Jan 18, 2022 20:28 Asia/Jakarta

Surat Adh-Dhariyat 54-60

فَتَوَلَّ عَنْهُمْ فَمَا أَنْتَ بِمَلُومٍ (54) وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ (55)‏

Maka berpalinglah kamu dari mereka dan kamu sekali-kali tidak tercela. (51: 54)

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (51: 55)

Di pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa sepanjang sejarah, penentang nubuwah (kenabian) menfitnah para nabi sebagai penyihir atau memiliki hubungan dengan jin supaya menunjukkan mukjizat mereka tidak bernilai dan mengingkari hubungan para nabi dengan Tuhan.

Ayat ini kepada Rasulullah Saw mengatakan, "Kamu telah melaksanakan tugasmu dengan baik dalam memberi petunjuk sekelompok orang ini dan kamu tidak dapat disalahkan; Oleh karena itu, abaikan orang-orang ini yang tidak ada harapan untuk memberi mereka petunjuk, karena mereka tidak siap untuk mengetahui kebenaran dan menerimanya."

Memberi peringatan kepada seluruh manusia adalah tugas utama nabi, dan mereka yang mengejar kebenaran dan beriman kepadanya akan memanfaatkan nasehat dan peringatan Rasulullah serta menemukan jalan petunjuk.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin penting yang dapat dipetik:

1. Tugas para nabi adalah menyampaikan pesan ilahi kepada seluruh manusia, tapi hasilnya bukan dalam wewenang mereka. Para nabi tidak bertanggung jawab atas orang-orang yang menolak beriman.

2. Kita jangan berharap seluruh masyarakat beriman, dan kita harus mengerahkan upaya dan kemampuan yang kita miliki bagi mereka berpotensi untuk beriman.

3. Bersedia menerima nasehat adalah salah satu karakteristik orang beriman, dan mereka yang tidak memiliki karakteristik ini harus meragukan kebenaran imannya.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (51: 56)

Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. (51: 57)

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (51: 58)

Di ayat sebelumnya berbicara mengenai peringatan hal-hal yang menguntungkan orang beriman. Ayat ini menyatakan, salah satu hal penting yang harus mendapat perhatian khusus manusia adalah tujuan penciptaannya, dan lalai akan hal ini akan membuat dirinya tersesat.

Jelas bahwa penciptaan manusia memiliki tujuan dan Tuhan Maha Bekuasa tidak membutuhkan ciptaan-Nya. Sejatinya tujuan penciptaan manusia adalah pertumbuhan dan kesempurnaannya. Ayat ini menunjukkan jalan kesempurnaan manusia dan ibadah serta penghambaan kepada Tuhan adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan manusia.

Ibadah memiliki dua sisi: Salah satunya memiliki arti khusus yakni melakukan ritual ibadah seperti shalat, puasa, haji dan lainnya dan yang lain memiliki arti umum serta luas yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Artinya ketika manusia mengambil keputusan dan pilihan di kehidupannya dengan niat meraih keridhaan Tuhan, dan menghindari hal-hal yang tidak diridhai Allah Swt.

Wajar bagi manusia untuk menganggap Tuhan dalam semua aspek kehidupan, untuk melampaui tingkat keinginan hewani dan keinginan dunia yang rendah dan tidak berharga, dan untuk semakin dekat dan dekat dengan kesempurnaan mutlak, yang merupakan pencipta alam semesta yang agung. Kedekatan dengan Tuhan ini adalah tingkat kesempurnaan tertinggi yang dapat dicapai manusia.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:

1. Jin dan manusia memiliki kesamaan di tujuan penciptaan dan jalan untuk mencapainya, yakni penghambaan kepada Tuhan.

2. Tak diragukan lagi bahwa Tuhan tidak membutuhkan ibadah hamba, tapi kita manusia melalui penghambaan kepada-Nya akan meraih kesempurnaan spiritual.

3. Upaya untuk meraih rezeki adalah tugas manusia, tapi kita tidak boleh lalai bahwa sumber rezeki adalah Allah Swt dan seluruh rezeki berada di tangan-Nya.

فَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذَنُوبًا مِثْلَ ذَنُوبِ أَصْحَابِهِمْ فَلَا يَسْتَعْجِلُونِ (59) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ يَوْمِهِمُ الَّذِي يُوعَدُونَ (60)

Maka sesungguhnya untuk orang-orang zalim ada bagian (siksa) seperti bahagian teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada-Ku untuk menyegerakannya. (51: 59)

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir pada hari yang diancamkan kepada mereka. (51: 60)

Ayat ini yang menjadi akhir Surat Adh-Dhariyat menyimpulkan kandungan surat ini dan menyatakan, kaum yang nasib mereka disebutkan di surat ini secara global, sangat disayangkan menentang seruan utusan Tuhan. Mereka mendapat murka ilahi di dunia dan di akhirat juga mendapat azab yang pedih.

Penentang para nabi senantiasa mempertanyakan nabi mereka kapan terjadinya Hari Kiamat, dan ketika para nabi tidak mengetahui waktu terjadinya Hari Kiamat, mereka mulai mempertanyakan prinsip terjadinya hari tersebut. Oleh karena itu, al-Quran menyatakan, "Jangan tergesa-gesa dan yakinlah bahwa janji Tuhan pasti terjadi, dan hari itu akan tiba, hari yang sangat sulit bagi kalian saat itu dan tidak ada jalan kembali."

Dari dua ayat tadi terhadap tiga poin penting yang dapat dipetik:

1. Jika seseorang lalai akan tujuan penciptaan, yakni penghambaan kepada Tuhan, dan tidak menempatkan dirinya di jalan tersebut, maka ia telah melakukan kezaliman besar.

2. Kasih sayang dan kemurkaan Tuhan berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan-Nya, serta sikap tergesa-gesa kita untuk waktu yang akan datang tidak berpengaruh pada hal ini.

3. Nasib manusia tergantung amal perbuatannya. Oleh karena itu, kekufuran dan kezaliman hanya berakhir dengan azab ilahi di dunia dan akhirat.