Lintasan Sejarah 10 Juni 2022
-
10 Juni 2022
Hari ini Jumat, 10 Juni 2022 bertepatan dengan 10 Dzulqadah 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 20 Khordad 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Dinasti Samania Hancur
1054 tahun yang lalu, tanggal 10 Dzulqadah 389 HQ, Dinasti Samania yang telah berdiri selama 128 tahun di Khorasan, Asia Tengah, dan sebagian Iran tengah, akhirnya hancur di tangan Ilik Khan.

Ilik Khan adalah salah seorang di antara budak-budak Turki, yang karena infiltrasi mereka di dalam pemerintahan Samania, mereka berhasil melumpuhkan kerajaan itu.
Selama masa kekuasaannya, raja-raja dari Dinasti Samania banyak berupaya untuk memajukan kota-kota wilayah kekuasaan mereka. Mereka melakukan pengembangan ilmu dan sastra serta memberikan penghormatan yang tinggi kepada para ulama.
Pada saat itu, banyak pusat-pusat keilmuan dibangun di berbagai kota. Setelah hancurnya dinasti ini, kekuasaan di Iran dipegang oleh Dinasti Ali Buyeh dan Dinasti Turki bernama Ghaznavi.
Imam Khomeini Memecat Bani Sadr dari Panglima Tertinggi
41 tahun yang lalu, tanggal 20 Khordad 1360 HS, Imam Khomeini ra memecat Bani Sadr dari jabatan Panglima Tertinggi Militer.

Terpilihnya Bani Sadr sebagai Presiden Iran pada 1358 HS, mulai muncul masalah pemilihan perdana menteri dan pembentukan kabinet. Dua masalah ini menjadi sumber perselisihan antara presiden dan parlemen. Pasca tarik menarik ini, akhirnya pada bulan Shahrivar 1359 HS, Syahid Mohammad Ali Rajai diusulkan ke parlemen sebagai perdana menteri dan memperoleh mosi kepercayaan kemudian beliau menyusun kabinet.
Sekalipun masalah yang diperselisihkan tampaknya sudah selesai, tapi masih terjadi friksi antara presiden dan para penentangnya di parlemen dan di luar parlemen. Dengan dimulainya perang pertahanan suci selama 8 tahun yang menuntut seluruh kekuatan dan pemikiran para pejabat negara, tapi pada saat yang sama, friksi yang terjadi di tingkat atas masih terus berlanjut.
Bani Sadr sebagai kepala negara juga memegang jabatan sebagai panglima tertinggi meyakini bahwa dalam melawan musuh, mereka harus ditarik sedemikian rupa ke dalam Iran kemudian diblokade dan dimusnahkan. Strategi ini membuat banyak daerah Iran yang diduduki tentara Irak. Para pejuang Iran yang berada di garis terdepan akhirnya kekurangan amunisi dan terpaksa mundur.
Sementara itu, Imam Khomeini ra berusaha meredakan dan mendamaikan perselisihan yang ada antara presiden dan pihak-pihak yang tidak menyetujui kebijakannya dan mengajak semua pihak untuk bisa menahan diri. Akhir dari usaha ini pada 20 Khordad 1360 HS, setelah bermusyawarah dengan para pejabat tinggi, beliau mencabut jabatan Panglima Tertinggi dari Abohassan Bani Sadr. Menyusul pencabutan itu, parlemen mengusulkan ketidaklayakan politik Bani Sadr yang hasilnya disepakati dengan suara mayoritas pada 31 Khordad 1360 HS.
Hafez Al-Asad Meninggal Dunia
22 tahun yang lalu, tanggal 10 Juni tahun 2000, Hafez al-Asad, yang saat itu menjabat sebagai presiden Suriah, meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.

Hafez al-Asad lahir pada tahun 1930. Pada tahun 1964, ia diangkat sebagai komandan angkatan udara Suriah dan tiga tahun kemudian diangkat sebagai menteri pertahanan.
Pada tahun 1970, Hafez al-Asad melancarkan kudeta terhadap pemerintahan Suriah saat itu dan berhasil merebut kekuasaan.
Setahun kemudian, al-Asad mengadakan referendum yang hasilnya mengesahkan kedudukannya sebagai Presiden. Jabatan itu dipegangnya sampai akhir hayatnya.
Pada era Perang Arab-Isarel tahun 1967, ketika Hafez menjabat sebagai Menteri Pertahanan, tentara Zionis menduduki dataran tinggi Golan.
Setelah menjadi presiden, al-Asad kemudian memperkuat militernya sehingga pada tahun 1973, sebagian dari wilayah itu berhasil direbut kembali oleh Suriah. Salah satu keistimewaan utama kepemimpinan al-Asad adalah penolakannya untuk berdamai dengan Zionis.