Des 20, 2021 18:41 Asia/Jakarta

Surat Qaf 16-22

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (50: 16)

Di pembahasan sebelumnya kami telah jelaskan bahwa Surat Qaf membahas seputar isu Hari Kiamat. Terkait pengetahuan Tuhan atas setiap perbuatan manusia, ayat ini mengatakan, "Tuhan pencipta manusia dan sepenuhnya mengetahui segala sesuatu, setiap bagian dan kondisinya."

Allah Swt bukan saja mengetahui setiap perbuatan manusia, bahkan Ia juga mengetahui pemikiran, angan-angan dan khayalan manusia. Wajar jika Allah Swt tidak akan mengazab manusia karena pemikiran buruk di benaknya dan godaan selama ia tidak melakukannya. Ini semua berkat kemurahan Tuhan.

Kehidupan manusia tergantung pada arteri yang membawa darah dari jantungnya ke berbagai organ tubuh, dan tentu saja Tuhan lebih dekat dengan manusia daripada arteri ini. Karena hidup manusia sebenarnya ada di tangan Tuhan dan hati serta urat nadi adalah sarana untuk mewujudkan kehendak Tuhan.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Pengetahuan dan kuasa Tuhan tidak terbatas dan selalu melingkupi umat manusia. Kesadaran Tuhan akan kondisi manusia akurat dan luas. Oleh karena itu, jika kita berpikir bahwa Tuhan tidak menyadari pikiran dan motif batin kita, itu adalah gagasan yang salah.

2. Jika kita tidak menjaga hawa nafsu kita, itu akan menggoda dan memprovokasi kita untuk melakukan hal-hal yang salah dengan berbagai cara, dan itu akan berulang sampai kita terjebak di dalamnya.

ِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (50: 17)

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (50: 18)

Di ayat sebelumnya dibahas mengenai pengetahuan Tuhan terhadap pikiran dan pemikiran yang terlintas di benak manusia. Sementara ayat ini mengisyaratkan bahwa seluruh perbuatan manusia dicatat dan mengatakan, "Tuhan menempatkan dua malaikat bagi setiap manusia yang senantiasa mengawasinya. Mereka mencatat seluruh perbuatan baik dan buruk serta tidak ada yang tersembunyi dari mereka."

Mayoritas manusia menganggap berbicara bukan bagian dari perbuatannya, dan mengabaikannya. Padahal berbicara memainkan peran penting dalam interaksi sosial dan keluarga manusia. Oleh karena itu, al-Quran menyebutkan berbicara secara terpisah serta menyatakan, setiap kata yang keluar dari mulut, juga akan dicatat oleh dua malaikat tersebut.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun Tuhan mengetahui lahir dan batin manusia, namun Dia telah menyediakan alat untuk segalanya. Oleh karena itu, ia menugaskan para malaikat untuk merekam tindakan manusia.

2. Percaya akan keberadaan malaikat merupakan salah satu bukti dari iman kepada hal-hal ghaib, di samping beriman kepada Tuhan.

3. Manusia bukan saja bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, bahkan ia juga akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap ucapannya serta tidak ada yang keluar dari manusia, kecuali seluruhnya akan diperhitungkan.

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19) وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ (20) وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ (21) لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ (22)

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (50: 19)

Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. (50: 20)

Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. (50: 21)

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (50: 22)

Saat kematian, ketakutan dan kecemasan yang aneh menguasai manusia. Kebanyakan orang lari dari kematian dan bahkan tidak mau memikirkannya; Jika mereka ingin memvisualisasikan kematian, mereka memikirkan kematian orang lain. Tetapi al-Qur'an mengatakan: Kematian adalah kebenaran dan meliputi semua, apakah Anda siap untuk itu atau tidak.

Tentu saja, kematian bukanlah kemusnahan, tetapi perpindahan dari satu dunia ke dunia lain, dan secara alami disertai dengan kesulitan, tekanan, dan perpisahan kerabat dan teman. Begitu pula saat lahir, peralihan dari kehidupan embrio ke kehidupan duniawi disertai dengan tangisan bayi dan pemotongan tali pusar.

Saat lahir kita keluar dari perut ibu dan menjejakkan kaki di muka bumi. Saat kematian, kita kembali ke perut bumi dan kapanpun ketika Tuhan menghendaki, kita akan dikeluarkan dari perut bumi dan kembali menjejakkan kaki di tanah. Namun kali ini, kita dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita di dunia. Sama seperti dunia, di Hari Kiamat, dua malaikat juga akan menyertai kita, ketika kita berada di pengadilan ilahi dan keduanya menjadi saksi atas setiap perbuatan kita di dunia.

Saat itu, manusia menyadari betapa mereka lalai akan Hari Kiamat dan kehadirannya di arena yang sangat menentukan ini, serta tidak mempersiapkan diri untuk memberi jawaban di hari tersebut.

Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Lari dari kematian adalah karakteristik alami manusia.

2. Sakaratul maut adalah kondisi umum bagi semua manusia. Ketakutan dan kecemasan serta tekanan kematian membuat manusia keluar dari kondisi wajarnya dan kesadarannya hilang.

3. Lalai akan akhirat sebuah bahaya yang mengancam manusia dan membuat dirinya semakin tergantung kepada dunia, istri dan anak-anaknya.

4. Dunia dan keindahannya seperti tabir dan penutup di hadapan pandangan manusia yang mencegah dirinya memandang kebenaran. Oleh karena itu, manusia yang lalai tidak memiliki pandangan yang dalam. Namun di Hari Kiamat, seiring dengan dibukanya tirai tersebut, manusia menjadi sadar dan tajam pandangannya, serta menyadari kebenaran dan realita baru.