Des 16, 2022 15:28 Asia/Jakarta

Lintas warta hari ini, Jumat, 16 Desember 2022.

Parlemen Lebanon telah menggelar pertemuan dan sidang hingga 10 kali untuk memilih presiden baru, namun gagal. Sidang ke-10 Parlemen Lebanon untuk memilih presiden baru berlangsung pada hari Kamis (15/12/2022).

Dalam pengambilan suara,  Michel Aoun memperoleh 38 suara, sementara 37 suara adalah kosong dan sisanya terbagi di antara kandidat-kandidat lain atau termasuk suara yang tidak sah.

45 hari telah berlalu sejak berakhirnya masa jabatan Michel Aoun sebagai Presiden Lebanon. Sebulan sebelum berakhirnya masa jabatan Michel Aoun, parlemen Lebanon telah memulai pertemuannya untuk memperkenalkan presiden baru.

Namun setelah sekitar 75 hari berlalu, parlemen belum berhasil memperkenalkan presiden baru, bahkan tidak ada prospek untuk memperkenalkan presiden baru pada sidang-sidang mendatang.

Tampaknya, seperti periode sebelumnya ketika Michel Aoun terpilih sebagai presiden baru setelah 30 bulan, periode ini juga akan memakan waktu berbulan-bulan untuk memperkenalkan presiden baru penggantinya.

Mengapa parlemen Lebanon gagal memperkenalkan presiden baru?

Alasan pertama adalah bahwa di antara orang-orang Kristen sendiri, yang seharusnya presiden dari kalangan mereka, tidak ada kemufakatan bersama.

Orang-orang Kristen memegang 64 kursi di parlemen Lebanon yang beranggotakan 128 orang, tetapi Michel Aoun sejauh ini hanya meraih rata-rata sekitar 40 suara. Oleh karena itu, dia tidak memiliki dukungan yang diperlukan, sementara calon-calon lainnya juga hanya meraih sedikit suara.

Alasan lainnya adalah dalam situasi saat ini tidak ada orang dan tokoh di Lebanon yang memiliki karisma yang diperlukan untuk menduduki posisi presiden di negara ini.

Selain itu, tidak ada konsensus dan kesepakatan kata di antara kelompok-kelompok politik Lebanon tentang presiden. Dengan pola perilaku yang ditunjukkan Saad al-Hariri, peran Sunni di Lebanon juga hampir menurun dan tidak ada keterpaduan dan keselarasan di antara mereka.

Dapat dikatakan bahwa ada semacam kebingungan politik di dalam kelompok-kelompok politik Lebanon, yang membuat mereka tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai pemilihan presiden baru.

Di sisi lain, perkembangan di Lebanon juga dipengaruhi oleh kondisi regional dan internasional. Sekarang ada semacam ketidakpastian di kawasan Asia Barat, terutama dalam hubungan antara Iran dan Arab Saudi.

Sejauh ini, Tehran dan Riyadh telah mengadakan lima putaran negosiasi, namun belum membuahkan hasil. Tampaknya hubungan antara Iran dan Arab Saudi ini mempengaruhi perkembangan internal Lebanon.

Masalah lainnya adalah bahwa Arab Saudi dan Amerika Serikat telah menempatkan kondisi dalam perkembangan Lebanon, yang mencegah tercapainya konsensus tentang presiden baru dan bahkan pembentukan kabinet Najib Mikati.

Riyadh dan Washington, yang mencampuri urusan internal Lebanon, menekankan tidak adanya partisipasi Hizbullah dalam pemerintahan dan arena politik Lebanon.

AS dan Arab Saudi menekan kelompok-kelompok politik yang dekat dengan mereka di Lebanon, dan tekanan ini merupakan faktor penting untuk kebuntuan politik di Lebanon dalam memperkenalkan presiden baru dan kabinet baru.

Melihat perkembangan tersebut, dapat diperkirakan bahwa sidang parlemen pada Kamis mendatang untuk memperkenalkan presiden baru akan memiliki hasil yang sama dengan 10 minggu terakhir. (RA)

Tags