Sep 08, 2021 09:11 Asia/Jakarta

Sementara semua perhatian media regional dan global terfokus pada perkembangan di Afghanistan dan dominasi Taliban di negara itu, aktivitas kelompok teroris Daesh (ISIS) telah meningkat dalam beberapa hari dan minggu terakhir.

Pada hari Minggu (05/09/2021), teroris Daesh menyerang Kirkuk di Irak utara yang menewaskan tujuh polisi Irak dan melukai beberapa lainnya.

Sementara itu, sumber-sumber Irak hari Senin (06/09/201) mengumumkan kesyahidan komandan operasi al-Jazeera yang berafiliasi dengan al-Hashd al-Shaabi yang berlokasi di daerah Jurf al-Nasr, utara provinsi Babil Irak, dan mengumumkan bahwa al-Shahid Asif gugur syahid akibat ledakan bom yang ditanam kelompok teroris Daesh, bersama dua rekannya di Brigade ke-47 al-Hashd al-Shaabi.

Sementara itu, salah satu komandan al-Hashd al-Shaabi mengumumkan peningkatan serangan dan pergerakan kelompok teroris ISIS di beberapa bagian Irak. Ia juga memperingatkan bahwa teroris ISIS telah memperoleh senjata baru dan canggih serta menjadi lebih berbahaya dibandingkan tahun lalu.

Laporan pers dan media menunjukkan bahwa Daesh mulai pulih dan bahwa hikayat Daesh diam-diam atau dalam beberapa kasus secara terbuka sedang menghidupkan kembali kelompok teroris di Irak.

Dalam konteks ini, Arshad al-Salihi, anggota Parlemen Irak memperingatkan tentang gerakan ISIS seraya menyatakan bahwa serangan baru-baru ini oleh unsur-unsur kelompok teroris ini adalah tanda berbahaya dari kembalinya kegiatan kelompok teroris ini.

Pada saat Irak akan mengadakan pemilihan umum legislatif dalam waktu sekitar satu bulan lagi, kembalinya ISIS ke Irak menimbulkan pertanyaan tentang kebangkitannya dan para pendukungnya.

Dalam situasi saat ini, salah satu kata kunci yang dapat dikatakan tentang situasi di Irak adalah proyek "ketidakamanan" di Irak.

Tampaknya situasi saat ini di Irak sedemikian rupa sehingga beberapa pihak melihat kelanjutan situasi saat ini merugikan diri mereka sendiri dan elemen-elemen yang mereka dukung di Irak. Untuk alasan ini, mereka berusaha mengganggu permainan demi menciptakan kondisi yang lain. bagi mereka sendiri.

Mengingat pesatnya perkembangan di kawasan, khususnya di Irak, dapat dikatakan bahwa peningkatan serangan teroris oleh elemen ISIS pada saat ini memiliki beberapa alasan yang akan disebutkan secara singkat.

Pertama, tujuan pertama dari serangan untuk menciptakan ketidakamanan di Irak dan akibatnya adalah untuk menunjukkan wajah lemah dan tak berdaya dari kekuatan al-Hashd al-Shaabi.

Tujuan pendukung ISIS dalam tindakan dan upaya ini adalah untuk menunjukkan ketidakefektifan langkah-langkah yang dilakukan al-Hashd al-Shaabi dan kelemahan organisasi ini guna mempengaruhi pandangan pemilih Irak menjelang pemilu. Karena para teroris dan pendukungnya sadar akan posisi populer dan posisi yang dapat diterima dari al-Hashd al-Shaabi di kalangan rakyat Irak.

Kedua, serangan teroris yang terus berlanjut di Irak membuat negara tidak stabil. Kondisi ini memberikan pembenaran yang diperlukan bagi kelanjutan kehadiran pasukan AS di Irak dalam bentuk kontraktor dan pasukan keamanan serta pelatihan.

Ketiga, kelanjutan serangan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi.

Karena sekarang arus dan kelompok politik serta rakyat Irak menyerukan kepada pemerintah Irak untuk melaksanakan resolusi parlemen Irak terkait penarikan penuh pasukan Amerika dari Irak. Jika serangan teroris terus berlanjut, tekanan terhadap pemerintahan al-Kadhimi akan sedikit berkurang.

Jadi, ada tiga skenario di balik serangan teroris ISIS yang akan menguntungkan Amerika Serikat dan beberapa rezim regional.

Sementara itu, Juru Bicara Kataib Hizbullah Irak Abu Ali al-Askari mereaksi tindakan teroris ISIS baru-baru ini di Kirkuk. Ia menulis di Twitter, "Tindakan teroris ini berada di bawah pengawasan dan kendali Arab Saudi dan Uni Emirat Arab."