Peran Iran dalam Konvergensi Pakistan, Cina dan Afghanistan (10)
Republik Islam Iran dari sisi geografi alam di utara dan selatan memiilki akses ke dua sektor energi maritim Laut Kaspia dan Teluk Persia.
Iran dengan posisi strategisnya juga menjadi penghubung sejumlah bidang penting geografi regional. Dalam arti Iran menjadi penghubung ke tiga sektor penting Asia Tengah, Asia Selatan dan Asia Barat. Posisi strategis geografi ini membuat Iran menjadi perhatian khusus di rencana perdagangan, ekonomi dan transit negara-negara seperti Cina. Penandatanganan MoU kerja sama 25 tahun antara Cina dan Iran juga diambil dalam kodiror ini.
Partisipasi aktif Iran di koridor ekonomi Cina-Pakistan (CPEC) dan penandatanganan peta jalan kerja sama dengan Cina telah memberi paluang baru bagi industri minyak Iran, karena Cina bersedia menanam saham sebesar 400 miliar dolar di sektor industri energi Iran selama 25 tahun mendatang.
Volume besar investasi Cina di Iran, sementara sepenuhnya menggagalkan proyek sanksi Iran, memberi kedua negara kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekstraksi industri minyak dari hulu, sehingga membuat negara ini terbebas dari ketergantungan dari perusahaan Barat yang suka melanggar janji di transfer dan pembangunan kilang minyak hilir.
Beberapa pakar, seperti Mohsen Shariatnia, melihat kerja sama Iran dengan proyek "One Belt-One Road" Cina (OBOR), serta proyek CPEC, sebagai peluang strategis bagi Iran. Salah satu hasil kerja sama ini adalah menguatnya konvergensi antara Iran, Cina, Pakistan dan Afghanistan. Seperti yang kita ketahui, Afghanistan adalah bagian dari rencana OBOR dalam pandangan Cina. Secara historis, Jalur Sutra lama melewati Jalur Wakhan Afghanistan dan menuju ke Iran. Dalam proyek OBOR Cina, Jalur Wakhan di utara Karakoram merupakan lokasi proyek CPEC dan sangat penting.
Dalam pandangan Cina, di mana Iran dan Pakistan juga memiliki pandangan serupa, partisipasi Afghanistan dalam manfaat koridor ekonomi China-Pakistan di satu sisi dan peta jalan Iran-Cina di sisi lain, pertama dapat membawa perdamaian dan stabilitas di Afghanistan dan kedua akan membuka jalan bagi pembangunan negara ini dan mengatasi masalah ketidakamanan internal.
Dampak koridor ekonomi CPEC Cina-Pakistan dan Nota Kesepahaman Kerjasama Iran-Cina selama 25 tahun telah menarik perhatian paling besar di antara para pakar regional, terutama Republik Islam Iran dan Pakistan, dan lembaga think tank. Mayoritas para pakar telah membahas dan mengomentari hal ini serta memusatkan perhatian mereka pada dampak CPEC dan peta jalan terhadap konvergensi regional secara umum di Asia Selatan, Asia Barat dan Asia Tengah, dan sehubungan dengan proyek super OBOR Cina.
Para ahli dari Institute of Strategic Studies di Islamabad, Pakistan, percaya bahwa Nota Kesepahaman 25 tahun Iran-China tidak hanya merupakan upaya kemitraan strategis di kawasan, tetapi juga memperkuat konvergensi negara-negara di kawasan, dari sisi bahwa Iran dengan menandatangani MoU ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari proyek OBOR Cina. Para pakar ini meyakini bahwa kerja sama jangka panjang Iran dengan Cina dapat melemahkan kekuatan Amerika di Asia Barat.
Sementara itu, para pemikir dan pakar Cina telah mengalihkan perhatian mereka ke masalah energi, yang agak dapat dimengerti mengingat bahwa masalah utama bagi Cina adalah baik di koridor ekonomi Cina-Pakistan maupun dalam Nota Kesepahaman 25 tahun Iran-Cina adalah akses ke energi dari Laut Kaspia dan Teluk Persia. Dari perspektif inilah Jin Shing Xiang, seorang rekan senior di Institut Studi Internasional Shanghai, mengatakan bahwa perjanjian strategis Tehran-Beijing dapat membuka jalan bagi kerja sama energi yang kuat, pembangunan jaringan pipa untuk mengangkut minyak dan gas Iran ke Cina, dan dengan metode ini, itu akan menciptakan pasar yang menguntungkan bagi ketiga negara, Iran, Cina dan Pakistan.
Beberapa pakar regional yang telah mengevaluasi CPEC dan MoU 25 tahun Iran-Cina, dan mencatat efek positifnya pada pembangunan ekonomi dan integrasi regional melalui perluasan komunikasi, juga menunjukkan isu-isu penting yang diperdebatkan. Salah satu ahli ini adalah Andrew Korybko, seorang profesor di Universitas Negeri Rusia, yang menulis di surat kabar The Express Tribune Pakistan: "Dalam dimensi geopolitik, peningkatan lebih lanjut dari hubungan Turki-Azerbaijan dengan Iran dapat mengarah pada munculnya blok baru yang terdiri dari Iran, Pakistan, Turki dan Republik Azerbaijan. Blok ini dapat memperkuat kerjasama regional dan trans-regional dalam rangka memperluas rencana ekonomi CPEC ke Barat.
Mantan duta besar Iran untuk Cina, Mohammad Hossein Malaek tidak melihat perkembangan hubungan Iran-Cina hanya memiliki konsekuensi bilateral, dan percaya bahwa masalah ini akan memiliki efek yang sangat penting di kawasan dan dunia, dan karena itu juga memiliki musuh. Abolfazl Ali, seorang dosen di Iran memiliki pandangan yang lebih luas lagi. Ia memandang MoU 25 tahun antara Iran dan Cina sebuah program komprehensif jangka panjang.
Terkait hal ini, Abolfazl Ali menekankan bahwa abad 21 milik Asia, dan dokumen ini sebuah jawaban atas persyaratan baru yang akan muncul di dua dekade mendatang di transformasi antara Asia Timur dan Asia Barat.
Ezgi Uzun, ilmuwan Tukri mengkaji proyek OBOR Cina dengan penekanan pada MoU 25 tahun Iran-Cina. Ia menulis, "Perbedaan terpenting antara proyak pengembangan antar benua Cina dan proyek serupa dari Uni Eropa dan Amerika adalah Cina tidak memaksakan kesepakatan politik kepada negara lain. Dengan demikian, Cina sangat menekankan prinsip kedaulatan nasional, kerja sama dengan mentalitas win-win, dan sistem internasional multilateral dalam setiap perjanjian yang ditandatangani dengan negara-negara, memperjelas bahwa proyek-proyek besar bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan perdagangan dan investasi bersama."
Ia mengatakan, MoU 25 tahun Iran dan Cina dianggap Amerika Serikat sebagai ancaman bagi hegemoninya.