negeri dan sejumlah rombongan lainnya.
Menurut Pasal 131 UUD Iran, jika terjadi kematian, pengunduran diri atau sakit selama lebih dari dua bulan dan pemberhentian presiden, atau kasus serupa lainnya, kepala pemerintahan sementara wajib mengambil tindakan yang diperlukan untuk pemilihan umum presiden baru dalam waktu selambat-lambatnya lima puluh hari.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, di bagian lain pernyataannya pada acara haul Imam Khomeini ra, pendiri Republik Islam, menilai Imam sebagai tokoh pejuang dan pemikir yang sadar akan Iran dan dunia dan menambahkan, Pemikiran politik Imam Khomeini ra sebagai awal dari transformasi besar yang mampu mengenali kapasitas politik Islam sebagai kekuatan yang kuat bagi bangsa-bangsa yang menginginkan transformasi dan perubahan.
Berbagai fakta dan pelajaran besar dan abadi dari pemikiran Imam Khomeini ra menunjukkan bahwa pada peringatan 35 tahun haul Imam Khomeini, rakyat Iran, Palestina dan negara-negara tertindas lainnya bergerak maju selangkah demi selangkah menuju cita-cita mereka meskipun ada banyak tekanan, sanksi dan serangan serta plot arogansi dan Zionisme.
Dari sudut pandang masyarakat Iran, Imam Khomeini selalu menjadi pejuang dan pemikir yang sadar akan persoalan Iran dan dunia Islam. Oleh karena itu, tiga puluh lima tahun setelah wafatnya, pemikiran agama, sosial, budaya dan politik Imam ra terus menerangi jalan berliku Revolusi Islam.
Imam Khomeini ra teguh melawan rezim Shah yang korup dan otoriter di Iran. Beliau tidak pernah takut terhadap ancaman, pengasingan dan penindasan. Karena dirinya percaya pada konsep sebenarnya menjadi seorang revolusioner.
Ciri inilah yang menjadi dasar terjadinya transformasi besar di Iran, yang saat ini telah menjadi model global, model yang tidak hanya mengubah nasib bangsa Iran, tapi juga memetakan jalur gerakan revolusioner dan arus kebangkitan Islam yang masif, khususnya di Wilayah Pendudukan Palestina.(sl)