Okt 06, 2021 13:53 Asia/Jakarta

Para pemerhati lingkungan di Indonesia yang ingin mengirim pesan tentang memburuknya krisis plastik laut di dunia telah menciptakan museum yang seluruhnya terbuat dari plastik, untuk meyakinkan orang-orang untuk memikirkan kembali kebiasaan mereka dan mengatakan tidak pada tas dan botol sekali pakai.

Pameran luar ruang di kota Gresik di Jawa Timur ini membutuhkan waktu tiga bulan untuk berkumpul dan terdiri dari lebih dari 10.000 sampah plastik, mulai dari botol dan tas hingga sachet dan sedotan, semuanya dikumpulkan dari sungai dan pantai yang tercemar.

Bagian tengahnya adalah patung yang disebut "Dewi Sri", dewi kemakmuran yang banyak dipuja oleh orang Jawa. Rok panjangnya terbuat dari sachet barang-barang rumah tangga sekali pakai.

“Kami ingin menyampaikan informasi kepada masyarakat untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai,” kata pendiri museum Prigi Arisandi.

"Plastik ini sangat sulit untuk didaur ulang... Mulai hari ini, kita harus berhenti mengonsumsi plastik sekali pakai karena akan mencemari laut kita, yang juga merupakan sumber makanan kita."

Masalah plastik sangat akut di Indonesia, negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah Cina untuk volume plastik yang berakhir di laut.

Bersama dengan Filipina dan Vietnam, keempat negara tersebut bertanggung jawab atas lebih dari separuh plastik di lautan dan upaya Indonesia untuk mengatur penggunaan kemasan plastik membuahkan hasil yang beragam.

Pameran ini telah menerima lebih dari 400 pengunjung sejak dibuka awal bulan lalu.

Ahmad Zainuri, seorang mahasiswa, mengaku membuka mata akan besarnya masalah tersebut.

"Saya akan beralih ke tas jinjing dan ketika saya membeli minuman, saya akan menggunakan tumbler," katanya.

Museum telah menjadi lokasi populer untuk selfie yang dibagikan secara luas di media sosial, di mana pengunjung berpose dengan latar belakang ribuan botol air yang digantung.

“Saya harus membeli barang-barang yang dapat digunakan kembali seperti botol minum daripada membeli botol plastik,” kata mahasiswa Ayu Chandra Wulan.

"Melihat banyaknya sampah yang ada di sini, saya merasa sedih."