Lintasan Sejarah 10 Februari 2016
Hari ini, Rabu tanggal 10 Februari 2016 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 1 Jumadil Awal 1437 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 21 Bahman 1394 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari di tahun-tahun yang lampau.
Sharafuddin Kashani Lahir
978 tahun yang lalu, tanggal 1 Jumadil Awal 459 Hq, Sharafuddin Khalid Fini Kashani, seorang sastrawan dan penyair terkenal Iran, terlahir ke dunia.
Fini Kashani mengabdi kepada seorang pejabat besar era Dinasti Saljuk bernama Nizhamul Mulk. Namun, setelah terbunuhnya Nizhamul Mulk, Kashani mengundurkan diri dari pekerjaannya dan pergi ke Basrah, Irak.
Di kota itu, Fini Kashani mengabdikan umurnya untuk menelaah ilmu-ilmu dan menulis berbagai buku. Di antara karya Fini Kashani adalah biografi dirinya sendiri di masa kerjanya dalam pemerintahan Dinasti Saljuk.
Sultan Baabullah, Sultan Ternate Lahir
488 tahun yang lalu, tanggal 10 Februari 1528, Sultan Baabullah lahir di Ternate, Maluku Utara. Ia adalah sultan dan penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun 1570 – 1583. Ia merupakan sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak keemasan di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di nusantara bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall.
Sultan Baabullah tidak menunda waktu setelah penobatan dan pidato pelantikan diucapkan. Perang Jihad diumumkan di seluruh negeri. Tak kalah dengan ayahnya ia tampil sebagai koordinator yang handal dari berbagai suku yang berbeda akar genealogis di nusantara bagian timur. Untuk memperkuat kedudukannya Sultan Baabullah menikahi adik Sultan Iskandar Sani dari Tidore. Raja–raja Maluku yang lainpun melupakan persaingan mereka dan bersatu dalam satu komando di bawah Sultan Baabullah dan panji Ternate, begitu pula raja–raja dan kepala suku di Sulawesi serta Papua.
Mirza Shirazi Fatwa Pengharaman Tembakau
128 tahun yang lalu, tanggal 1 Jumadil Awal 1309 Hq, Ayatullah Mirza Shirazi mengeluarkan fatwa pengharaman tembakau.
Semua bermula ketika di masa Qajar menerapkan monopoli dalam perdagangan tembakau. Raja Naseruddin Shah mendandatangani kontrak dengan Inggris yang memberikan hak monopoli perdagangan tembakau selama 55 tahun. Inggris bahkan diberikan hak mengawasi penanaman tembakau di negara ini.
Ketika masyarakat membandingkan kontrak ini dengan yang pernah dilakukan dengan pemerintahan Ottoman, mereka mendapatkan keuntungan sangat kecil dari kontrak ini, sehingga mulai melakukan demonstrasi. Aksi protes semakin meluas ketika ulama Tehran seperti Haj Mirza Hassan Ashtiyani ikut dalam aksi tersebut.
Akhirnya Mirza Bozourgh Shirazi mengeluarkan fatwa historis yang menjadi solusi atas apa yang terjadi di Iran. Beliau mengharamkan penggunaan tembakau dalam bentuk apapun dan menyebut siapa saja yang melakukannya berarti memerangi Imam Mahdi af.
Pasca dikeluarkannya fatwa tersebut, rakyat langsung menghancurkan apa saja yang ada hubungannya dengan tembakau dan membakar gudang tembakau mereka. Dampak fatwa ini sedemikian luasnya, sehingga di dalam istana pun tidak ada yang berani menggunakan tembakau. Hal ini memaksa Naseruddin Shah membatalkan kontrak tersebut dan harus membayar sejumlah kerugian kepada Inggris.
Perjanjian Damai PD II Ditandatangani
69 tahun yang lalu,tanggal 10 Februari tahun 1947, ditandatangani perjanjian damai di antara negara-negara yang tergabung dalam blok Sekutu dan Axis dalam Perang Dunia Kedua.
Penandatangan perjanjian damai itu adalah negara-negara pemenang perang, yaitu Amerika, Rusia, Inggris, dan Perancis, serta negara-negara yang kalah perang, yaitu Italia, Finlandia, Polandia, Hongaria, Rumania, dan Bulgaria.
Pemerintahan Militer Gagal Berkat Perintah Imam Khomeini ra
37 tahun yang lalu, tanggal 21 Bahman 1357 Hs, Imam Khomeini ra mengeluarkan pesan agar rakyat tidak mempedulikan aturan yang diterapkan pemerintahan militer.
Pada detik-detik terakhir dari umur rezim Shah Pahlevi, para jenderal rezim Shah memutuskan untuk memperpanjang masa darurat militer di Tehra guna mengontrol kondisi. Keputusan ini diambil dengan tujuan mencegah warga berkumpul dan bila memungkinkan mereka berusaha menangkap Imam Khomeini ra dan tokoh-tokoh pejuang berpengaruh di sekeliling beliau dan setelah itu membunuh mereka.
Tapi dengan kewaspadaannya, Imam Khomeini ra meminta warga untuk tidak mempedulikan aturan yang diterapkan pemerintahan militer. Setelah mendapatkan informasi mengenai pesan Imam Khomeini ra, warga revolusioner Iran keluar dan turun ke jalan-jalan dan konflikpun terelakkan, bahkan semakin meluas hingga ke pusat-pusat konsentrasi militer rezim Pahlevi di Tehran di kota-kota lainnya. Di sisi lain, mayoritas militer yang diperintahkan menindak warga tidak bersedia melakukannya, bahkan banyak dari mereka yang bergabung dengan warga.
Ratifikasi Draf Pembubaran SAVAK
37 tahun yang lalu, tanggal 21 Bahman 1357 Hs SAVAK dibubarkan di hari-hari terakhir rezim Pahlevi.
Di hari-hari terakhir dari umur rezim Pahlevi, Shapour Bakhtiar masih tetap melakukan upaya terakhirnya untuk melanggengkan rezim dan pemerintahan ilegalnya. Pada 4 Bahman 1357 Hs, ia mengajukan draf ke Majlis Senat untuk pembubaran Dinas Intelijen Rezim Pahlevi (SAVAK) dan diadilinya para menteri yang melakuan korupsi yang mengisyaratkan pemerintah yang despotik.
Tujuan Bakhtiari mengajukan draf ini untuk mengurangi kemarahan dan membohongi rakyat terkait rezim Pahlevi, tapi rencana ini menemui jalan buntu.
SAVAK yang merupakan lembaga paling menakutkan di Iran setelah beraktivitas selama 22 tahun. Selama itu pula ribuan orang dimasukkan ke dalam penjara di bawah siksaan dan yang lain diasingkan. SAVAK sangat berperan dalam menciptakan kondisi yang menakutkan di tengah masyarakat. Setiap ada aksi anti rezim Pahlevi, SAVAK dengan segera menumpasnya.